Bos Mossad Dilaporkan Bertemu Jenderal Sudan yang Difasilitasi UEA
Minggu, 23 Agustus 2020 - 11:38 WIB
TEL AVIV - Kepala Mossad Israel ; Yossi Cohen, dilaporkan telah melakukan pertemuan dengan Wakil Kepala Dewan Kedaulatan Sudan; Jenderal Mohammed Hamdan Dagalo. Laporan yang diterbitkan surat kabar Al-Araby al-Jadid yang berbasis di London tersebut menyebutkan pertemuan difasilitiasi Uni Emirat Arab (UEA).
Mossad adalah badan intelijen Israel untuk operasi di luar negeri. Pekan lalu, Israel dan UEA mengumumkan bahwa mereka telah mencapai kesepakatan yang akan mengarah pada normalisasi penuh hubungan diplomatik antara kedua negara.
Menurut laporan tersebut, para pejabat senior Emirat termasuk penasihat Keamanan Nasional Tahnoun bin Zayed berpartisipasi dalam pertemuan yang diadakan antara Cohen dan Dagalo. Pejabat senior di militer Sudan, lanjut laporan tersebut, tertarik untuk menghangatkan hubungan dengan Israel. Laporan tak menyebutkan lokasi pertemuan mereka, namun fakta bahwa Cohen baru-baru ini mengunjungi UEA setelah Emirat dan Israel resmi menyepakati normalisasi hubungan kedua negara.
Selain itu, UEA juga sedang mencoba untuk mendorong terciptanya hubungan Israel dengan negara-negara Arab yang lain. (Baca: Turki Nyatakan Mantan Menteri Palestina sebagai Penjahat Paling Dicari )
Dewa Kedaulatan Sudan mengambil alih kekuasaan pada Agustus 2019, beberapa bulan setelah penggulingan Presiden Omar al-Bashir. Dewan tersebut bertugas memimpin negara itu ke pemilu setelah masa transisi selama 39 bulan.
Seorang juru bicara dewan, Mohamed al-Faki, mengatakan dia tidak tahu apa-apa tentang pertemuan yang dilaporkan media tersebut. Dia menambahkan bahwa dewan tidak pernah membahas masalah tersebut.
Menurutnya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Kepala Dewan Kedaulatan Sudan Abdel Fattah al-Burhan setuju bahwa pemerintah sipil Sudan akan bertugas mengadakan kontak dengan Israel. Netanyahu dan al-Burhan bertemu di Uganda pada bulan Februari.
Pada hari Rabu lalu, Kementerian Luar Negeri Sudan memecat seorang juru bicaranya yang menyatakan harapannya untuk terciptanya kesepakatan damai dengan Israel. Kementerian itu bergegas menarik pernyataan juru bicara yang dipecat tersebut.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Sudan yang dipecat, Haidar Badawi Sadiq, mengatakan Sudan berharap untuk membuat kesepakatan damai dengan Israel menyusul kesepakatan untuk menormalisasi hubungan antara Israel dan UEA .
Tak lama kemudian, media Arab melaporkan bahwa Menteri Luar Negeri Sudan Omar Qamar al-Din Ismail menarik kembali klaim tersebut, dengan mengatakan bahwa kesepakatan dengan Israel belum dibahas. Menteri itu mengatakan Sadiq tidak berwenang untuk berkomentar tentang hubungan Sudan dengan Israel.
Tetapi seorang pejabat pemerintah Sudan mengatakan kepada Associated Press yang dilansir Minggu (23/8/2020) bahwa dalam beberapa bulan terakhir Israel dan Sudan telah mengadakan pembicaraan, dengan Mesir, UEA dan Amerika Serikat sebagai mediator.
“Ini masalah waktu. Kami sedang menyelesaikan semuanya. Tindakan Emirat mendorong kami dan membantu menenangkan beberapa suara dalam pemerintahan yang takut akan reaksi dari publik Sudan," kata pejabat yang berbicara tanpa menyebut nama tersebut.
