Riwayat Karier Politik Masoud Pezeshkian, Presiden Iran Terpilih Gantikan Raisi
Senin, 08 Juli 2024 - 21:05 WIB
TEHERAN - Masoud Pezeshkian terpilih sebagai Presiden Iran yang baru setelah mengalahkan pesaingnya dari partai konservatif, Saeed Jalili. Tokoh reformis ini mampu memenangkan pemilu yang diadakan pada 5 Juli 2024 lalu.
Hasil pemungutan suara menyatakan Masoud Pezeshkian menang setelah memperoleh 53,3% suara dari lebih dari 30 juta suara yang dihitung. Sedangkan pesaingnya hanya mampu memperoleh 44,3% dari total suara.
Pemilihan presiden ini diadakan setelah presiden Iran sebelumnya Ebrahim Raisi tewas dalam kecelakaan helikopter pada bulan Mei 2024. Dilansir dari BBC, para pemimpin Tiongkok, India, dan Rusia semuanya telah mengucapkan selamat kepada Dr Pezeshkian atas kemenangannya.
Dalam pemungutan suara ini, Pezeshkian berterima kasih atas tingginya jumlah pemilih dalam pemilu hari Jumat, dan berjanji akan mendengarkan suara rakyat Iran dan “memenuhi semua janji” yang dibuatnya.
Baru pada tahun 2001, pria yang telah berusia 69 tahun tersebut diangkat menjadi Menteri Kesehatan hingga tahun 2005. Setelah itu, dirinya terjun ke parlemen dengan menjadi Wakil Ketua Pertama mewakili Tabriz untuk periode 2016-2020.
Selain berkarier di politik, Pezeshkian dikenal sebagai ahli jantung yang terlatih. Dirinya juga sempat mengepalai Universitas Ilmu Kedokteran Tabriz, salah satu institusi medis terkemuka di Iran utara.
Pria kelahiran 29 September 1954, itu sempat mencalonkan diri sebagai Presiden Iran sebanyak dua kali, yakni di tahun 2013 dan 2021. Namun kedua pencalonannya ini berakhir dengan kegagalan.
Sepanjang kariernya di dunia politik, Pezeshkian dikenal sebagai sosok yang vokal mengenai isu-isu yang berpusat pada perempuan, termasuk kewajiban mengenakan jilbab, dan menyatakan penentangannya terhadap rancangan undang-undang parlemen tentang penerapan aturan berpakaian Islam.
Ia juga dengan gigih membela kesepakatan nuklir 2015 yang dicapai antara Iran dan negara-negara adikuasa dunia selama pemerintahan rekan reformisnya Rouhani.
Sebagai satu-satunya kandidat reformis dalam pemilihan kali ini, yang didukung oleh koalisi reformis terkemuka di Iran.
Kampanyenya didukung oleh kehadiran banyak mantan politisi dan menteri reformis, termasuk Javad Zarif, yang menjabat sebagai menteri luar negeri Iran selama dua periode di bawah mantan Presiden Hassan Rouhani.
Hasil pemungutan suara menyatakan Masoud Pezeshkian menang setelah memperoleh 53,3% suara dari lebih dari 30 juta suara yang dihitung. Sedangkan pesaingnya hanya mampu memperoleh 44,3% dari total suara.
Pemilihan presiden ini diadakan setelah presiden Iran sebelumnya Ebrahim Raisi tewas dalam kecelakaan helikopter pada bulan Mei 2024. Dilansir dari BBC, para pemimpin Tiongkok, India, dan Rusia semuanya telah mengucapkan selamat kepada Dr Pezeshkian atas kemenangannya.
Dalam pemungutan suara ini, Pezeshkian berterima kasih atas tingginya jumlah pemilih dalam pemilu hari Jumat, dan berjanji akan mendengarkan suara rakyat Iran dan “memenuhi semua janji” yang dibuatnya.
Baca Juga
Riwayat Karier Politik Masoud Pezeshkian
Terpilihnya Masoud Pezeshkian sebagai Wakil Menteri Kesehatan pada tahun 1997 silam, menandai keterhubungannya di dunia politik untuk pertama kali di era pemerintahan Mohammad Khatami.Baru pada tahun 2001, pria yang telah berusia 69 tahun tersebut diangkat menjadi Menteri Kesehatan hingga tahun 2005. Setelah itu, dirinya terjun ke parlemen dengan menjadi Wakil Ketua Pertama mewakili Tabriz untuk periode 2016-2020.
Selain berkarier di politik, Pezeshkian dikenal sebagai ahli jantung yang terlatih. Dirinya juga sempat mengepalai Universitas Ilmu Kedokteran Tabriz, salah satu institusi medis terkemuka di Iran utara.
Pria kelahiran 29 September 1954, itu sempat mencalonkan diri sebagai Presiden Iran sebanyak dua kali, yakni di tahun 2013 dan 2021. Namun kedua pencalonannya ini berakhir dengan kegagalan.
Sepanjang kariernya di dunia politik, Pezeshkian dikenal sebagai sosok yang vokal mengenai isu-isu yang berpusat pada perempuan, termasuk kewajiban mengenakan jilbab, dan menyatakan penentangannya terhadap rancangan undang-undang parlemen tentang penerapan aturan berpakaian Islam.
Ia juga dengan gigih membela kesepakatan nuklir 2015 yang dicapai antara Iran dan negara-negara adikuasa dunia selama pemerintahan rekan reformisnya Rouhani.
Sebagai satu-satunya kandidat reformis dalam pemilihan kali ini, yang didukung oleh koalisi reformis terkemuka di Iran.
Kampanyenya didukung oleh kehadiran banyak mantan politisi dan menteri reformis, termasuk Javad Zarif, yang menjabat sebagai menteri luar negeri Iran selama dua periode di bawah mantan Presiden Hassan Rouhani.
(ahm)
Lihat Juga :
tulis komentar anda