Profil Hassan Nasrallah, Sekjen Hizbullah yang Hobi Baca Memoar Tokoh Politik
Kamis, 20 Juni 2024 - 15:24 WIB
Saat berada di tempat barunya, Nasrallah bergabung dengan sebuah organisasi berpaham Syiah. Beranjak dewasa, ia mulai bepergian guna mencari pengalaman dan ilmu hingga ke Irak.
Pada 1978, Nasrallah bersama ulama dan mahasiswa Syiah lain dianggap radikal oleh pemerintah Baath. Terpaksa, ia harus meninggalkan Irak dan kembali ke Lebanon.
Saat kembali, Nasrallah belajar dan mengajar di sekolah Sheikh Abbas al-Musawi. Tahun berikutnya, Nasrallah dan Musawi sempat menjadi pendukung imam Iran Ruhollah Khomeini.
Sekitar 1982, Nasrullah mengikuti Musawi menuju sebuah organisasi bernama Hizbullah. Didukung oleh Iran, kelompok ini didirikan sebagai tanggapan atas invasi Israel ke Lebanon.
Seiring waktu, kedekatan Nasrallah dengan Musawi membuatnya turut menjadi perhatian di organisasi. Pada 1985, ia ditunjuk menjadi ketua dewan eksekutif Hizbullah dan anggota dewan syura.
Berkaitan dengan tugasnya, Nasrallah sering pergi ke Iran untuk berkonsultasi dan menerima informasi terkini mengenai perang Iran-Irak yang sedang berlangsung.
Pada Februari 1992, Musawi yang menjadi sekretaris jenderal (Sekjen) Hizbullah terbunuh bersama istri dan anaknya. Ia tewas dalam sebuah serangan udara Israel.
Saat berada di pemakamannya, Nasrallah menyampaikan pidato yang membuatnya semakin disegani. Terbukti, ia terpilih sebagai pengganti Musawi dalam tugas Sekjen Hizbullah.
Berada di bawah kepemimpinan Nasrallah, Hizbullah mulai mendapat peningkatan kekuatan dan lebih berani. Kelompok ini bahkan memperoleh roket jarak jauh yang memungkinkannya menargetkan lebih banyak wilayah di Israel utara.
Kendati Israel telah menarik diri dari Lebanon, Nasrallah bersama Hizbullah tetap melanjutkan permusuhannya dengan negara Yahudi itu. Sampai sekarang, ia dikenal sebagai salah satu penentang keras negara Israel.
Pada 1978, Nasrallah bersama ulama dan mahasiswa Syiah lain dianggap radikal oleh pemerintah Baath. Terpaksa, ia harus meninggalkan Irak dan kembali ke Lebanon.
Saat kembali, Nasrallah belajar dan mengajar di sekolah Sheikh Abbas al-Musawi. Tahun berikutnya, Nasrallah dan Musawi sempat menjadi pendukung imam Iran Ruhollah Khomeini.
Sekitar 1982, Nasrullah mengikuti Musawi menuju sebuah organisasi bernama Hizbullah. Didukung oleh Iran, kelompok ini didirikan sebagai tanggapan atas invasi Israel ke Lebanon.
Seiring waktu, kedekatan Nasrallah dengan Musawi membuatnya turut menjadi perhatian di organisasi. Pada 1985, ia ditunjuk menjadi ketua dewan eksekutif Hizbullah dan anggota dewan syura.
Berkaitan dengan tugasnya, Nasrallah sering pergi ke Iran untuk berkonsultasi dan menerima informasi terkini mengenai perang Iran-Irak yang sedang berlangsung.
Pada Februari 1992, Musawi yang menjadi sekretaris jenderal (Sekjen) Hizbullah terbunuh bersama istri dan anaknya. Ia tewas dalam sebuah serangan udara Israel.
Saat berada di pemakamannya, Nasrallah menyampaikan pidato yang membuatnya semakin disegani. Terbukti, ia terpilih sebagai pengganti Musawi dalam tugas Sekjen Hizbullah.
Berada di bawah kepemimpinan Nasrallah, Hizbullah mulai mendapat peningkatan kekuatan dan lebih berani. Kelompok ini bahkan memperoleh roket jarak jauh yang memungkinkannya menargetkan lebih banyak wilayah di Israel utara.
Kendati Israel telah menarik diri dari Lebanon, Nasrallah bersama Hizbullah tetap melanjutkan permusuhannya dengan negara Yahudi itu. Sampai sekarang, ia dikenal sebagai salah satu penentang keras negara Israel.
tulis komentar anda