5 Alasan Popularitas Partai Sayap Kanan Meningkat di Eropa, Salah Satunya Pengaruh Rusia yang Makin Kuat
Kamis, 11 Juli 2024 - 13:45 WIB
"Tema umum dari meningkatnya popularitas partai-partai sayap kanan di Eropa adalah meningkatnya rasa keterasingan dari partai-partai politik arus utama," kata Luca Farrow, analis senior di S Rajaratnam School of International Studies (RSIS), dilansir CNA.
Kemudian, Kalicharan Veera Singam, analis senior di RSIS, mengungkapkan partai-partai arus utama terlihat gagal dalam mengatasi masalah ekonomi dan imigrasi. "Naiknya popularitas partai-partai sayap kanan juga bisa disebabkan oleh meningkatnya kekecewaan terhadap partai-partai arus utama," katanya.
Pertumbuhan ekonomi di sebagian besar Eropa mengalami stagnasi sejak resesi global tahun 2008, yang semakin memperkuat ketidakpuasan terhadap status quo.
Pemungutan suara di Parlemen Eropa memberikan pukulan telak bagi para pemimpin Prancis dan Jerman, dengan Partai Sosial Demokrat pimpinan Kanselir Jerman Olaf Scholz mencetak hasil terburuk, menderita di tangan kelompok konservatif arus utama dan kelompok sayap kanan Alternatif untuk Jerman (AfD).
Hasil pemungutan suara tersebut mendorong Presiden Prancis Emmanuel Macron, dalam sebuah pertaruhan berisiko untuk mencoba membangun kembali otoritasnya, untuk menyerukan pemilihan umum nasional yang dipercepat dimana partai sayap kanan memenangkan putaran pertama sebelum hasilnya mengejutkan dan berbalik arah ke kiri pada putaran kedua.
"Kisah sayap kanan di Prancis belum berakhir," kata Associate Professor Reuben Wong, wakil kepala departemen ilmu politik di National University of Singapore (NUS). Mereka terus memperoleh keuntungan dan jumlah kursi yang mereka menangkan pada pemilu kali ini akan menjadi bagian terbesar mereka.
"Kelompok sayap kanan tidak memberikan hasil yang baik seperti yang dikhawatirkan banyak orang dalam pemilihan parlemen Prancis, meskipun ancaman mereka tidak boleh diremehkan," kata Farrow.
“Penting juga untuk dicatat bahwa pertumbuhan dukungan terhadap partai-partai sayap kanan tidak seragam di seluruh Eropa dan dukungan terhadap partai-partai sayap kanan bisa menurun dan meningkat,” tambah Farrow. “Volatilitas dalam keputusan pemungutan suara masyarakat baru-baru ini telah menjadi perhatian," paparnya.
Foto/AP
Kemudian, Kalicharan Veera Singam, analis senior di RSIS, mengungkapkan partai-partai arus utama terlihat gagal dalam mengatasi masalah ekonomi dan imigrasi. "Naiknya popularitas partai-partai sayap kanan juga bisa disebabkan oleh meningkatnya kekecewaan terhadap partai-partai arus utama," katanya.
Pertumbuhan ekonomi di sebagian besar Eropa mengalami stagnasi sejak resesi global tahun 2008, yang semakin memperkuat ketidakpuasan terhadap status quo.
Pemungutan suara di Parlemen Eropa memberikan pukulan telak bagi para pemimpin Prancis dan Jerman, dengan Partai Sosial Demokrat pimpinan Kanselir Jerman Olaf Scholz mencetak hasil terburuk, menderita di tangan kelompok konservatif arus utama dan kelompok sayap kanan Alternatif untuk Jerman (AfD).
Hasil pemungutan suara tersebut mendorong Presiden Prancis Emmanuel Macron, dalam sebuah pertaruhan berisiko untuk mencoba membangun kembali otoritasnya, untuk menyerukan pemilihan umum nasional yang dipercepat dimana partai sayap kanan memenangkan putaran pertama sebelum hasilnya mengejutkan dan berbalik arah ke kiri pada putaran kedua.
"Kisah sayap kanan di Prancis belum berakhir," kata Associate Professor Reuben Wong, wakil kepala departemen ilmu politik di National University of Singapore (NUS). Mereka terus memperoleh keuntungan dan jumlah kursi yang mereka menangkan pada pemilu kali ini akan menjadi bagian terbesar mereka.
"Kelompok sayap kanan tidak memberikan hasil yang baik seperti yang dikhawatirkan banyak orang dalam pemilihan parlemen Prancis, meskipun ancaman mereka tidak boleh diremehkan," kata Farrow.
“Penting juga untuk dicatat bahwa pertumbuhan dukungan terhadap partai-partai sayap kanan tidak seragam di seluruh Eropa dan dukungan terhadap partai-partai sayap kanan bisa menurun dan meningkat,” tambah Farrow. “Volatilitas dalam keputusan pemungutan suara masyarakat baru-baru ini telah menjadi perhatian," paparnya.
2. Bermain dengan Mengambinghitamkan
Foto/AP
tulis komentar anda