Arab Saudi Ancam Eropa Jika G-7 Rampas Aset Rusia Rp4.863 Triliun
Kamis, 11 Juli 2024 - 07:26 WIB
Langkah ini tidak sampai pada penyitaan penuh atas sekitar USD322 miliar aset bank sentral Rusia yang dibekukan di negara-negara Barat.
Bloomberg melaporkan bahwa ancaman Arab Saudi kemungkinan akan memicu pertentangan di antara beberapa negara anggota Uni Eropa terhadap pendekatan yang lebih tegas, meskipun AS dan Inggris melobi untuk melakukan penyitaan langsung.
Ancaman Arab Saudi menggarisbawahi kekhawatiran negara-negara Teluk yang kaya bahwa suatu hari nanti negara-negara Barat dapat menerapkan pengaruh ekonomi serupa yang mereka gunakanpada Rusia terhadap aset-aset negara-negara Teluk di luar negeri, jika kritik terhadap masalah hak asasi manusia (HAM) di Teluk atau keputusan kebijakan luar negeri mereka muncul kembali.
Presiden Rusia Vladimir Putin telah mendekati Arab Saudi, karena dia bergantung pada kerajaan kaya minyak itu untuk melawan isolasi Moskow di panggung dunia dan menopang pasar energi.
Putin melakukan kunjungan langka ke Arab Saudi dan Uni Emirat Arab pada bulan Desember lalu.
Middle East Eye, pada Kamis (11/7/2024), melaporkan bahwa Putin meminta izin Putra Mahkota Mohammed bin Salman sebelum mempersenjatai pemberontak Houthi di Yaman dengan rudal jelajah anti-kapal.
Pemimpin Saudi, yang melancarkan perang brutal melawan kelompok Houthi yang didukung Iran, mendesak Putin untuk tidak mempersenjatai kelompok tersebut, dan Rusia menurutinya.
Arab Saudi bersaing dengan Rusia untuk mendapatkan posisi sebagai eksportir minyak mentah terbesar di dunia.
Seperti negara-negara Teluk lainnya, mata uang Arab Saudi dipatok terhadap dolar dan menjual minyaknya dalam dolar, sehingga meningkatkan posisi dolar sebagai mata uang cadangan dunia.
Pada Januari 2023, Arab Saudi mengatakan pihaknya sedang mempertimbangkan perdagangan dalam mata uang selain dolar AS setelah adanya laporan bahwa pihaknya sedang berdiskusi dengan China mengenai penjualan sejumlah minyak mentah dalam yuan.
Bloomberg melaporkan bahwa ancaman Arab Saudi kemungkinan akan memicu pertentangan di antara beberapa negara anggota Uni Eropa terhadap pendekatan yang lebih tegas, meskipun AS dan Inggris melobi untuk melakukan penyitaan langsung.
Ancaman Arab Saudi menggarisbawahi kekhawatiran negara-negara Teluk yang kaya bahwa suatu hari nanti negara-negara Barat dapat menerapkan pengaruh ekonomi serupa yang mereka gunakanpada Rusia terhadap aset-aset negara-negara Teluk di luar negeri, jika kritik terhadap masalah hak asasi manusia (HAM) di Teluk atau keputusan kebijakan luar negeri mereka muncul kembali.
Presiden Rusia Vladimir Putin telah mendekati Arab Saudi, karena dia bergantung pada kerajaan kaya minyak itu untuk melawan isolasi Moskow di panggung dunia dan menopang pasar energi.
Putin melakukan kunjungan langka ke Arab Saudi dan Uni Emirat Arab pada bulan Desember lalu.
Middle East Eye, pada Kamis (11/7/2024), melaporkan bahwa Putin meminta izin Putra Mahkota Mohammed bin Salman sebelum mempersenjatai pemberontak Houthi di Yaman dengan rudal jelajah anti-kapal.
Pemimpin Saudi, yang melancarkan perang brutal melawan kelompok Houthi yang didukung Iran, mendesak Putin untuk tidak mempersenjatai kelompok tersebut, dan Rusia menurutinya.
Arab Saudi bersaing dengan Rusia untuk mendapatkan posisi sebagai eksportir minyak mentah terbesar di dunia.
Seperti negara-negara Teluk lainnya, mata uang Arab Saudi dipatok terhadap dolar dan menjual minyaknya dalam dolar, sehingga meningkatkan posisi dolar sebagai mata uang cadangan dunia.
Pada Januari 2023, Arab Saudi mengatakan pihaknya sedang mempertimbangkan perdagangan dalam mata uang selain dolar AS setelah adanya laporan bahwa pihaknya sedang berdiskusi dengan China mengenai penjualan sejumlah minyak mentah dalam yuan.
tulis komentar anda