Perekonomian Global Akan Sangat Terpukul Jika China Serang Taiwan
Kamis, 06 Juni 2024 - 13:53 WIB
Invasi China ke Taiwan akan lebih dahsyat dari perkiraan, kata Letnan Jenderal Stephen Sklenka, Wakil Komandan Komando Indo-Pasifik AS.
“Yang dipertaruhkan adalah banyaknya nyawa yang tak terhitung jumlahnya, kerugian ekonomi global senilai triliunan dolar, dan tatanan internasional yang telah menghasilkan perdamaian dan stabilitas relatif selama 80 tahun terakhir,” tutur Sklenka.
Terdapat beberapa konflik di dunia dalam beberapa tahun terakhir, termasuk perang Rusia-Ukraina, konflik Armenia-Azerbaijan dan ketegangan antara Israel dan Iran. Untungnya, beragam konflik tersebut dapat dicegah agar tidak berkembang menjadi konflik global yang lebih luas.
Namun pencegahan semacam itu hanya terbatas pada bentrokan regional. Dalam kasus konflik China-Taiwan, AS secara hukum terikat untuk membela Taipei, dan dikhawatirkan akan terjadi konflik militer yang serius di Selat Taiwan jika Beijing melancarkan invasi.
Jika AS tidak melakukan intervensi pun, bentrokan antara China dan Taiwan akan memiliki dampak yang lebih dahsyat dan mendalam dibandingkan perang di Rusia-Ukraina. Ini dikarenakan China dan Taiwan sangat terintegrasi ke dalam perekonomian global, kata ekonom politik internasional Min-Hua Chiang.
“Bahkan tanpa intervensi militer langsung dari Amerika Serikat, perang Taiwan-China akan menghancurkan perekonomian global seperti senjata pemusnah massal,” ujarnya.
Sekelompok ahli strategi militer dan pertahanan menggunakan simulasi untuk menyimpulkan bahwa China akan dikalahkan oleh AS dan sekutunya jika Taiwan diserang. Namun, harga yang harus dibayar untuk itu sangat besar.
Menteri Pertahanan China yang baru diangkat, Laksamana Dong Jun, telah mengisyaratkan tindakan militer dengan mengatakan bahwa prospek reunifikasi damai dengan Taiwan semakin terkikis.
Dia bahkan memperingatkan AS dan sekutunya agar tidak melakukan intervensi dengan mengatakan bahwa kekuatan eksternal yang mendukung Taiwan akan “berakhir dengan kehancuran diri sendiri.”
“Yang dipertaruhkan adalah banyaknya nyawa yang tak terhitung jumlahnya, kerugian ekonomi global senilai triliunan dolar, dan tatanan internasional yang telah menghasilkan perdamaian dan stabilitas relatif selama 80 tahun terakhir,” tutur Sklenka.
Amerika Akan Intervensi?
Terdapat beberapa konflik di dunia dalam beberapa tahun terakhir, termasuk perang Rusia-Ukraina, konflik Armenia-Azerbaijan dan ketegangan antara Israel dan Iran. Untungnya, beragam konflik tersebut dapat dicegah agar tidak berkembang menjadi konflik global yang lebih luas.
Namun pencegahan semacam itu hanya terbatas pada bentrokan regional. Dalam kasus konflik China-Taiwan, AS secara hukum terikat untuk membela Taipei, dan dikhawatirkan akan terjadi konflik militer yang serius di Selat Taiwan jika Beijing melancarkan invasi.
Jika AS tidak melakukan intervensi pun, bentrokan antara China dan Taiwan akan memiliki dampak yang lebih dahsyat dan mendalam dibandingkan perang di Rusia-Ukraina. Ini dikarenakan China dan Taiwan sangat terintegrasi ke dalam perekonomian global, kata ekonom politik internasional Min-Hua Chiang.
“Bahkan tanpa intervensi militer langsung dari Amerika Serikat, perang Taiwan-China akan menghancurkan perekonomian global seperti senjata pemusnah massal,” ujarnya.
Sekelompok ahli strategi militer dan pertahanan menggunakan simulasi untuk menyimpulkan bahwa China akan dikalahkan oleh AS dan sekutunya jika Taiwan diserang. Namun, harga yang harus dibayar untuk itu sangat besar.
Menteri Pertahanan China yang baru diangkat, Laksamana Dong Jun, telah mengisyaratkan tindakan militer dengan mengatakan bahwa prospek reunifikasi damai dengan Taiwan semakin terkikis.
Dia bahkan memperingatkan AS dan sekutunya agar tidak melakukan intervensi dengan mengatakan bahwa kekuatan eksternal yang mendukung Taiwan akan “berakhir dengan kehancuran diri sendiri.”
Lihat Juga :
tulis komentar anda