Hadapi China, AS Ganti Armada F-16 di Jepang dengan 48 Jet Tempur Siluman F-35
Kamis, 04 Juli 2024 - 15:20 WIB
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) akan melipatgandakan kekuatan udaranya di Pasifik untuk menghadapi potensi konflik dengan China.
Salah satu upgrade besar-besaran itu adalah mengganti armada 36 unit pesawat F-16 Fighting Falcon-nya di Jepang dengan 48 unit jet tempur siluman F-35A.
Departemen Pertahanan AS telah merilis informasi mengenai rencana modernisasi baru untuk armada pesawat tempurnya yang berbasis di Jepang pada hari Rabu.
"Upaya tersebut akan memakan waktu beberapa tahun dan mencerminkan lebih dari USD10 miliar investasi kemampuan untuk meningkatkan aliansi AS-Jepang, meningkatkan pencegahan regional, dan memperkuat perdamaian dan stabilitas di kawasan Indo-Pasifik," kata departemen tersebut dalam pengumumannya pada Rabu, seperti dikutip dari Business Insider, Kamis (4/7/2024).
Lebih detail, sebagai bagian dari rencana tersebut, Angkatan Udara Amerika akan mengganti hampir 50 unit F-15C dan F-15D di Pangkalan Udara Kadena dengan 36 pesawat tempur F-15EX Eagle II.
Kemudian di Pangkalan Udara Korps Marinir Iwakuni, jumlah jet tempur siluman F-35B—yang mampu lepas landas dari landasan pendek dan kapal serbu amfibi—akan dimodifikasi untuk lebih mendukung rencana modernisasi AS.
Selanjutnya, yang paling menonjol, kehadiran Angkatan Udara AS di Pangkalan Udara Misawa diperbarui dengan 48 pesawat tempur siluman F-35A menggantikan 36 pesawat tempur multiperan F-16 Fighting Falcon.
"Yang menghasilkan kapasitas dan kemampuan pesawat taktis yang lebih besar,” imbuh Departemen Pertahanan AS.
Langkah seperti itu akan menjadi lompatan maju bagi kekuatan udara Amerika di Jepang, dengan membawa jet tempur generasi kelima ke pangkalan-pangkalan yang berada langsung di garis potensi konflik dengan china, sehingga menambah kemampuan tempur armada F-22 Raptor di Kadena.
Hal ini juga memberi sinyal, sebagaimana pernyataan Pentagon, “Rencana Departemen untuk menempatkan pesawat taktis paling canggih dari Pasukan Gabungan di Jepang menunjukkan komitmen kuat AS terhadap pertahanan Jepang dan visi bersama kedua negara mengenai kawasan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka."
Ini adalah tanda terbaru tentang bagaimana AS dan Jepang bekerja sama untuk mencegah bentrokan dengan China.
Pada bulan Mei lalu, Departemen Pertahanan AS mengumumkan bahwa keduanya bersama-sama mengembangkan sistem pertahanan untuk melawan rudal hipersonik, yang dianggap hampir mustahil untuk dikalahkan oleh sistem pertahanan rudal saat ini.
China, dan juga Rusia, memiliki rudal hipersonik di gudang senjata mereka. Sedangkan AS saat ini sedang mengerjakan salah satu proyeknya sendiri.
AS juga berupaya untuk menopang pangkalannya di Pasifik terhadap potensi serangan rudal China, yang dapat menyebabkan pengeboman besar-besaran yang membuat pesawat, lapangan terbang, serta pusat komando dan kendali AS dan Jepang tidak berguna.
Surat Kongres AS baru-baru ini kepada para pemimpin tertinggi Angkatan Udara dan Angkatan Laut Amerika mengatakan bahwa Amerika tidak berbuat cukup untuk melindungi pasukan Pasifiknya dari serangan semacam itu.
Pada bulan Mei lalu, 13 anggota Kongres menunjukkan kerentanan yang mencolok di Pasifik, dan menuntut perubahan segera.
“Dengan kemampuan serangannya saat ini,” tulis para anggota Parlemen AS, “China dapat menyerang semua pangkalan AS di wilayah tersebut, menargetkan anggota militer AS dari Okinawa hingga mereka yang berada di wilayah AS di Guam dan Persemakmuran Kepulauan Mariana Utara.”
