Houthi Tembak Jatuh Drone Reaper AS Lainnya, Gunakan Rudal Murah Buatan Sendiri

Sabtu, 18 Mei 2024 - 07:29 WIB
Drone Reaper AS ditembak jatuh di Yaman oleh pejuang Houthi. Foto/X/Defence_IDA
SANAA - Pejuang Houthi Yaman melaporkan penghancuran drone MQ-9 Reaper lainnya menggunakan rudal darat ke udara (SAM) “buatan lokal”.

Houthi mengubah drone General Atomics MQ-9 Reaper itu menjadi barang rongsokan, menggunakan varian buatan sendiri dari sistem rudal permukaan-ke-udara Kub Soviet.

Rudal murah itu pun dengan mudah menembak jatuh drone canggih kebanggaan Amerika Serikat (AS) bernilai USD32 juta per unit.



Dalam pernyataan yang diterbitkan pada hari Jumat (17/5/2024) dan dilaporkan Kantor Berita SABA Yaman, pejuang mengatakan pasukan pertahanan udara mereka menembak jatuh pesawat tak berawak AS di Marib, Yaman barat, di mana mereka “melakukan tindakan permusuhan,” pada Kamis malam.

Militer AS belum mengakui hilangnya drone canggih tersebut. Namun, rekaman yang beredar online menunjukkan puing-puing drone yang mirip dengan dimensi dan penampilan Reaper, tergeletak hampir utuh di daerah gurun pada malam hari.

Kelompok Houthi tidak mempunyai reputasi dalam melaporkan penghancuran peralatan musuh kecuali mereka benar-benar melakukannya.

Serangan-serangan sebelumnya yang menargetkan drone Reaper kemudian dengan enggan dikonfirmasi oleh Pentagon.



Drone yang jatuh tersebut setidaknya merupakan yang kelima yang hancur di Yaman sejak Oktober 2023.

Pasukan Amerika telah mengerahkan Reaper secara massal di wilayah tersebut untuk membantu kampanye serangan mereka di Yaman yang bertujuan melemahkan kemampuan rudal dan drone yang dikerahkan Houthi untuk menegakkan blokade parsial Laut Merah yang menargetkan kapal niaga dan kapal perang negara-negara yang memiliki hubungan dengan Israel, Amerika Serikat, dan Inggris.

Diperkenalkan ke dalam layanan Angkatan Udara AS pada tahun 2008, Reaper memiliki waktu ketahanan 27 jam dan ketinggian penerbangan 50.000 kaki.

Drone itu telah banyak digunakan dalam operasi AS di Yaman, Afghanistan, Irak, dan Suriah selama lebih dari 15 tahun, dengan lebih dari 300 unit telah dibuat.

UAV bersenjata sepanjang 11 meter memiliki lebar sayap 20 meter, dapat membawa hingga 1.700 kg persenjataan pada tujuh cantelan eksternal, dan dapat melaju dengan kecepatan hampir 500 km per jam, dengan kecepatan jelajah lebih dari 300 km per jam.

Kelompok Houthi telah berjanji melanjutkan blokade parsial mereka sampai Israel menghentikan serangannya di Gaza.

Houthi menolak semua upaya yang dilakukan AS dan sekutunya hingga saat ini untuk menghentikan serangan rudal dan pesawat tak berawak mereka, baik dengan kekerasan atau melalui upaya diam-diam untuk menyuap mereka.

Penembakan Reaper terjadi beberapa jam setelah pejuang Houthi mengulangi ancamannya untuk menargetkan kapal-kapal Israel di Mediterania.

“Kami akan menargetkan kapal mana pun yang menuju Israel yang berada dalam jangkauan senjata kami,” tegas Pemimpin Houthi Abdul-Malik al-Houthi dalam pidatonya pada Kamis.

“Tidak ada garis merah bagi kami. Kami secara bertahap mencapai sasaran strategis sensitif yang berdampak pada musuh dan kami akan mencapainya dengan izin Tuhan,” ungkap dia.

Al-Houthi menegaskan kembali bahwa milisi melihat AS “terlibat dengan rezim Zionis dalam genosida terhadap rakyat Palestina,” dan menuduh Washington diam-diam menyetujui serangan rezim kolonial terhadap Rafah.

“Kami akan berusaha untuk memperkuat fase keempat eskalasi dalam hal momentum dan kekuatan serangan,” papar al-Houthi, merujuk pada gelombang aksi eskalasi yang dilakukan pejuang, termasuk upaya menyerang Israel secara langsung, dan memperluas cakupan operasi dari Laut Merah dan Laut Arab hingga Samudera Hindia dan Laut Mediterania.

Al-Houthi mengatakan rudal dan drone Houthi telah menargetkan kapal-kapal AS yang beroperasi di wilayah tersebut lebih dari seratus kali sejak awal tahun ini.

Tak hanya itu, kapal-kapal serta infrastruktur pelabuhan Israel telah ditargetkan sebanyak 40 kali dengan menggunakan 211 rudal.

“Fase keempat dari kampanye ini berjanji untuk menargetkan semua kapal yang melanggar larangan navigasi Israel dan menuju ke pelabuhan Palestina yang diduduki dari Laut Mediterania di wilayah mana pun yang berada dalam jangkauan pasukan Houthi,” tegas al-Houthi.

Kampanye Houthi menumpahkan darah jauh lebih sedikit dibandingkan krisis di Gaza yang memicunya, di mana Israel telah membunuh lebih dari 35.000 warga Palestina, dan lebih dari 79.000 orang terluka, yang sebagian besar adalah warga sipil.

Serangan rudal dan drone Houthi telah menewaskan tiga pelaut kapal dagang dan melukai lima orang lainnya, merusak 20 kapal komersial dan menenggelamkan satu kapal.

Serangan Amerika dan Inggris di Yaman telah menewaskan 50 warga Yaman dan melukai 35 orang lainnya hingga saat ini.

Meski tidak membunuh banyak orang, aksi pejuang memiliki dampak ekonomi dan psikologis, dengan Houthi merendahkan militer AS yang terbukti tidak mampu menghentikan pejuang yang berasal dari salah satu negara termiskin dan paling banyak dilanda konflik di dunia.

Kampanye ini juga menyebabkan kerugian sebesar puluhan miliar dolar bagi perekonomian di seluruh dunia, termasuk Israel, sehingga armada dagang besar terpaksa menghindari wilayah Laut Merah agar tidak menjadi sasaran.
(sya)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More