Lebih dari 1.000 Jemaah Haji Meninggal karena Panas Ekstrem, 658 Warga Mesir
Kamis, 20 Juni 2024 - 18:30 WIB
RIYADH - Lebih dari 1.000 jemaah haji meninggal dunia di Arab Saudi, menurut penghitungan baru kantor berita AFP.
Kantor berita tersebut mengutip seorang diplomat Arab yang mengatakan lebih dari 658 orang dari total kematian itu berasal dari Mesir, dan diperkirakan 630 orang di antaranya adalah jemaah haji yang tidak terdaftar.
Lebih dari separuh korban jiwa tidak terdaftar, menurut AFP. Jemaah yang tidak terdaftar biasanya bepergian dengan visa turis atau visa kerja, membayar biaya yang jauh lebih rendah kepada agen perjalanan, dan tidak mendapatkan manfaat dari paket haji yang semakin mahal.
Sebanyak 60 warga Yordania termasuk di antara mereka yang meninggal, menurut AFP, serta 35 warga Tunisia, menurut kementerian luar negeri negara tersebut.
Indonesia, Iran dan Senegal juga melaporkan kematian pada ibadah haji tahun ini, yang dimulai pada 14 Juni, namun tidak menyebutkan secara spesifik apakah kematian tersebut terkait dengan cuaca panas.
Suhu di Masjidil Haram di Mekah mencapai 51,8 derajat celsius pada Senin (17/6/2024), menurut pusat meteorologi nasional Arab Saudi.
Pihak berwenang Saudi mengatakan pada Minggu bahwa 2.000 jamaah haji sakit akibat suhu panas. Angka tersebut belum diperbarui sejak saat itu, dan tidak memberikan informasi mengenai korban jiwa.
Video yang dibagikan di media sosial menunjukkan sejumlah jemaah tergeletak tak bernyawa di pinggir jalan di tengah panas terik, sehingga memicu kritik atas kurangnya perlindungan yang memadai bagi jemaah haji oleh otoritas Saudi.
Kementerian Luar Negeri Mesir mengatakan pada Selasa bahwa pihaknya bekerja sama dengan pihak berwenang Saudi untuk mencari warga Mesir yang hilang selama ibadah haji.
Seorang pejabat Mesir yang berbicara kepada AFP mengatakan tingginya angka kematian warga Mesir “pasti” didorong oleh banyaknya jemaah haji yang tidak terdaftar.
“Jemaah haji tidak teratur menyebabkan kekacauan besar di kamp-kamp jemaah haji Mesir, menyebabkan runtuhnya layanan,” papar pejabat yang mengawasi misi haji Mesir.
“Para peziarah pergi tanpa makanan, air atau AC untuk waktu yang lama,” ungkap pejabat tersebut, seraya menambahkan banyak orang meninggal karena mereka tidak memiliki tempat untuk berlindung.
Sekitar 1,8 juta jemaah menunaikan ibadah haji tahun ini, 1,6 juta jemaah di antaranya berasal dari luar negeri, menurut pihak berwenang Saudi.
Pada Hari Arafah yang jatuh pada Sabtu, para peziarah menghabiskan sepanjang hari di dekat bukit yang dikenal sebagai Gunung Arafat (Gunung Rahmat), tempat Nabi Muhammad menyampaikan khotbah terakhirnya.
Pejabat Saudi menyarankan jemaah menggunakan payung, tetap terhidrasi dan menghindari paparan sinar matahari selama jam-jam terpanas.
Ibadah haji tahunan yang merupakan salah satu dari lima rukun Islam semakin terdampak oleh perubahan iklim.
Penelitian di Saudi baru-baru ini menemukan suhu di daerah tempat ibadah haji dilakukan meningkat sebesar 0,4 derajat Celsius setiap dekade.
Kantor berita tersebut mengutip seorang diplomat Arab yang mengatakan lebih dari 658 orang dari total kematian itu berasal dari Mesir, dan diperkirakan 630 orang di antaranya adalah jemaah haji yang tidak terdaftar.
Lebih dari separuh korban jiwa tidak terdaftar, menurut AFP. Jemaah yang tidak terdaftar biasanya bepergian dengan visa turis atau visa kerja, membayar biaya yang jauh lebih rendah kepada agen perjalanan, dan tidak mendapatkan manfaat dari paket haji yang semakin mahal.
Sebanyak 60 warga Yordania termasuk di antara mereka yang meninggal, menurut AFP, serta 35 warga Tunisia, menurut kementerian luar negeri negara tersebut.
Indonesia, Iran dan Senegal juga melaporkan kematian pada ibadah haji tahun ini, yang dimulai pada 14 Juni, namun tidak menyebutkan secara spesifik apakah kematian tersebut terkait dengan cuaca panas.
Suhu di Masjidil Haram di Mekah mencapai 51,8 derajat celsius pada Senin (17/6/2024), menurut pusat meteorologi nasional Arab Saudi.
Pihak berwenang Saudi mengatakan pada Minggu bahwa 2.000 jamaah haji sakit akibat suhu panas. Angka tersebut belum diperbarui sejak saat itu, dan tidak memberikan informasi mengenai korban jiwa.
Video yang dibagikan di media sosial menunjukkan sejumlah jemaah tergeletak tak bernyawa di pinggir jalan di tengah panas terik, sehingga memicu kritik atas kurangnya perlindungan yang memadai bagi jemaah haji oleh otoritas Saudi.
Jemaah yang Hilang
Kementerian Luar Negeri Mesir mengatakan pada Selasa bahwa pihaknya bekerja sama dengan pihak berwenang Saudi untuk mencari warga Mesir yang hilang selama ibadah haji.
Seorang pejabat Mesir yang berbicara kepada AFP mengatakan tingginya angka kematian warga Mesir “pasti” didorong oleh banyaknya jemaah haji yang tidak terdaftar.
“Jemaah haji tidak teratur menyebabkan kekacauan besar di kamp-kamp jemaah haji Mesir, menyebabkan runtuhnya layanan,” papar pejabat yang mengawasi misi haji Mesir.
“Para peziarah pergi tanpa makanan, air atau AC untuk waktu yang lama,” ungkap pejabat tersebut, seraya menambahkan banyak orang meninggal karena mereka tidak memiliki tempat untuk berlindung.
Sekitar 1,8 juta jemaah menunaikan ibadah haji tahun ini, 1,6 juta jemaah di antaranya berasal dari luar negeri, menurut pihak berwenang Saudi.
Pada Hari Arafah yang jatuh pada Sabtu, para peziarah menghabiskan sepanjang hari di dekat bukit yang dikenal sebagai Gunung Arafat (Gunung Rahmat), tempat Nabi Muhammad menyampaikan khotbah terakhirnya.
Pejabat Saudi menyarankan jemaah menggunakan payung, tetap terhidrasi dan menghindari paparan sinar matahari selama jam-jam terpanas.
Ibadah haji tahunan yang merupakan salah satu dari lima rukun Islam semakin terdampak oleh perubahan iklim.
Penelitian di Saudi baru-baru ini menemukan suhu di daerah tempat ibadah haji dilakukan meningkat sebesar 0,4 derajat Celsius setiap dekade.
(sya)
tulis komentar anda