Penuntutan 2 Jenderal PLA Perlihatkan 'Penyakit' Serius di Militer China
Jum'at, 05 Juli 2024 - 15:29 WIB
BEIJING - Partai Komunis China (CCP) telah mendepak Jenderal Wei Fanghe dan Jenderal Li Shangfu atas tuduhan korupsi dan memulai penuntutan terhadap mereka.
Kasus mereka telah menghidupkan kembali pembicaraan mengenai kemungkinan bahwa beberapa rudal jarak jauh di bawah komando Pasukan Roket Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China telah diisi air, bukan bahan bakar. Selain itu, silo yang didirikan di wilayah Xinjiang untuk menampung beberapa rudal memiliki tutup yang tidak pas.
Mengutip dari CNI Myanmar pada Jumat (5/7/2024), laporan seputar rudal dan silo tersebut sempat dianggap terlalu mengada-ada oleh para pengamat Barat.
Ketika Jenderal Wei dan penggantinya; Jenderal Li, dipecat sebagai Menteri Pertahanan China secara berurutan pada tahun 2023 dan menghilang dari pandangan publik, dunia mencari jawaban. Secara resmi, keduanya telah dituduh melakukan penyuapan tanpa penjelasan lebih lanjut.
Saat itulah muncul laporan yang mengutip sumber intelijen Amerika Serikat (AS) bahwa beberapa rudal jarak jauh di gudang senjata China ditemukan terisi air, dan silo rudal memiliki tutup yang rusak.
Dengan kata lain, penipuan besar sedang berlangsung di Pasukan Roket Strategis PLA—menimbulkan keraguan serius tentang kekuatan serang angkatan bersenjata China dan pertanyaan apakah PLA adalah “macan kertas”.
Seperti yang ditulis Pusat Studi Strategis dan Internasional pada 25 Januari 2024 bahwa sembilan pejabat tinggi militer China dicopot dalam apa yang disebut sebagai “pembersihan” pada Desember 2023. Pencopotan ini meliputi pejabat dari Pasukan Roket Strategis PLA yang mengawasi rudal bersenjata nuklir China.
Menurut intelijen AS, pelaporan selanjutnya menunjukkan bahwa “pembersihan” itu disebabkan oleh korupsi yang meluas, yang telah merusak upaya memodernisasi angkatan bersenjata dan menimbulkan pertanyaan tentang kemampuan China untuk berperang.
Secara khusus kala itu, rudal-rudal China diduga terisi air, bukan bahan bakar. Para pakar meragukan kebenaran dari laporan tersebut yang dikaitkan dengan intelijen AS.
"Tidak ada alasan untuk memasukkan air ke dalam rudal, kecuali jika itu adalah sabotase yang disengaja. Jika itu adalah sabotase yang disengaja, China tidak akan begitu saja mendepak pejabat ini atau itu. Mereka pasti sudah ditangkap, diadili, dan ditembak. Sabotase atau penghancuran rudal nuklir strategis adalah kejahatan yang sangat serius. Gagasan bahwa beberapa pejabat akan langsung diberhentikan dari pekerjaan mereka bukanlah respons terhadap tindakan kriminal setingkat ini," tulis seorang kolumnis di Asia Times pada Januari lalu.
Ia menduga bahwa cerita tentang rudal yang diisi air telah ditanamkan “kelompok Xi” sebagai pengalihan isu.
Menurutnya, Presiden China Xi Jinping berada dalam masalah karena perebutan kekuasaan di China. Dia sekarang menggunakan taktik penyelidikan korupsi untuk menyingkirkan para pesaingnya dan siapa pun yang menurutnya merupakan ancaman bagi kepemimpinan.
Baik Jenderal Wei maupun Jenderal Li pernah menduduki jabatan tinggi dalam hierarki CCP. Keduanya pernah menjabat sebagai Anggota Dewan Negara, jabatan tertinggi di CCP, dan pernah menjadi anggota Komisi Militer Pusat—komando tinggi PLA yang dipimpin Presiden Xi sendiri.
Ada banyak alasan bagi Presiden Xi untuk berada dalam masalah. "Telah tumbuh skeptisisme terhadap laporan Beijing mengenai ekspansi yang kuat. China diganggu oleh gejala-gejala ekonomi yang merosot: deflasi yang semakin dalam, harga properti yang anjlok, gagal bayar utang yang terus berlanjut, mata uang yang melemah, pelarian modal yang semakin cepat, dan pemerintah daerah yang gagal," tulis kantor berita Newsweek dalam laporannya.
Namun sekarang, kedua mantan Menteri Pertahanan China yang telah dikeluarkan dari CCP itu akan dituntut dalam apa yang dianggap sebagai skandal terburuk yang menimpa PLA. Laporan media lokal membantah dugaan bahwa kedua jenderal tersebut telah dibebaskan dengan hukuman ringan.
Xinhua, kantor berita milik pemerintah China, telah melaporkan: "Li Shangfu mengkhianati misi awalnya, mengkhianati kepercayaan Komite Sentral Partai dan Komisi Militer Pusat, serta menyebabkan kerusakan besar pada tujuan partai dan pertahanan nasional."
