3 Riwayat Perang Hizbullah: Tak Hanya Israel, Ternyata Pernah Lawan ISIS dan Serbia
Selasa, 18 Juni 2024 - 15:45 WIB
Selain itu, konflik ini juga mendorong organisasi teroris seperti ISIS dan Al-Qaeda untuk bergabung dan berbuat kekacauan. Akibatnya, peperangan yang terjadi pun semakin mengerikan.
Mengutip laman CSIS, tujuan politik keterlibatan Hizbullah di Suriah adalah menjaga kelangsungan rezim Assad. Selain itu, mereka juga ingin memperluas pengaruh di Suriah, membendung penyebaran pemberontak hingga membela komunitas Syiah di Suriah.
Hizbullah menganggap penggulingan rezim Assad di Suriah oleh kelompok pemberontak yang didukung Amerika Serikat dan Israel bisa menimbulkan ancaman bagi pihaknya. Alhasil, para petinggi Hizbullah menekankan komitmen untuk tetap melakukan operasi di Suriah.
Sementara untuk tujuan militer, Hizbullah khawatir jatuhnya rezim Assad akan membawa bencana bagi mereka. Hal ini karena Hizbullah sendiri selama ini menerima sebagian besar senjata yang diselundupkan dari Suriah.
Demi mencapai tujuan politik dan militernya, Hizbullah membawa sejumlah personel dan persenjataan dari Lebanon ke Suriah. Mereka diperkirakan menerjunkan serdadu mencapai 7.000 hingga 10.000 orang.
Pada jalannya perang, Hizbullah yang awalnya hanya melawan pemberontak terpaksa bertempur juga dengan kelompok ISIS yang ikut campur.
Meski dikatakan telah menarik diri sepenuhnya, sebagian pengamat masih yakin bahwa Hizbullah meninggalkan sedikit bagiannya di Suriah.
Perang Bosnia melibatkan etnis Bosnia dan Serbia pada 1992-1995. Latar belakang konflik ini tercipta sebagai dampak runtuhnya Yugoslavia pada 1991.
Pada Perang Bosnia, kelompok Hizbullah ternyata pernah ikut mengirim pasukannya. Keterlibatan ini tak bisa dilepaskan dari Iran yang memang waktu itu menjadi sekutu Bosnia.
Mengutip laman CSIS, tujuan politik keterlibatan Hizbullah di Suriah adalah menjaga kelangsungan rezim Assad. Selain itu, mereka juga ingin memperluas pengaruh di Suriah, membendung penyebaran pemberontak hingga membela komunitas Syiah di Suriah.
Hizbullah menganggap penggulingan rezim Assad di Suriah oleh kelompok pemberontak yang didukung Amerika Serikat dan Israel bisa menimbulkan ancaman bagi pihaknya. Alhasil, para petinggi Hizbullah menekankan komitmen untuk tetap melakukan operasi di Suriah.
Sementara untuk tujuan militer, Hizbullah khawatir jatuhnya rezim Assad akan membawa bencana bagi mereka. Hal ini karena Hizbullah sendiri selama ini menerima sebagian besar senjata yang diselundupkan dari Suriah.
Demi mencapai tujuan politik dan militernya, Hizbullah membawa sejumlah personel dan persenjataan dari Lebanon ke Suriah. Mereka diperkirakan menerjunkan serdadu mencapai 7.000 hingga 10.000 orang.
Pada jalannya perang, Hizbullah yang awalnya hanya melawan pemberontak terpaksa bertempur juga dengan kelompok ISIS yang ikut campur.
Meski dikatakan telah menarik diri sepenuhnya, sebagian pengamat masih yakin bahwa Hizbullah meninggalkan sedikit bagiannya di Suriah.
2. Intervensi di Perang Bosnia
Perang Bosnia melibatkan etnis Bosnia dan Serbia pada 1992-1995. Latar belakang konflik ini tercipta sebagai dampak runtuhnya Yugoslavia pada 1991.
Pada Perang Bosnia, kelompok Hizbullah ternyata pernah ikut mengirim pasukannya. Keterlibatan ini tak bisa dilepaskan dari Iran yang memang waktu itu menjadi sekutu Bosnia.
tulis komentar anda