Barat Ciptakan Musuh-musuh, Hasilkan Sekutu Melimpah bagi Rusia
Jum'at, 21 Juni 2024 - 15:01 WIB
Putin tidak harus hadir secara fisik di suatu wilayah agar bayangannya tampak jelas di sana. Pekan lalu, armada Rusia tiba di Kuba dan saat ini sedang dalam perjalanan menuju Venezuela.
Meskipun kunjungan tersebut merupakan acara tahunan, kali ini armada tersebut mencakup kapal perang dan kapal selam berkemampuan nuklir, pesan yang jelas kepada Barat tidak hanya dari Rusia tetapi juga Kuba, yang terletak hanya 90 mil dari titik paling selatan AS.
Kuba, tentu saja, telah menjadi sasaran sanksi ekonomi ketat dari AS sejak 1962 dan Venezuela telah menjadi sasaran berbagai upaya kudeta dari Amerika Serikat, yang terakhir pada tahun 2019.
Apakah mengherankan mengapa negara-negara ini membiarkan Rusia memanfaatkan mereka untuk menjelek-jelekkan AS?
“Pesan besar di sini adalah bahwa sebagai tanggapan atas kemitraan strategis ini dengan Ukraina dan AS yang menyerang dengan rudal di dalam Rusia, dengan proksi rezim Kiev yang disingkirkan begitu saja di Ukraina,” ujar Sleboda di The Final Countdown.
Dia menjelaskan, “Rusia kembali ke mode konflik penuh dengan Amerika Serikat dan membangkitkan kembali semua sekutu Perang Dinginnya. Dan saya pikir kita bisa mengharapkan lebih banyak lagi.”
Lalu ada Afrika, benua yang telah lama berjuang melawan kolonialisme dan neo-kolonialisme oleh Barat.
Dalam beberapa tahun terakhir, banyak negara di Sahel telah mengusir penguasa neo-kolonial mereka dan dalam banyak kasus meminta Rusia memberikan keamanan bagi pemerintahan mereka yang sedang berkembang.
Tentu saja, AS dan Barat sedang mengumpulkan semua sekutu yang mereka bisa untuk menghadapi apa yang mereka lihat sebagai konflik yang tak terelakkan dengan Rusia dan/atau China.
Mereka telah berupaya mempertahankan pengaruh yang masih mereka miliki di Afrika. Perluasan NATO terus berlanjut, hanya diperkuat oleh operasi khusus Rusia di Ukraina.
Meskipun kunjungan tersebut merupakan acara tahunan, kali ini armada tersebut mencakup kapal perang dan kapal selam berkemampuan nuklir, pesan yang jelas kepada Barat tidak hanya dari Rusia tetapi juga Kuba, yang terletak hanya 90 mil dari titik paling selatan AS.
Kuba, tentu saja, telah menjadi sasaran sanksi ekonomi ketat dari AS sejak 1962 dan Venezuela telah menjadi sasaran berbagai upaya kudeta dari Amerika Serikat, yang terakhir pada tahun 2019.
Apakah mengherankan mengapa negara-negara ini membiarkan Rusia memanfaatkan mereka untuk menjelek-jelekkan AS?
“Pesan besar di sini adalah bahwa sebagai tanggapan atas kemitraan strategis ini dengan Ukraina dan AS yang menyerang dengan rudal di dalam Rusia, dengan proksi rezim Kiev yang disingkirkan begitu saja di Ukraina,” ujar Sleboda di The Final Countdown.
Dia menjelaskan, “Rusia kembali ke mode konflik penuh dengan Amerika Serikat dan membangkitkan kembali semua sekutu Perang Dinginnya. Dan saya pikir kita bisa mengharapkan lebih banyak lagi.”
Lalu ada Afrika, benua yang telah lama berjuang melawan kolonialisme dan neo-kolonialisme oleh Barat.
Dalam beberapa tahun terakhir, banyak negara di Sahel telah mengusir penguasa neo-kolonial mereka dan dalam banyak kasus meminta Rusia memberikan keamanan bagi pemerintahan mereka yang sedang berkembang.
Tentu saja, AS dan Barat sedang mengumpulkan semua sekutu yang mereka bisa untuk menghadapi apa yang mereka lihat sebagai konflik yang tak terelakkan dengan Rusia dan/atau China.
Mereka telah berupaya mempertahankan pengaruh yang masih mereka miliki di Afrika. Perluasan NATO terus berlanjut, hanya diperkuat oleh operasi khusus Rusia di Ukraina.
Lihat Juga :
tulis komentar anda