Tuduhan semacam itu sungguh berat, yang menurut para pengamat, dapat berarti hukuman penjara seumur hidup bagi Jenderal Li—seorang insinyur kedirgantaraan China yang telah memimpin Pasukan Roket PLA yang sangat penting dan telah dipilih untuk jabatan pertahanan tertinggi oleh Presiden Xi sendiri.
Sebelumnya, Jenderal Li telah menghabiskan puluhan tahun di Divisi Peralatan yang mengurus pengadaan barang untuk PLA. Dia menghilang pada tahun 2023.
Sementara itu, kejahatan Jenderal Wei dikatakan sangat serius, dengan dampak yang sangat merugikan dan kerusakan luar biasa, menurut temuan penyelidikan.
Jenderal Wei mengambil alih pimpinan Korps Artileri Kedua PLA pada 2012 dan terus memimpin bagian penting dari persenjataan nuklir China setelah direstrukturisasi sebagai Pasukan Roket pada 2015.
Dengan gaya khas CCP, dakwaan terhadap dua jenderal PLA bertele-tele tetapi samar. Menurut Xinhua, tindakan mereka telah gagal mendapatkan kepercayaan dari Komite Sentral CCP dan Komisi Militer Pusat, dan telah mencemari lingkungan politik militer, membawa kerusakan besar pada tujuan partai, pengembangan pertahanan nasional dan angkatan bersenjata, serta citra pejabat senior.
Pemecatan dua jenderal dan hilangnya mereka bertepatan dengan pemecatan sembilan jenderal lainnya dari Kongres Rakyat Nasional pada Desember 2023, termasuk komandan sebelumnya dan yang masih menjabat dari Pasukan Roket PLA dan Angkatan Udara, serta beberapa pejabat Komisi Militer Pusat di Departemen Pengembangan Peralatan. Pemecatan singkat mereka telah mengirimkan gelombang kejut di militer China.
Korupsi di militer China telah menimbulkan pertanyaan tentang kemampuan PLA dalam mencapai tujuan militer dan mencapai target "peremajaan besar" seperti yang dibayangkan Presiden Xi.
Federasi Ilmuwan Amerika telah menyatakan dalam surat terbuka kepada Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin bahwa jika kelemahan ini benar, akan membahayakan operasi militer China dan menimbulkan kekhawatiran bahwa informasi pemerintah AS tentang persenjataan China mungkin tidak akurat atau dapat diandalkan. Namun, hingga saat ini militer AS tidak lengah dan tidak mengubah apa pun tentang kebijakan nuklirnya.
Kasus mereka telah menghidupkan kembali pembicaraan mengenai kemungkinan bahwa beberapa rudal jarak jauh di bawah komando Pasukan Roket Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China telah diisi air, bukan bahan bakar. Selain itu, silo yang didirikan di wilayah Xinjiang untuk menampung beberapa rudal memiliki tutup yang tidak pas.
Mengutip dari CNI Myanmar pada Jumat (5/7/2024), laporan seputar rudal dan silo tersebut sempat dianggap terlalu mengada-ada oleh para pengamat Barat.
Ketika Jenderal Wei dan penggantinya; Jenderal Li, dipecat sebagai Menteri Pertahanan China secara berurutan pada tahun 2023 dan menghilang dari pandangan publik, dunia mencari jawaban. Secara resmi, keduanya telah dituduh melakukan penyuapan tanpa penjelasan lebih lanjut.
Saat itulah muncul laporan yang mengutip sumber intelijen Amerika Serikat (AS) bahwa beberapa rudal jarak jauh di gudang senjata China ditemukan terisi air, dan silo rudal memiliki tutup yang rusak.
Dengan kata lain, penipuan besar sedang berlangsung di Pasukan Roket Strategis PLA—menimbulkan keraguan serius tentang kekuatan serang angkatan bersenjata China dan pertanyaan apakah PLA adalah “macan kertas”.
Seperti yang ditulis Pusat Studi Strategis dan Internasional pada 25 Januari 2024 bahwa sembilan pejabat tinggi militer China dicopot dalam apa yang disebut sebagai “pembersihan” pada Desember 2023. Pencopotan ini meliputi pejabat dari Pasukan Roket Strategis PLA yang mengawasi rudal bersenjata nuklir China.
Menurut intelijen AS, pelaporan selanjutnya menunjukkan bahwa “pembersihan” itu disebabkan oleh korupsi yang meluas, yang telah merusak upaya memodernisasi angkatan bersenjata dan menimbulkan pertanyaan tentang kemampuan China untuk berperang.
Secara khusus kala itu, rudal-rudal China diduga terisi air, bukan bahan bakar. Para pakar meragukan kebenaran dari laporan tersebut yang dikaitkan dengan intelijen AS.
