Pertama Kalinya, Staf Yahudi Pemerintah Biden Mundur karena AS Dukung Perang Israel di Gaza
Kamis, 16 Mei 2024 - 10:22 WIB
WASHINGTON - Untuk pertama kalinya, orang Yahudi yang menjadi staf Departemen Dalam Negeri Amerika Serikat (AS) pilihan Presiden Joe Biden mengundurkan diri pada hari Rabu. Dia mundur sebagai protes atas dukungan AS terhadap perang Israel di Gaza.
Lily Greenberg Call, asisten khusus kepala staf di Departemen Dalam Negeri, menuduh Presiden Biden menggunakan orang Yahudi untuk membenarkan kebijakan AS dalam konflik di Gaza, Palestina.
Call pernah bekerja untuk kampanye kepresidenan Biden dan Kamala Harris, dan sudah lama menjadi aktivis dan advokasi Israel di Washington dan tempat lain sebelum bergabung dengan pemerintah.
Dia setidaknya menjadi staf pemerintahan tingkat menengah atau senior kelima yang mengumumkan pengunduran diri mereka sebagai protes atas dukungan militer dan diplomatik pemerintahan Biden terhadap perang Israel melawan Hamas yang sudah berlangsung selama tujuh bulan.
Dia adalah orang kedua yang ditunjuk secara politik untuk melakukan hal tersebut, setelah seorang pejabat Departemen Pendidikan keturunan Palestina mengundurkan diri pada bulan Januari.
Surat pengunduran dirinya menggambarkan kegembiraannya bergabung dengan pemerintahan yang dia yakini memiliki visi yang sama dengan negaranya. “Namun, dengan hati nurani saya tidak dapat lagi mewakili pemerintahan ini,” tulisnya, seperti dikutip The Guardian, Kamis (16/5/2024).
Dalam sebuah wawancara dengan Associated Press, Call menunjuk pada komentar Biden, termasuk pada acara Hanukkah Gedung Putih di mana dia mengatakan: “Jika tidak ada Israel, tidak akan ada seorang Yahudi di dunia yang aman” dan pada sebuah acara di Peringatan Holocaust di Washington minggu lalu di mana dia mengatakan serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober yang memicu perang didorong oleh “keinginan kuno untuk memusnahkan orang-orang Yahudi”.
“Dia menjadikan orang-orang Yahudi sebagai wajah mesin perang Amerika. Dan itu sangat salah,” katanya, seraya menyebutkan bahwa nenek moyangnya dibunuh oleh “kekerasan yang disponsori negara”.
Serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober menewaskan sekitar 1.200 orang di Israel, menurut klaim Zionis. Sedangkan invasi brutal militer Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 35.000 warga Palestina.
Pemerintahan Biden telah berulang kali menyerukan kepada pemerintahan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu agar menargetkan Hamas dengan lebih tepat guna menyelamatkan lebih banyak warga sipil.
Baru-baru ini mereka menghentikan pengiriman bom ke Israel, dengan alasan ingin mencegah pasukan Israel menjatuhkan bom tersebut di kota Rafah yang padat di Gaza selatan.
“Saya pikir presiden harus tahu bahwa ada orang-orang di pemerintahannya yang menganggap ini adalah bencana,” kata Call tentang perang secara keseluruhan dan dukungan AS terhadap perang tersebut.
“Tidak hanya bagi warga Palestina, bagi Israel, bagi Yahudi, bagi Amerika, bagi prospek pemilunya.”
Lily Greenberg Call, asisten khusus kepala staf di Departemen Dalam Negeri, menuduh Presiden Biden menggunakan orang Yahudi untuk membenarkan kebijakan AS dalam konflik di Gaza, Palestina.
Call pernah bekerja untuk kampanye kepresidenan Biden dan Kamala Harris, dan sudah lama menjadi aktivis dan advokasi Israel di Washington dan tempat lain sebelum bergabung dengan pemerintah.
Dia setidaknya menjadi staf pemerintahan tingkat menengah atau senior kelima yang mengumumkan pengunduran diri mereka sebagai protes atas dukungan militer dan diplomatik pemerintahan Biden terhadap perang Israel melawan Hamas yang sudah berlangsung selama tujuh bulan.
Dia adalah orang kedua yang ditunjuk secara politik untuk melakukan hal tersebut, setelah seorang pejabat Departemen Pendidikan keturunan Palestina mengundurkan diri pada bulan Januari.
Surat pengunduran dirinya menggambarkan kegembiraannya bergabung dengan pemerintahan yang dia yakini memiliki visi yang sama dengan negaranya. “Namun, dengan hati nurani saya tidak dapat lagi mewakili pemerintahan ini,” tulisnya, seperti dikutip The Guardian, Kamis (16/5/2024).
Dalam sebuah wawancara dengan Associated Press, Call menunjuk pada komentar Biden, termasuk pada acara Hanukkah Gedung Putih di mana dia mengatakan: “Jika tidak ada Israel, tidak akan ada seorang Yahudi di dunia yang aman” dan pada sebuah acara di Peringatan Holocaust di Washington minggu lalu di mana dia mengatakan serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober yang memicu perang didorong oleh “keinginan kuno untuk memusnahkan orang-orang Yahudi”.
“Dia menjadikan orang-orang Yahudi sebagai wajah mesin perang Amerika. Dan itu sangat salah,” katanya, seraya menyebutkan bahwa nenek moyangnya dibunuh oleh “kekerasan yang disponsori negara”.
Serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober menewaskan sekitar 1.200 orang di Israel, menurut klaim Zionis. Sedangkan invasi brutal militer Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 35.000 warga Palestina.
Pemerintahan Biden telah berulang kali menyerukan kepada pemerintahan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu agar menargetkan Hamas dengan lebih tepat guna menyelamatkan lebih banyak warga sipil.
Baru-baru ini mereka menghentikan pengiriman bom ke Israel, dengan alasan ingin mencegah pasukan Israel menjatuhkan bom tersebut di kota Rafah yang padat di Gaza selatan.
“Saya pikir presiden harus tahu bahwa ada orang-orang di pemerintahannya yang menganggap ini adalah bencana,” kata Call tentang perang secara keseluruhan dan dukungan AS terhadap perang tersebut.
“Tidak hanya bagi warga Palestina, bagi Israel, bagi Yahudi, bagi Amerika, bagi prospek pemilunya.”
(mas)
tulis komentar anda