Liga Arab Dorong Pasukan Penjaga Perdamaian PBB Dikirim ke Wilayah Palestina
Jum'at, 17 Mei 2024 - 18:06 WIB
MANAMAH - Liga Arab menyerukan pasukan penjaga perdamaian PBB dikirim ke wilayah Palestina. Ini menandai pertama kalinya negara-negara Arab secara resmi mendukung internasionalisasi konflik Israel-Palestina sejak perang genosida Israel di Gaza.
Kelompok beranggotakan 22 negara tersebut, bertemu di Manama Bahrain, menyerukan “perlindungan internasional dan pasukan penjaga perdamaian PBB di wilayah pendudukan Palestina” sampai solusi dua negara diterapkan.
Middle East Eye melaporkan pada Rabu (15/5/2024) bahwa Bahrain telah memberi isyarat kepada AS dalam beberapa pekan terakhir bahwa mereka terbuka untuk mengerahkan pasukan ke Gaza sebagai bagian dari pasukan penjaga perdamaian Arab.
Bahrain adalah sekutu dekat dan mitra keamanan Arab Saudi.
Financial Times juga melaporkan pada Rabu bahwa Amerika Serikat (AS) telah meminta Maroko, Uni Emirat Arab (UEA) dan Mesir untuk bergabung, namun mereka enggan.
Arab Saudi dilaporkan termasuk di antara negara-negara Arab lainnya yang menolak gagasan pengerahan pasukan mereka di wilayah Palestina.
Seorang pejabat AS yang akrab dengan perundingan tersebut mengatakan kepada MEE bahwa para pejabat AS berharap Bahrain dapat menjadi “ujung tombak” untuk memberikan momentum bagi dorongan yang lebih luas bagi kekuatan multinasional yang mencakup negara-negara besar di Teluk, UEA dan Arab Saudi.
Liga Arab juga menyerukan gencatan senjata segera dan diakhirinya pengungsian paksa warga Palestina oleh pasukan Israel.
“Kami menuntut gencatan senjata segera dan permanen di Gaza, penghentian semua upaya pengungsian paksa, diakhirinya segala bentuk pengepungan dan memungkinkan akses penuh dan berkelanjutan terhadap bantuan,” ungkap pernyataan blok beranggotakan 22 negara itu.
Liga Arab juga menyerukan secara halus kepada Hamas dan Fatah untuk mengakhiri persaingan mereka, dan mendesak “semua faksi Palestina untuk bergabung di bawah payung Organisasi Pembebasan Palestina (PLO)”.
PLO didominasi partai nasionalis sekuler Palestina, Fatah. Pernyataan tersebut menegaskan kembali posisi Liga Arab bahwa PLO adalah “satu-satunya perwakilan sah rakyat Palestina”.
Liga Arab tersebut juga mengecam gerakan Houthi di Yaman, yang menyerang kapal-kapal komersial di Laut Merah.
Houthi menegaskan langkahnya tersebut sebagai solidaritas terhadap warga Palestina yang dikepung dan dibantai pasukan rezim kolonial Israel.
KTT Liga Arab di Bahrain "mengecam keras serangan terhadap kapal-kapal komersial".
“Serangan tersebut mengancam kebebasan navigasi, perdagangan internasional, dan kepentingan negara dan masyarakat di dunia," ungkap pernyataan Liga Arab.
Berbicara di KTT tersebut, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menggambarkan perang di Gaza sebagai “luka terbuka yang mengancam akan menginfeksi seluruh wilayah”. Dia menyerukan “pembebasan semua sandera segera dan tanpa syarat”.
Guterres mengatakan, “Satu-satunya cara permanen untuk mengakhiri siklus kekerasan dan ketidakstabilan adalah melalui solusi dua negara.”
KTT ini diadakan ketika Israel melanjutkan serangannya di Jalur Gaza yang telah menewaskan lebih dari 35.000 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak.
Genosida tersebut mengobarkan ketegangan dengan Mesir, setelah Israel melancarkan serangan terhadap Rafah dan merebut perbatasan selatan Gaza itu.
Kelompok beranggotakan 22 negara tersebut, bertemu di Manama Bahrain, menyerukan “perlindungan internasional dan pasukan penjaga perdamaian PBB di wilayah pendudukan Palestina” sampai solusi dua negara diterapkan.
Middle East Eye melaporkan pada Rabu (15/5/2024) bahwa Bahrain telah memberi isyarat kepada AS dalam beberapa pekan terakhir bahwa mereka terbuka untuk mengerahkan pasukan ke Gaza sebagai bagian dari pasukan penjaga perdamaian Arab.
Bahrain adalah sekutu dekat dan mitra keamanan Arab Saudi.
Financial Times juga melaporkan pada Rabu bahwa Amerika Serikat (AS) telah meminta Maroko, Uni Emirat Arab (UEA) dan Mesir untuk bergabung, namun mereka enggan.
Arab Saudi dilaporkan termasuk di antara negara-negara Arab lainnya yang menolak gagasan pengerahan pasukan mereka di wilayah Palestina.
Seorang pejabat AS yang akrab dengan perundingan tersebut mengatakan kepada MEE bahwa para pejabat AS berharap Bahrain dapat menjadi “ujung tombak” untuk memberikan momentum bagi dorongan yang lebih luas bagi kekuatan multinasional yang mencakup negara-negara besar di Teluk, UEA dan Arab Saudi.
Liga Arab juga menyerukan gencatan senjata segera dan diakhirinya pengungsian paksa warga Palestina oleh pasukan Israel.
“Kami menuntut gencatan senjata segera dan permanen di Gaza, penghentian semua upaya pengungsian paksa, diakhirinya segala bentuk pengepungan dan memungkinkan akses penuh dan berkelanjutan terhadap bantuan,” ungkap pernyataan blok beranggotakan 22 negara itu.
Rekonsiliasi Palestina
Liga Arab juga menyerukan secara halus kepada Hamas dan Fatah untuk mengakhiri persaingan mereka, dan mendesak “semua faksi Palestina untuk bergabung di bawah payung Organisasi Pembebasan Palestina (PLO)”.
PLO didominasi partai nasionalis sekuler Palestina, Fatah. Pernyataan tersebut menegaskan kembali posisi Liga Arab bahwa PLO adalah “satu-satunya perwakilan sah rakyat Palestina”.
Liga Arab tersebut juga mengecam gerakan Houthi di Yaman, yang menyerang kapal-kapal komersial di Laut Merah.
Houthi menegaskan langkahnya tersebut sebagai solidaritas terhadap warga Palestina yang dikepung dan dibantai pasukan rezim kolonial Israel.
KTT Liga Arab di Bahrain "mengecam keras serangan terhadap kapal-kapal komersial".
“Serangan tersebut mengancam kebebasan navigasi, perdagangan internasional, dan kepentingan negara dan masyarakat di dunia," ungkap pernyataan Liga Arab.
Berbicara di KTT tersebut, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menggambarkan perang di Gaza sebagai “luka terbuka yang mengancam akan menginfeksi seluruh wilayah”. Dia menyerukan “pembebasan semua sandera segera dan tanpa syarat”.
Guterres mengatakan, “Satu-satunya cara permanen untuk mengakhiri siklus kekerasan dan ketidakstabilan adalah melalui solusi dua negara.”
KTT ini diadakan ketika Israel melanjutkan serangannya di Jalur Gaza yang telah menewaskan lebih dari 35.000 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak.
Genosida tersebut mengobarkan ketegangan dengan Mesir, setelah Israel melancarkan serangan terhadap Rafah dan merebut perbatasan selatan Gaza itu.
(sya)
tulis komentar anda