Skandal Terburuk
"Tidak ada alasan untuk memasukkan air ke dalam rudal, kecuali jika itu adalah sabotase yang disengaja. Jika itu adalah sabotase yang disengaja, China tidak akan begitu saja mendepak pejabat ini atau itu. Mereka pasti sudah ditangkap, diadili, dan ditembak. Sabotase atau penghancuran rudal nuklir strategis adalah kejahatan yang sangat serius. Gagasan bahwa beberapa pejabat akan langsung diberhentikan dari pekerjaan mereka bukanlah respons terhadap tindakan kriminal setingkat ini," tulis seorang kolumnis di Asia Times pada Januari lalu.
Ia menduga bahwa cerita tentang rudal yang diisi air telah ditanamkan “kelompok Xi” sebagai pengalihan isu.
Menurutnya, Presiden China Xi Jinping berada dalam masalah karena perebutan kekuasaan di China. Dia sekarang menggunakan taktik penyelidikan korupsi untuk menyingkirkan para pesaingnya dan siapa pun yang menurutnya merupakan ancaman bagi kepemimpinan.
Baik Jenderal Wei maupun Jenderal Li pernah menduduki jabatan tinggi dalam hierarki CCP. Keduanya pernah menjabat sebagai Anggota Dewan Negara, jabatan tertinggi di CCP, dan pernah menjadi anggota Komisi Militer Pusat—komando tinggi PLA yang dipimpin Presiden Xi sendiri.
Ada banyak alasan bagi Presiden Xi untuk berada dalam masalah. "Telah tumbuh skeptisisme terhadap laporan Beijing mengenai ekspansi yang kuat. China diganggu oleh gejala-gejala ekonomi yang merosot: deflasi yang semakin dalam, harga properti yang anjlok, gagal bayar utang yang terus berlanjut, mata uang yang melemah, pelarian modal yang semakin cepat, dan pemerintah daerah yang gagal," tulis kantor berita Newsweek dalam laporannya.
Namun sekarang, kedua mantan Menteri Pertahanan China yang telah dikeluarkan dari CCP itu akan dituntut dalam apa yang dianggap sebagai skandal terburuk yang menimpa PLA. Laporan media lokal membantah dugaan bahwa kedua jenderal tersebut telah dibebaskan dengan hukuman ringan.
Xinhua, kantor berita milik pemerintah China, telah melaporkan: "Li Shangfu mengkhianati misi awalnya, mengkhianati kepercayaan Komite Sentral Partai dan Komisi Militer Pusat, serta menyebabkan kerusakan besar pada tujuan partai dan pertahanan nasional."
Tuduhan semacam itu sungguh berat, yang menurut para pengamat, dapat berarti hukuman penjara seumur hidup bagi Jenderal Li—seorang insinyur kedirgantaraan China yang telah memimpin Pasukan Roket PLA yang sangat penting dan telah dipilih untuk jabatan pertahanan tertinggi oleh Presiden Xi sendiri.
Sebelumnya, Jenderal Li telah menghabiskan puluhan tahun di Divisi Peralatan yang mengurus pengadaan barang untuk PLA. Dia menghilang pada tahun 2023.
Gelombang Kejut di Militer China
Sementara itu, kejahatan Jenderal Wei dikatakan sangat serius, dengan dampak yang sangat merugikan dan kerusakan luar biasa, menurut temuan penyelidikan.
Jenderal Wei mengambil alih pimpinan Korps Artileri Kedua PLA pada 2012 dan terus memimpin bagian penting dari persenjataan nuklir China setelah direstrukturisasi sebagai Pasukan Roket pada 2015.
Dengan gaya khas CCP, dakwaan terhadap dua jenderal PLA bertele-tele tetapi samar. Menurut Xinhua, tindakan mereka telah gagal mendapatkan kepercayaan dari Komite Sentral CCP dan Komisi Militer Pusat, dan telah mencemari lingkungan politik militer, membawa kerusakan besar pada tujuan partai, pengembangan pertahanan nasional dan angkatan bersenjata, serta citra pejabat senior.
Pemecatan dua jenderal dan hilangnya mereka bertepatan dengan pemecatan sembilan jenderal lainnya dari Kongres Rakyat Nasional pada Desember 2023, termasuk komandan sebelumnya dan yang masih menjabat dari Pasukan Roket PLA dan Angkatan Udara, serta beberapa pejabat Komisi Militer Pusat di Departemen Pengembangan Peralatan. Pemecatan singkat mereka telah mengirimkan gelombang kejut di militer China.
Korupsi di militer China telah menimbulkan pertanyaan tentang kemampuan PLA dalam mencapai tujuan militer dan mencapai target "peremajaan besar" seperti yang dibayangkan Presiden Xi.
Federasi Ilmuwan Amerika telah menyatakan dalam surat terbuka kepada Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin bahwa jika kelemahan ini benar, akan membahayakan operasi militer China dan menimbulkan kekhawatiran bahwa informasi pemerintah AS tentang persenjataan China mungkin tidak akurat atau dapat diandalkan. Namun, hingga saat ini militer AS tidak lengah dan tidak mengubah apa pun tentang kebijakan nuklirnya.
(mas)
Lihat Juga :
tulis komentar anda