Siapa Alejandra Marisa Rodriguez? Kontestan Miss Universe Tertua dalam Sejarah yang Mendobrak Arti Kecantikan
Senin, 27 Mei 2024 - 18:50 WIB
Mereka menghilangkan banyak persyaratan kelayakan yang kontroversial, membuka kesempatan bagi perempuan yang sudah menikah, hamil, lesbian dan transgender, dan menghapus semua penyebutan “kecantikan” di situsnya.
Namun, karena kontes tersebut menekankan empati, kepercayaan diri, dan keaslian sebagai cita-cita feminin, penyebutan “wanita muda” tetap berlaku, dan bersamaan dengan itu, larangan terhadap hal-hal yang tidak pantas.
Foto/AP
Meski banyak perempuan yang memuji keputusan Rodriguez untuk berkompetisi pada usia 60 tahun, ada pula yang mempertanyakan apakah ia menetapkan standar yang tidak masuk akal bagi perempuan yang lebih tua. Wajahnya yang memenangkan penghargaan, sosoknya yang gagah, dan fitur pahatannya membuatnya berbaur dengan kelompok muda di atas panggung.
“Hal ini berkontribusi pada perasaan bahwa setiap orang harus bisa berpenampilan seperti ini, semua perempuan berusia 60 tahun harus memiliki penampilan awet muda dan segar, seolah-olah mereka berusia 25 tahun,” kata Lala Pasquinelli, seorang aktivis feminis Argentina. “Jika tidak, itu karena mereka tidak mau berkorban.”
Namun, karena kontes tersebut menekankan empati, kepercayaan diri, dan keaslian sebagai cita-cita feminin, penyebutan “wanita muda” tetap berlaku, dan bersamaan dengan itu, larangan terhadap hal-hal yang tidak pantas.
Tetap Menimbulkan Dilema
Foto/AP
Meski banyak perempuan yang memuji keputusan Rodriguez untuk berkompetisi pada usia 60 tahun, ada pula yang mempertanyakan apakah ia menetapkan standar yang tidak masuk akal bagi perempuan yang lebih tua. Wajahnya yang memenangkan penghargaan, sosoknya yang gagah, dan fitur pahatannya membuatnya berbaur dengan kelompok muda di atas panggung.
“Hal ini berkontribusi pada perasaan bahwa setiap orang harus bisa berpenampilan seperti ini, semua perempuan berusia 60 tahun harus memiliki penampilan awet muda dan segar, seolah-olah mereka berusia 25 tahun,” kata Lala Pasquinelli, seorang aktivis feminis Argentina. “Jika tidak, itu karena mereka tidak mau berkorban.”
(ahm)
tulis komentar anda