Israel memandang Sudan memiliki kepentingan strategis karena senjata Iran yang ditujukan ke Gaza diselundupkan melalui Mesir dan Sinai. Selain itu, senjata juga dikirim ke pemberontak Polisario yang bertempur melawan kekuasaan Maroko di Sahara Barat.
Mossad adalah badan intelijen Israel untuk operasi di luar negeri. Pekan lalu, Israel dan UEA mengumumkan bahwa mereka telah mencapai kesepakatan yang akan mengarah pada normalisasi penuh hubungan diplomatik antara kedua negara.
Menurut laporan tersebut, para pejabat senior Emirat termasuk penasihat Keamanan Nasional Tahnoun bin Zayed berpartisipasi dalam pertemuan yang diadakan antara Cohen dan Dagalo. Pejabat senior di militer Sudan, lanjut laporan tersebut, tertarik untuk menghangatkan hubungan dengan Israel. Laporan tak menyebutkan lokasi pertemuan mereka, namun fakta bahwa Cohen baru-baru ini mengunjungi UEA setelah Emirat dan Israel resmi menyepakati normalisasi hubungan kedua negara.
Selain itu, UEA juga sedang mencoba untuk mendorong terciptanya hubungan Israel dengan negara-negara Arab yang lain. (Baca: Turki Nyatakan Mantan Menteri Palestina sebagai Penjahat Paling Dicari )
Dewa Kedaulatan Sudan mengambil alih kekuasaan pada Agustus 2019, beberapa bulan setelah penggulingan Presiden Omar al-Bashir. Dewan tersebut bertugas memimpin negara itu ke pemilu setelah masa transisi selama 39 bulan.
Seorang juru bicara dewan, Mohamed al-Faki, mengatakan dia tidak tahu apa-apa tentang pertemuan yang dilaporkan media tersebut. Dia menambahkan bahwa dewan tidak pernah membahas masalah tersebut.
Menurutnya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Kepala Dewan Kedaulatan Sudan Abdel Fattah al-Burhan setuju bahwa pemerintah sipil Sudan akan bertugas mengadakan kontak dengan Israel. Netanyahu dan al-Burhan bertemu di Uganda pada bulan Februari.
Pada hari Rabu lalu, Kementerian Luar Negeri Sudan memecat seorang juru bicaranya yang menyatakan harapannya untuk terciptanya kesepakatan damai dengan Israel. Kementerian itu bergegas menarik pernyataan juru bicara yang dipecat tersebut.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Sudan yang dipecat, Haidar Badawi Sadiq, mengatakan Sudan berharap untuk membuat kesepakatan damai dengan Israel menyusul kesepakatan untuk menormalisasi hubungan antara Israel dan UEA .
Tak lama kemudian, media Arab melaporkan bahwa Menteri Luar Negeri Sudan Omar Qamar al-Din Ismail menarik kembali klaim tersebut, dengan mengatakan bahwa kesepakatan dengan Israel belum dibahas. Menteri itu mengatakan Sadiq tidak berwenang untuk berkomentar tentang hubungan Sudan dengan Israel.
Tetapi seorang pejabat pemerintah Sudan mengatakan kepada Associated Press yang dilansir Minggu (23/8/2020) bahwa dalam beberapa bulan terakhir Israel dan Sudan telah mengadakan pembicaraan, dengan Mesir, UEA dan Amerika Serikat sebagai mediator.
“Ini masalah waktu. Kami sedang menyelesaikan semuanya. Tindakan Emirat mendorong kami dan membantu menenangkan beberapa suara dalam pemerintahan yang takut akan reaksi dari publik Sudan," kata pejabat yang berbicara tanpa menyebut nama tersebut.
Israel memandang Sudan memiliki kepentingan strategis karena senjata Iran yang ditujukan ke Gaza diselundupkan melalui Mesir dan Sinai. Selain itu, senjata juga dikirim ke pemberontak Polisario yang bertempur melawan kekuasaan Maroko di Sahara Barat.
(min)
tulis komentar anda