AS Bersiap Karamkan USS Tarawa, Dianggap Latihan Tenggelamkan Kapal Induk China
Minggu, 30 Juni 2024 - 07:35 WIB
Sebelumnya, Amerika Serikat menenggelamkan kapal buatan China selama latihan tempur gabungan dengan Filipina di tengah meningkatnya ketegangan di Laut China Selatan.
“VOA (Voice of America) mengatakan rencana penggunaan kapal eks USS Tarawa sebagai kapal target di RIMPAC 2024 bertujuan untuk melawan pengembangan kapal serbu amfibi besar dan kapal induk China, serta potensi penempatannya di sekitar pulau Taiwan,” lanjut laporan Global Times, Minggu (30/6/2024).
Amerika Serikat atau sekutunya belum merujuk pada kapal Angkatan Laut China saat mengumumkan jadwal tenggelamnya USS Tarawa sebagai bagian dari latihan multi-nasional di Pasifik. SINKEX (latihan tenggelam) merupakan ciri khas dari setiap iterasi RIMPAC, yang menampilkan latihan tembakan langsung dan pelatihan taktis.
Namun, latihan ini diawasi dengan ketat di tengah meningkatnya ketegangan dengan China di kawasan Indo-Pasifik. Beijing telah berjanji untuk menyatukan Taiwan dengan daratan China—dengan kekerasan, jika perlu.
Presiden AS Joe Biden telah mengatakan lebih dari satu kali bahwa militer negaranya akan membantu Taiwan jika terjadi invasi China, sehingga memicu kekhawatiran tentang potensi konflik yang melibatkan AS dan sekutunya di wilayah tersebut. Beberapa pakar militer memperkirakan bahwa invasi dapat dilancarkan pada tahun 2027.
Masalah Taiwan di tengah ekspansi China dan sikap berperang di Laut China Selatan telah menyebabkan peningkatan ketegangan di antara kedua negara yang bersaing tersebut.
Kedua belah pihak telah bersiap menghadapi konflik dan mengasah keterampilan tempur mereka, sering kali menggunakan latihan untuk mensimulasikan serangan terhadap musuh. China, misalnya, telah membuat tiruan kapal Angkatan Laut AS, termasuk kapal induk Ford terbaru.
Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok (PLA-N) dengan cepat memperluas armada kapal serbu amfibinya. Ini bisa menjadi sasaran utama dalam konflik di masa depan. Tenggelamnya kapal-kapal besar—dengan ribuan awak dan personel—juga akan menjadi pengingat akan besarnya korban jiwa akibat konflik semacam itu.
Bobot USS Tarawa lebih dari 40.000 ton, yang menurut para analis, serupa dengan beberapa kapal China seperti Type 075.
Laporan Global Times mengacu pada laporan sebelumnya yang diterbitkan oleh VOA News, yang mengutip seorang analis yang mengatakan bahwa tenggelamnya USS Tarawa adalah untuk mengirim pesan kepada China bahwa AS dan sekutunya dapat dengan mudah menenggelamkan kapal Type 075, yang diperkirakan akan digunakan secara luas dalam konflik di masa depan.
“VOA (Voice of America) mengatakan rencana penggunaan kapal eks USS Tarawa sebagai kapal target di RIMPAC 2024 bertujuan untuk melawan pengembangan kapal serbu amfibi besar dan kapal induk China, serta potensi penempatannya di sekitar pulau Taiwan,” lanjut laporan Global Times, Minggu (30/6/2024).
Amerika Serikat atau sekutunya belum merujuk pada kapal Angkatan Laut China saat mengumumkan jadwal tenggelamnya USS Tarawa sebagai bagian dari latihan multi-nasional di Pasifik. SINKEX (latihan tenggelam) merupakan ciri khas dari setiap iterasi RIMPAC, yang menampilkan latihan tembakan langsung dan pelatihan taktis.
Namun, latihan ini diawasi dengan ketat di tengah meningkatnya ketegangan dengan China di kawasan Indo-Pasifik. Beijing telah berjanji untuk menyatukan Taiwan dengan daratan China—dengan kekerasan, jika perlu.
Presiden AS Joe Biden telah mengatakan lebih dari satu kali bahwa militer negaranya akan membantu Taiwan jika terjadi invasi China, sehingga memicu kekhawatiran tentang potensi konflik yang melibatkan AS dan sekutunya di wilayah tersebut. Beberapa pakar militer memperkirakan bahwa invasi dapat dilancarkan pada tahun 2027.
Masalah Taiwan di tengah ekspansi China dan sikap berperang di Laut China Selatan telah menyebabkan peningkatan ketegangan di antara kedua negara yang bersaing tersebut.
Kedua belah pihak telah bersiap menghadapi konflik dan mengasah keterampilan tempur mereka, sering kali menggunakan latihan untuk mensimulasikan serangan terhadap musuh. China, misalnya, telah membuat tiruan kapal Angkatan Laut AS, termasuk kapal induk Ford terbaru.
Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok (PLA-N) dengan cepat memperluas armada kapal serbu amfibinya. Ini bisa menjadi sasaran utama dalam konflik di masa depan. Tenggelamnya kapal-kapal besar—dengan ribuan awak dan personel—juga akan menjadi pengingat akan besarnya korban jiwa akibat konflik semacam itu.
Bobot USS Tarawa lebih dari 40.000 ton, yang menurut para analis, serupa dengan beberapa kapal China seperti Type 075.
Laporan Global Times mengacu pada laporan sebelumnya yang diterbitkan oleh VOA News, yang mengutip seorang analis yang mengatakan bahwa tenggelamnya USS Tarawa adalah untuk mengirim pesan kepada China bahwa AS dan sekutunya dapat dengan mudah menenggelamkan kapal Type 075, yang diperkirakan akan digunakan secara luas dalam konflik di masa depan.
tulis komentar anda