Armenia Bersiap Keluar dari Aliansi Rusia dan Merapat ke AS
Kamis, 13 Juni 2024 - 10:26 WIB
YEREVAN - Armenia sedang bersiap untuk keluar dari Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO), sebuah aliansi militer pimpinan Rusia.
Sekutu Moskow itu kemudian akan beralih menjadi mitra strategis Amerika Serikat (AS).
Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan mengumumkan keputusan tersebut pada Rabu.
“Kami akan keluar (CSTO), apakah Anda membuat saya takut dengan ini? Semuanya baik-baik saja dengan kami, kami akan memutuskan kapan kami pergi. Menurut Anda apa langkah selanjutnya, bisakah kita kembali? Jangan khawatir,” kata Pashinyan menanggapi pertanyaan anggota Parlemen dari kubu oposisi dalam rapat di Parlemen, sebagaimana dikutip dari Reuters, Kamis (13/6/2024).
Aliansi CSTO, yang dibentuk pada tahun 2002, terdiri dari enam negara pasca-Soviet—Armenia, Belarusia, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Rusia, dan Tajikistan.
Pada hari yang sama, Amerika Serikat (AS) dan Armenia mengumumkan bahwa mereka bermaksud untuk meningkatkan hubungan bilateral mereka ke tingkat “kemitraan strategis", dengan Washington akan membantu Yerevan dalam bidang perdagangan, militer, sistem peradilan dan demokrasi.
PM Pashinyan sebelumnya telah membekukan keanggotaan Armenia di CSTO setelah menyalahkan Rusia karena Moskow tidak menghentikan Azerbaijan untuk mengeklaim kembali wilayah Nagorno-Karabakh yang telah lama disengketakan.
Pasukan penjaga perdamaian Rusia telah dikerahkan ke wilayah tersebut pada tahun 2020, setelah Azerbaijan merebut kembali sebagian Nagorno-Karabakh dalam konflik dengan milisi Armenia setempat.
Pashinyan sendiri mengakui kedaulatan Baku atas wilayah tersebut dan berpendapat bahwa kehilangan wilayah tersebut sudah lama tidak bisa dihindari.
Menteri Luar Negeri Armenia Ararat Mirzoyan telah menjamu Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Eropa dan Eurasia James O’Brien di Yerevan pada hari Selasa.
Pernyataan bersama yang dikeluarkan pada kesempatan tersebut mencatat aspirasi Armenia untuk bekerja sama lebih erat dengan lembaga-lembaga Euro-Atlantik dan Barat.
“Amerika Serikat dan Armenia menegaskan kembali komitmen mereka terhadap nilai-nilai demokrasi bersama dan terhadap tujuan Armenia yang demokratis, sejahtera, dan damai,” demikian pernyataan komunike tersebut.
Hubungan antara kedua negara harus ditingkatkan pada tahun mendatang, kata O’Brien dan Mirzoyan.
"Kedua belah pihak akan terus memperluas hubungan komersial dan perdagangan, bersamaan dengan meningkatkan kerja sama mengenai sanksi dan kontrol ekspor," lanjut komunike tersebut.
"Amerika akan menawarkan solusi komersial dalam energi nuklir dan energi terbarukan untuk mempromosikan ketahanan pangan dan kemandirian energi Armenia."
Pemerintahan Pashinyan juga telah mengajukan tawaran kepada Prancis untuk mendapatkan teknologi militer dan dilaporkan menawarkan negaranya sebagai kemungkinan tujuan bagi para pencari suaka yang ditolak oleh Inggris.
Sekutu Moskow itu kemudian akan beralih menjadi mitra strategis Amerika Serikat (AS).
Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan mengumumkan keputusan tersebut pada Rabu.
“Kami akan keluar (CSTO), apakah Anda membuat saya takut dengan ini? Semuanya baik-baik saja dengan kami, kami akan memutuskan kapan kami pergi. Menurut Anda apa langkah selanjutnya, bisakah kita kembali? Jangan khawatir,” kata Pashinyan menanggapi pertanyaan anggota Parlemen dari kubu oposisi dalam rapat di Parlemen, sebagaimana dikutip dari Reuters, Kamis (13/6/2024).
Baca Juga
Aliansi CSTO, yang dibentuk pada tahun 2002, terdiri dari enam negara pasca-Soviet—Armenia, Belarusia, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Rusia, dan Tajikistan.
Pada hari yang sama, Amerika Serikat (AS) dan Armenia mengumumkan bahwa mereka bermaksud untuk meningkatkan hubungan bilateral mereka ke tingkat “kemitraan strategis", dengan Washington akan membantu Yerevan dalam bidang perdagangan, militer, sistem peradilan dan demokrasi.
PM Pashinyan sebelumnya telah membekukan keanggotaan Armenia di CSTO setelah menyalahkan Rusia karena Moskow tidak menghentikan Azerbaijan untuk mengeklaim kembali wilayah Nagorno-Karabakh yang telah lama disengketakan.
Pasukan penjaga perdamaian Rusia telah dikerahkan ke wilayah tersebut pada tahun 2020, setelah Azerbaijan merebut kembali sebagian Nagorno-Karabakh dalam konflik dengan milisi Armenia setempat.
Pashinyan sendiri mengakui kedaulatan Baku atas wilayah tersebut dan berpendapat bahwa kehilangan wilayah tersebut sudah lama tidak bisa dihindari.
Menteri Luar Negeri Armenia Ararat Mirzoyan telah menjamu Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Eropa dan Eurasia James O’Brien di Yerevan pada hari Selasa.
Pernyataan bersama yang dikeluarkan pada kesempatan tersebut mencatat aspirasi Armenia untuk bekerja sama lebih erat dengan lembaga-lembaga Euro-Atlantik dan Barat.
“Amerika Serikat dan Armenia menegaskan kembali komitmen mereka terhadap nilai-nilai demokrasi bersama dan terhadap tujuan Armenia yang demokratis, sejahtera, dan damai,” demikian pernyataan komunike tersebut.
Hubungan antara kedua negara harus ditingkatkan pada tahun mendatang, kata O’Brien dan Mirzoyan.
"Kedua belah pihak akan terus memperluas hubungan komersial dan perdagangan, bersamaan dengan meningkatkan kerja sama mengenai sanksi dan kontrol ekspor," lanjut komunike tersebut.
"Amerika akan menawarkan solusi komersial dalam energi nuklir dan energi terbarukan untuk mempromosikan ketahanan pangan dan kemandirian energi Armenia."
Pemerintahan Pashinyan juga telah mengajukan tawaran kepada Prancis untuk mendapatkan teknologi militer dan dilaporkan menawarkan negaranya sebagai kemungkinan tujuan bagi para pencari suaka yang ditolak oleh Inggris.
(mas)
tulis komentar anda