Militer Mali Berjanji Gelar Pemilu Pasca Lakukan Kudeta
Rabu, 19 Agustus 2020 - 17:28 WIB
BAMAKO - Militer Mali berjanji untuk memulihkan stabilitas dan mengawasi masa transisi politik menuju pemilu dalam periode yang "masuk akal." Hal itu diungkapkan setelah mereka menggulingkan presiden dan pemerintah Mali dalam kudeta militer yang mengundang kecaman.
Diapit oleh tentara, juru bicara pemberontak Kolonel Ismael Wague mengundang masyarakat sipil dan gerakan politik Mali untuk bergabung dengan mereka guna menciptakan kondisi bagi transisi politik.
"Negara kita tenggelam dalam kekacauan, anarki, dan ketidakamanan yang sebagian besar disebabkan oleh kesalahan orang-orang yang bertanggung jawab atas takdirnya," katanya dalam pernyataan yang disiarkan di televisi milik negara.
"Kami tidak tertarik pada kekuasaan, tapi kami tertarik pada stabilitas negara, yang akan memungkinkan kami untuk mengatur pemilihan umum untuk memungkinkan Mali melengkapi dirinya dengan institusi yang kuat dalam batas waktu yang wajar," imbuhnya seperti dilansir dari Reuters, Rabu (19/8/2020).
Hingga kini masih belum jelas siapa yang memimpin pemberontakan.(Baca: Diduga Pemberontakan, Suara Tembakan Terdengar di Kamp Militer Mali )
Namun juru bicara para pemberontak, yang menyebut diri mereka Komite Nasional untuk Penyelamat Rakyat, mengatakan mereka bertindak untuk mencegah Mali jatuh lebih jauh ke dalam kekacauan seperti dikutip dari Reuters.
Pada Selasa malam, pengunjuk rasa anti-pemerintah memenuhi alun-alun pusat di Bamako untuk menghibur para pemberontak saat mereka masuk dengan kendaraan militer.
Namun Ibu Kota Mali itu jauh lebih tenang pada Rabu pagi, dengan sedikit warga sipil di jalan-jalan sebagian besar toko di satu daerah pemukiman masih tutup di tengah bukti penjarahan semalam.
Video yang beredar di media sosial menunjukkan warga Mali berlarian tanpa pemeriksaan melalui kompleks mewah di kota, termasuk properti yang diidentifikasi sebagai milik Menteri Kehakiman Kassoum Tapo dan putra Keita, Karim. Belum memungkinkan bagi Reuters untuk mengautentikasi rekaman tersebut.
Diapit oleh tentara, juru bicara pemberontak Kolonel Ismael Wague mengundang masyarakat sipil dan gerakan politik Mali untuk bergabung dengan mereka guna menciptakan kondisi bagi transisi politik.
"Negara kita tenggelam dalam kekacauan, anarki, dan ketidakamanan yang sebagian besar disebabkan oleh kesalahan orang-orang yang bertanggung jawab atas takdirnya," katanya dalam pernyataan yang disiarkan di televisi milik negara.
"Kami tidak tertarik pada kekuasaan, tapi kami tertarik pada stabilitas negara, yang akan memungkinkan kami untuk mengatur pemilihan umum untuk memungkinkan Mali melengkapi dirinya dengan institusi yang kuat dalam batas waktu yang wajar," imbuhnya seperti dilansir dari Reuters, Rabu (19/8/2020).
Hingga kini masih belum jelas siapa yang memimpin pemberontakan.(Baca: Diduga Pemberontakan, Suara Tembakan Terdengar di Kamp Militer Mali )
Namun juru bicara para pemberontak, yang menyebut diri mereka Komite Nasional untuk Penyelamat Rakyat, mengatakan mereka bertindak untuk mencegah Mali jatuh lebih jauh ke dalam kekacauan seperti dikutip dari Reuters.
Pada Selasa malam, pengunjuk rasa anti-pemerintah memenuhi alun-alun pusat di Bamako untuk menghibur para pemberontak saat mereka masuk dengan kendaraan militer.
Namun Ibu Kota Mali itu jauh lebih tenang pada Rabu pagi, dengan sedikit warga sipil di jalan-jalan sebagian besar toko di satu daerah pemukiman masih tutup di tengah bukti penjarahan semalam.
Video yang beredar di media sosial menunjukkan warga Mali berlarian tanpa pemeriksaan melalui kompleks mewah di kota, termasuk properti yang diidentifikasi sebagai milik Menteri Kehakiman Kassoum Tapo dan putra Keita, Karim. Belum memungkinkan bagi Reuters untuk mengautentikasi rekaman tersebut.
tulis komentar anda