Polio Menyebar Luas di Gaza, Israel Vaksinasi Tentaranya
Selasa, 23 Juli 2024 - 21:30 WIB
JALUR GAZA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan penyebaran polio di Jalur Gaza dan kemungkinan lebih jauh lagi sebagai akibat dari buruknya sanitasi di wilayah kantong Palestina.
Israel juga mulai menawarkan vaksinasi polio kepada pasukannya yang bertempur di Gaza setelah sisa-sisa virus ditemukan dalam sampel uji dari wilayah tersebut.
Ayadil Saparbekov, ketua tim WHO untuk keadaan darurat kesehatan di Gaza dan Tepi Barat yang diduduki, mengatakan virus polio tipe 2 yang berasal dari vaksin yang beredar telah diisolasi dari sampel lingkungan dari limbah.
“Ada risiko tinggi penyebaran virus polio yang berasal dari vaksin yang beredar di Gaza, bukan hanya karena deteksinya tetapi karena situasi sanitasi air yang sangat buruk,” ujar dia kepada wartawan di Jenewa melalui tautan video dari Yerusalem.
“Hal ini mungkin juga akan meluas secara internasional, pada titik yang sangat tinggi.”
Dia menambahkan para pekerja dari WHO dan badan anak-anak PBB, Unicef, dijadwalkan tiba di Gaza pada Kamis untuk mengumpulkan sampel tinja manusia sebagai bagian dari penilaian risiko.
Saparbekov mengatakan dia berharap hal ini akan selesai sebelum akhir pekan ini dan memungkinkan dikeluarkannya rekomendasi, "termasuk perlunya kampanye vaksinasi massal serta jenis vaksin apa yang harus digunakan dan kelompok umur penduduk mana yang perlu divaksinasi."
Sejak Israel mulai membombardir Gaza pada Oktober, terdapat peringatan berulang kali mengenai kemungkinan merebaknya epidemi virus sebagai akibat dari rusaknya infrastruktur kesehatan, air dan limbah.
Pekan lalu Komite Palang Merah Internasional (ICRC) mengatakan rumah sakit dan semua fasilitas kesehatan di Gaza selatan berada pada “titik kritis” dan tidak mampu merawat mereka yang menderita luka yang mengancam jiwa.
Organisasi tersebut mengatakan rumah sakit lapangan dengan 60 tempat tidur di Rafah hampir mencapai kapasitasnya menyusul “kejadian korban massal”, termasuk serangan mematikan Israel di kamp pengungsi al-Mawasi, yang menewaskan 90 warga Palestina pekan lalu.
Palang Merah mengatakan pihaknya menerima 26 orang yang memerlukan rawat inap karena pecahan peluru dan luka lainnya setelah serangan itu.
Mereka menambahkan tekanan yang sangat besar memaksa para dokter untuk membuat “pilihan sulit” mengenai siapa yang akan dirawat.
Saparbekov mengatakan dia "sangat khawatir dengan wabah yang terjadi di Gaza".
“Dan ini bukan hanya polio, berbagai wabah penyakit menular,” ungkap dia.
Militer Israel mengatakan pada Minggu bahwa mereka menawarkan “operasi vaksinasi luas untuk semua pasukan darat, baik reguler maupun cadangan.”
Militer Israel mengatakan pihaknya juga bekerja sama dengan organisasi lain untuk menerima vaksin bagi penduduk Palestina di Gaza, dan sejauh ini 300.000 vaksin telah dipasok.
Israel juga mulai menawarkan vaksinasi polio kepada pasukannya yang bertempur di Gaza setelah sisa-sisa virus ditemukan dalam sampel uji dari wilayah tersebut.
Ayadil Saparbekov, ketua tim WHO untuk keadaan darurat kesehatan di Gaza dan Tepi Barat yang diduduki, mengatakan virus polio tipe 2 yang berasal dari vaksin yang beredar telah diisolasi dari sampel lingkungan dari limbah.
“Ada risiko tinggi penyebaran virus polio yang berasal dari vaksin yang beredar di Gaza, bukan hanya karena deteksinya tetapi karena situasi sanitasi air yang sangat buruk,” ujar dia kepada wartawan di Jenewa melalui tautan video dari Yerusalem.
“Hal ini mungkin juga akan meluas secara internasional, pada titik yang sangat tinggi.”
Dia menambahkan para pekerja dari WHO dan badan anak-anak PBB, Unicef, dijadwalkan tiba di Gaza pada Kamis untuk mengumpulkan sampel tinja manusia sebagai bagian dari penilaian risiko.
Saparbekov mengatakan dia berharap hal ini akan selesai sebelum akhir pekan ini dan memungkinkan dikeluarkannya rekomendasi, "termasuk perlunya kampanye vaksinasi massal serta jenis vaksin apa yang harus digunakan dan kelompok umur penduduk mana yang perlu divaksinasi."
Ancaman Epidemi
Sejak Israel mulai membombardir Gaza pada Oktober, terdapat peringatan berulang kali mengenai kemungkinan merebaknya epidemi virus sebagai akibat dari rusaknya infrastruktur kesehatan, air dan limbah.
Pekan lalu Komite Palang Merah Internasional (ICRC) mengatakan rumah sakit dan semua fasilitas kesehatan di Gaza selatan berada pada “titik kritis” dan tidak mampu merawat mereka yang menderita luka yang mengancam jiwa.
Organisasi tersebut mengatakan rumah sakit lapangan dengan 60 tempat tidur di Rafah hampir mencapai kapasitasnya menyusul “kejadian korban massal”, termasuk serangan mematikan Israel di kamp pengungsi al-Mawasi, yang menewaskan 90 warga Palestina pekan lalu.
Palang Merah mengatakan pihaknya menerima 26 orang yang memerlukan rawat inap karena pecahan peluru dan luka lainnya setelah serangan itu.
Mereka menambahkan tekanan yang sangat besar memaksa para dokter untuk membuat “pilihan sulit” mengenai siapa yang akan dirawat.
Saparbekov mengatakan dia "sangat khawatir dengan wabah yang terjadi di Gaza".
“Dan ini bukan hanya polio, berbagai wabah penyakit menular,” ungkap dia.
Militer Israel mengatakan pada Minggu bahwa mereka menawarkan “operasi vaksinasi luas untuk semua pasukan darat, baik reguler maupun cadangan.”
Militer Israel mengatakan pihaknya juga bekerja sama dengan organisasi lain untuk menerima vaksin bagi penduduk Palestina di Gaza, dan sejauh ini 300.000 vaksin telah dipasok.
Baca Juga
(sya)
tulis komentar anda