Heran Drone Houthi Sukses Bobol Iron Dome, Israel Luncurkan Penyelidikan

Minggu, 21 Juli 2024 - 11:51 WIB
Israel luncurkan penyelidikan setelah drone Houthi berhasil menyerang Tel Aviv tanpa ditembak jatuh oleh sistem pertahanan rudal Iron Dome. Foto/US Army
TEL AVIV - Pihak berwenang Israel sedang menyelidiki keadaan dan potensi kelemahan keamanan di sekitar ledakan drone kamikaze Houthi di Tel Aviv yang menewaskan satu orang dan melukai 10 lainnya pada hari Jumat.

Para pejabat Zionis, seperti dikutip CNN, Minggu (21/7/2024), heran mengapa drone tersebut tidak ditembak jatuh sistem pertahanan rudal Iron Dome atau sistem lainnya.

Juru bicara Houthi Yahya Saree mengatakan operasi di Tel Aviv itu dilakukan oleh drone baru yang mampu “melewati sistem intersepsi musuh”.



“Kami akan terus menyerang sasaran-sasaran ini sebagai respons terhadap pembantaian musuh dan kejahatan sehari-hari terhadap saudara-saudara kami di Jalur Gaza,” kata Saree.



“Operasi kami hanya akan berhenti ketika agresi berhenti dan pengepungan terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza dicabut.”

Serangan tersebut menandai pertama kalinya Tel Aviv, pusat komersial Israel, diserang

oleh drone kamikaze Houthi.

Dalam pengarahan yang disiarkan televisi, juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Daniel Hagari mengatakan bahwa militer mencurigai drone tersebut adalah model Samad-3 buatan Iran, yang diluncurkan dari Yaman, yang telah di-upgrade untuk memperluas jangkauannya.

Drone kedua, katanya, dicegat di luar wilayah Israel di sebelah timur pada saat yang sama dengan serangan tersebut. Dia menambahkan bahwa Israel kini meningkatkan pertahanan udaranya dan meningkatkan patroli udara di perbatasannya.

Seorang pejabat militer Israel mengatakan drone kamikaze Houthi itu sebenarnya sudah terdeteksi oleh sistem pertahanan udara Israel, tetapi tidak dicegat karena “human error”.

Drone itu dipersenjatai dengan hulu ledak dan menghantam sebuah gedung apartemen, imbuh pejabat itu, tanpa memberikan rincian lebih lanjut mengenai muatan peledak yang dibawa drone Houthi.

Pejabat tersebut tidak memberikan rincian tentang apa yang dimaksud dengan “human error”, namun dia menekankan bahwa sistem pertahanan udara Israel tidak selalu beroperasi secara mandiri.

Sistem pertahanan Iron Dome, misalnya, dapat beroperasi dalam mode manual, di mana radarnya mendeteksi dan melacak ancaman yang masuk namun memerlukan masukan dari operator sebelum meluncurkan rudal pencegat.

Menurut penyelidikan awal “tidak ada sirene yang diaktifkan” selama insiden tersebut, kata IDF sebelumnya.

Jack Lew, Duta Besar AS untuk Israel, mengatakan pada hari Jumat bahwa dia “terkejut dengan serangan drone Houthi yang kurang ajar” dan menyampaikan belasungkawa kepada keluarga para korban.

“Kami bersyukur personel Kantor Cabang Kedutaan Besar AS selamat,” katanya.

Ledakan drone itu terjadi di distrik pusat yang menjadi lokasi sejumlah misi diplomatik, dan terjadi sekitar 100 meter (330 kaki) dari kantor cabang Kedutaan Besar AS, menurut analisis CNN dan informasi dari otoritas setempat.

“Tidak ada kerusakan pada misi diplomatik AS dan tidak ada laporan mengenai cederanya personel AS atau staf lokal yang terlibat,” kata Departemen Luar Negeri AS.

“Kami melakukan kontak erat dengan pihak berwenang Israel untuk menyelidiki sepenuhnya sumber ledakan dan sasarannya,” lanjut departemen tersebut, seraya menambahkan bahwa kedutaan besar di Yerusalem dan cabang di Tel Aviv siap memberikan bantuan konsuler kepada warga AS.

Kru darurat merespons “sebuah objek” yang meledak di Jalan Shalom Aleichem, kata layanan darurat Magen David Adom (MDA) Israel.

“Orang yang meninggal itu menderita luka tembus,” kata paramedis MDA Roi Klein. Setidaknya empat orang yang terluka menderita luka pecahan peluru, imbuh MDA.

Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben Gvir dan pemimpin oposisi Yair Lapid mengkritik pemerintah Israel karena tidak mampu melindungi negaranya, dan mengatakan di media sosial bahwa serangan itu menunjukkan pemerintah “tidak dapat memberikan keamanan kepada warga Israel.”

“Tidak ada kebijakan, tidak ada rencana, semua humas dan diskusi hanya tentang diri mereka sendiri,” ujarnya.

Ben Gvir mengatakan serangan terhadap Tel Aviv dan wilayah lain di Israel “adalah alasan mengapa saya bersikeras untuk ikut serta dalam menentukan kebijakan Israel.”

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada bulan Juni membubarkan kabinet perang negara itu setelah mantan anggota kabinet perang Benny Gantz mengumumkan pengunduran dirinya dari badan tersebut, dan Ben Gvir meminta untuk bergabung.
(mas)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More