China Perkuat Peran Satukan Palestina dan Damaikan Timur Tengah

Rabu, 24 Juli 2024 - 14:01 WIB
Menteri Luar Negeri China Wang Yi (tengah) berpose untuk foto keluarga dengan anggota berbagai kelompok Palestina selama penandatanganan Deklarasi Beijing di Wisma Negara Diaoyutai di Beijing, China, 23 Juli 2024. Foto/EPA-EFE/PEDRO PARDO
BEIJING - Hamas dan Fatah yang bersaing, serta 12 kelompok Palestina lainnya, telah menandatangani perjanjian untuk "mengakhiri perpecahan dan memperkuat persatuan Palestina" di Beijing, menurut media China pada 23 Juli 2024.

Empat belas organisasi Palestina telah menandatangani Deklarasi Beijing tentang pembentukan pemerintah persatuan di Jalur Gaza dan Tepi Barat setelah perundingan yang ditengahi China, yang berlangsung pada 21-23 Juli.

"Putaran terakhir negosiasi antara Fatah dan Hamas untuk mendamaikan perbedaan mereka dan untuk mencapai rekonsiliasi internal penuh di Beijing adalah penting," ungkap Ayman Yousef, profesor ilmu politik dan hubungan internasional di Universitas Arab-Amerika di Palestina, mengatakan kepada Sputnik.

Pakar itu mencatat, “Perkembangan tersebut sedang berlangsung, dengan izin dan persetujuan presiden Palestina, Mahmoud Abbas."



Hamas dan Fatah, dua partai politik besar Palestina, telah berselisih sejak kemenangan legislatif Hamas di Jalur Gaza pada tahun 2006 yang menyebabkan pertikaian internal dan pengusiran Fatah dari wilayah tersebut pada 2007.

Menurut Yousef, Palestina telah mengambil langkah ke arah yang benar dengan mengaktifkan sistem politik mereka dari dalam di tengah perang genosida Israel di Gaza.

Pakar tersebut menunjuk China sebagai kekuatan diplomatik baru yang turun tangan saat Amerika Serikat (AS), Israel, Mesir, dan Qatar masih berjuang mencapai kesepakatan gencatan senjata dan menyusun rencana untuk pengelolaan politik Gaza pascaperang.

Sebelumnya, AS bersikeras bahwa Otoritas Palestina (PA) harus mengambil alih kendali Gaza setelah perang genosida Israel atas Hamas.

Adapun Tel Aviv menentang penempatan PA di pucuk pimpinan wilayah tersebut.

Tampaknya rekonsiliasi Hamas-Fatah merupakan tanda bahwa Palestina bersedia memilih sendiri masa depan politik mereka sambil melihat China sebagai mediator yang dapat dipercaya, menurut pakar tersebut.

"Mengapa China aktif kali ini? Karena menurut saya China memiliki hubungan baik dengan Fatah dan Hamas. China memiliki pengaruh terhadap keduanya," papar Yousef.

Dia menjelaskan, "China berusaha memainkan peran penting, tidak hanya dalam mempertemukan Palestina di satu meja, tetapi juga untuk lebih aktif di seluruh Timur Tengah dan di panggung konflik Palestina-Israel."

Ini bukan pertama kalinya Beijing memainkan peran sebagai perantara perdamaian regional.

Pada Maret 2023, pejabat tinggi keamanan Iran dan Arab Saudi bertemu di Beijing untuk memulihkan hubungan diplomatik setelah bertahun-tahun mengalami ketegangan.

Tidak mengherankan, Israel mengkritik perjanjian Palestina tersebut, bersumpah untuk melenyapkan Hamas.

Media AS segera meremehkan kesepakatan yang ditengahi China antara Hamas dan Fatah, dengan mengklaim rencana tersebut tidak memiliki peta jalan yang jelas.

“Penandatanganan Deklarasi Beijing merupakan momen bersejarah yang akan mendorong rekonsiliasi di Palestina,” ungkap Musa Abu Marzouk, kepala delegasi Hamas, selama pertemuan puncak tersebut.

Dia menekankan pentingnya melaksanakan rencana untuk "menciptakan negara Palestina yang merdeka dengan ibu kotanya di Yerusalem."

(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More