Netanyahu Bilang Israel Siap Gencatan Senjata, tapi Tak Hentikan Perang Lawan Hamas
Selasa, 04 Juni 2024 - 07:42 WIB
Tahap terakhir membayangkan rekonstruksi besar-besaran di Gaza dengan partisipasi komunitas internasional sedemikian rupa sehingga tidak memungkinkan Hamas mempersenjatai kembali.
Pada akhir pekan, Ophir Falk, kepala penasihat kebijakan luar negeri Netanyahu, mengatakan Israel telah menerima kerangka tersebut.
Pejabat tersebut menyatakan bahwa rencana itu bukanlah “kesepakatan yang bagus” dan "masih ada banyak rincian yang harus diselesaikan", sebelum Netanyahu mengklarifikasi bahwa gencatan senjata tersebut hanya bersifat sementara.
“Saya tidak akan siap menghentikan perang. Terlepas dari apa yang dikatakan Presiden Biden, belum disepakati berapa banyak sandera yang akan dibebaskan pada tahap pertama. Kita bisa menghentikan pertempuran selama 42 hari untuk mengembalikan para sandera. Kita tidak bisa menghentikan perang. Orang-orang Iran dan semua musuh kami sedang melihat kami, dan ingin melihat apakah kami menyerah,” kata Netanyahu.
“Ada banyak rincian dalam kesepakatan itu, dan perang tidak akan berakhir tanpa kita mencapai semua tujuan kita. Kita tidak akan menyerah untuk meraih kemenangan mutlak,” papar Netanyahu.
Pernyataan perdana menteri tersebut sangat kontras dengan gambaran AS mengenai sikap Israel terhadap rencana tersebut.
Pada hari Minggu, Departemen Luar Negeri AS mengatakan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengadakan pembicaraan mengenai proposal tersebut dengan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant.
"Selama panggilan telepon, diplomat AS memuji kesiapan Israel untuk mencapai kesepakatan dan menggarisbawahi bahwa proposal tersebut akan memajukan kepentingan keamanan jangka panjang Israel, termasuk dengan memungkinkan kemungkinan integrasi lebih lanjut di wilayah tersebut," kata Departemen Luar Negeri AS.”
Pada akhir pekan, Ophir Falk, kepala penasihat kebijakan luar negeri Netanyahu, mengatakan Israel telah menerima kerangka tersebut.
Pejabat tersebut menyatakan bahwa rencana itu bukanlah “kesepakatan yang bagus” dan "masih ada banyak rincian yang harus diselesaikan", sebelum Netanyahu mengklarifikasi bahwa gencatan senjata tersebut hanya bersifat sementara.
“Saya tidak akan siap menghentikan perang. Terlepas dari apa yang dikatakan Presiden Biden, belum disepakati berapa banyak sandera yang akan dibebaskan pada tahap pertama. Kita bisa menghentikan pertempuran selama 42 hari untuk mengembalikan para sandera. Kita tidak bisa menghentikan perang. Orang-orang Iran dan semua musuh kami sedang melihat kami, dan ingin melihat apakah kami menyerah,” kata Netanyahu.
“Ada banyak rincian dalam kesepakatan itu, dan perang tidak akan berakhir tanpa kita mencapai semua tujuan kita. Kita tidak akan menyerah untuk meraih kemenangan mutlak,” papar Netanyahu.
Pernyataan perdana menteri tersebut sangat kontras dengan gambaran AS mengenai sikap Israel terhadap rencana tersebut.
Pada hari Minggu, Departemen Luar Negeri AS mengatakan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengadakan pembicaraan mengenai proposal tersebut dengan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant.
"Selama panggilan telepon, diplomat AS memuji kesiapan Israel untuk mencapai kesepakatan dan menggarisbawahi bahwa proposal tersebut akan memajukan kepentingan keamanan jangka panjang Israel, termasuk dengan memungkinkan kemungkinan integrasi lebih lanjut di wilayah tersebut," kata Departemen Luar Negeri AS.”
(mas)
tulis komentar anda