Salah satu upgrade besar-besaran itu adalah mengganti armada 36 unit pesawat F-16 Fighting Falcon-nya di Jepang dengan 48 unit jet tempur siluman F-35A.
Departemen Pertahanan AS telah merilis informasi mengenai rencana modernisasi baru untuk armada pesawat tempurnya yang berbasis di Jepang pada hari Rabu.
"Upaya tersebut akan memakan waktu beberapa tahun dan mencerminkan lebih dari USD10 miliar investasi kemampuan untuk meningkatkan aliansi AS-Jepang, meningkatkan pencegahan regional, dan memperkuat perdamaian dan stabilitas di kawasan Indo-Pasifik," kata departemen tersebut dalam pengumumannya pada Rabu, seperti dikutip dari Business Insider, Kamis (4/7/2024).
Lebih detail, sebagai bagian dari rencana tersebut, Angkatan Udara Amerika akan mengganti hampir 50 unit F-15C dan F-15D di Pangkalan Udara Kadena dengan 36 pesawat tempur F-15EX Eagle II.
Kemudian di Pangkalan Udara Korps Marinir Iwakuni, jumlah jet tempur siluman F-35B—yang mampu lepas landas dari landasan pendek dan kapal serbu amfibi—akan dimodifikasi untuk lebih mendukung rencana modernisasi AS.
Selanjutnya, yang paling menonjol, kehadiran Angkatan Udara AS di Pangkalan Udara Misawa diperbarui dengan 48 pesawat tempur siluman F-35A menggantikan 36 pesawat tempur multiperan F-16 Fighting Falcon.
"Yang menghasilkan kapasitas dan kemampuan pesawat taktis yang lebih besar,” imbuh Departemen Pertahanan AS.
Langkah seperti itu akan menjadi lompatan maju bagi kekuatan udara Amerika di Jepang, dengan membawa jet tempur generasi kelima ke pangkalan-pangkalan yang berada langsung di garis potensi konflik dengan china, sehingga menambah kemampuan tempur armada F-22 Raptor di Kadena.
Hal ini juga memberi sinyal, sebagaimana pernyataan Pentagon, “Rencana Departemen untuk menempatkan pesawat taktis paling canggih dari Pasukan Gabungan di Jepang menunjukkan komitmen kuat AS terhadap pertahanan Jepang dan visi bersama kedua negara mengenai kawasan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka."
Ini adalah tanda terbaru tentang bagaimana AS dan Jepang bekerja sama untuk mencegah bentrokan dengan China.
Pada bulan Mei lalu, Departemen Pertahanan AS mengumumkan bahwa keduanya bersama-sama mengembangkan sistem pertahanan untuk melawan rudal hipersonik, yang dianggap hampir mustahil untuk dikalahkan oleh sistem pertahanan rudal saat ini.
China, dan juga Rusia, memiliki rudal hipersonik di gudang senjata mereka. Sedangkan AS saat ini sedang mengerjakan salah satu proyeknya sendiri.
AS juga berupaya untuk menopang pangkalannya di Pasifik terhadap potensi serangan rudal China, yang dapat menyebabkan pengeboman besar-besaran yang membuat pesawat, lapangan terbang, serta pusat komando dan kendali AS dan Jepang tidak berguna.
Surat Kongres AS baru-baru ini kepada para pemimpin tertinggi Angkatan Udara dan Angkatan Laut Amerika mengatakan bahwa Amerika tidak berbuat cukup untuk melindungi pasukan Pasifiknya dari serangan semacam itu.
Pada bulan Mei lalu, 13 anggota Kongres menunjukkan kerentanan yang mencolok di Pasifik, dan menuntut perubahan segera.
“Dengan kemampuan serangannya saat ini,” tulis para anggota Parlemen AS, “China dapat menyerang semua pangkalan AS di wilayah tersebut, menargetkan anggota militer AS dari Okinawa hingga mereka yang berada di wilayah AS di Guam dan Persemakmuran Kepulauan Mariana Utara.”
(mas)
Lihat Juga :
tulis komentar anda