Putin Nilai Barat Sombong, Sebut Nuklir Rusia Siap Tempur
Jum'at, 10 Mei 2024 - 13:08 WIB
MOSKOW - Presiden Rusia Vladimir Putin menilai negara-negara Barat sombong dan mengambil risiko konflik global. Dia lantas memperingatkan bahwa kekuatan nuklir Moskow berada dalam kesiapan tempur.
Putin menyampaikan hal itu pada Kamis dalam pidato Victory Day atau Hari Kemenangan, yang menandai kemenangan Soviet atas Jerman dalam Perang Dunia II.
Dengan nada menantang di hadapan ribuan tentara Rusia di Lapangan Merah Moskow, sang presiden mengatakan bahwa para elite Barat telah melupakan peran Uni Soviet dalam mengalahkan Nazisme dan kini memicu konflik di seluruh dunia.
“Kami tahu apa yang diakibatkan oleh ambisi yang terlalu tinggi. Rusia akan melakukan segalanya untuk mencegah bentrokan global,” katanya, seperti dikutip Al Jazeera, Jumat (10/5/2024).
“Tetapi pada saat yang sama, kami tidak akan membiarkan siapa pun mengancam kami. Pasukan strategis kami selalu dalam kondisi siap tempur," lanjut Putin.
Hari Kemenangan telah menjadi hari libur paling penting di Rusia ketika Putin menempatkan negaranya pada posisi yang kuat dalam pertempuran.
Dengan membangkitkan semangat Perang Dunia II, presiden tersebut telah berulang kali menggambarkan invasi Rusia ke Ukraina sejak 2022 sebagai pertempuran eksistensial melawan Nazisme.
Pidatonya tahun ini disampaikan ketika pasukannya mencapai kemajuan di Ukraina dan tepat setelah dia mengambil sumpah untuk masa jabatan kelima yang belum pernah terjadi sebelumnya setelah memenangkan pemilihan presiden tanpa oposisi.
Pada pelantikan mewah yang diadakan dua hari sebelumnya, dia berjanji akan memberikan kemenangan kepada Rusia.
Pemimpin berusia 71 tahun itu juga meningkatkan retorika nuklirnya.
Awal pekan ini, dia memerintahkan militer Rusia untuk mengadakan latihan senjata nuklir yang melibatkan Angkatan Laut dan pasukan yang berbasis di dekat Ukraina.
Tahun lalu Rusia mencabut ratifikasi Perjanjian Pelarangan Uji Coba Nuklir Komprehensif (CTBT) dan menarik diri dari perjanjian pengurangan senjata utama dengan Amerika Serikat.
Pada hari Kamis, barisan tank dan rudal meluncur melintasi Lapangan Merah ketika skuadron jet tempur menderu-deru di atasnya.
Keamanan sangat ketat di ibu kota, dan parade dibatalkan di beberapa wilayah, termasuk wilayah Kursk barat dan Pskov, karena masalah keamanan.
Parade militer di Moskow diperkecil dibandingkan tahun-tahun sebelumnya di tengah mobilisasi di garis depan.
Putin menyebut perang yang sedang berlangsung di Ukraina sebagai bagian dari perjuangan melawan Barat, yang menurutnya mempermalukan Rusia setelah runtuhnya Tembok Berlin pada tahun 1989 dengan melanggar batas wilayah pengaruh Moskow.
Ukraina dan sekutu Barat-nya berjanji akan mengalahkan Rusia, yang saat ini menguasai sekitar 18 persen wilayah Ukraina, termasuk Crimea, dan sebagian dari empat wilayah di Ukraina timur.
Beberapa pemimpin negara hadir dalam parade militer Hari Kemenangan, di antaranya pemimpin Belarusia, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, Turkmenistan, Uzbekistan, Kuba, Laos, dan Guinea-Bissau.
Para pejabat Rusia mengatakan perang Ukraina memasuki fase paling berbahaya hingga saat ini. Putin telah berulang kali memperingatkan risiko perang yang lebih luas yang melibatkan negara-negara kekuatan nuklir terbesar di dunia.
Putin menyampaikan hal itu pada Kamis dalam pidato Victory Day atau Hari Kemenangan, yang menandai kemenangan Soviet atas Jerman dalam Perang Dunia II.
Dengan nada menantang di hadapan ribuan tentara Rusia di Lapangan Merah Moskow, sang presiden mengatakan bahwa para elite Barat telah melupakan peran Uni Soviet dalam mengalahkan Nazisme dan kini memicu konflik di seluruh dunia.
“Kami tahu apa yang diakibatkan oleh ambisi yang terlalu tinggi. Rusia akan melakukan segalanya untuk mencegah bentrokan global,” katanya, seperti dikutip Al Jazeera, Jumat (10/5/2024).
“Tetapi pada saat yang sama, kami tidak akan membiarkan siapa pun mengancam kami. Pasukan strategis kami selalu dalam kondisi siap tempur," lanjut Putin.
Hari Kemenangan telah menjadi hari libur paling penting di Rusia ketika Putin menempatkan negaranya pada posisi yang kuat dalam pertempuran.
Dengan membangkitkan semangat Perang Dunia II, presiden tersebut telah berulang kali menggambarkan invasi Rusia ke Ukraina sejak 2022 sebagai pertempuran eksistensial melawan Nazisme.
Pidatonya tahun ini disampaikan ketika pasukannya mencapai kemajuan di Ukraina dan tepat setelah dia mengambil sumpah untuk masa jabatan kelima yang belum pernah terjadi sebelumnya setelah memenangkan pemilihan presiden tanpa oposisi.
Pada pelantikan mewah yang diadakan dua hari sebelumnya, dia berjanji akan memberikan kemenangan kepada Rusia.
Pemimpin berusia 71 tahun itu juga meningkatkan retorika nuklirnya.
Awal pekan ini, dia memerintahkan militer Rusia untuk mengadakan latihan senjata nuklir yang melibatkan Angkatan Laut dan pasukan yang berbasis di dekat Ukraina.
Tahun lalu Rusia mencabut ratifikasi Perjanjian Pelarangan Uji Coba Nuklir Komprehensif (CTBT) dan menarik diri dari perjanjian pengurangan senjata utama dengan Amerika Serikat.
Pada hari Kamis, barisan tank dan rudal meluncur melintasi Lapangan Merah ketika skuadron jet tempur menderu-deru di atasnya.
Keamanan sangat ketat di ibu kota, dan parade dibatalkan di beberapa wilayah, termasuk wilayah Kursk barat dan Pskov, karena masalah keamanan.
Parade militer di Moskow diperkecil dibandingkan tahun-tahun sebelumnya di tengah mobilisasi di garis depan.
Putin menyebut perang yang sedang berlangsung di Ukraina sebagai bagian dari perjuangan melawan Barat, yang menurutnya mempermalukan Rusia setelah runtuhnya Tembok Berlin pada tahun 1989 dengan melanggar batas wilayah pengaruh Moskow.
Ukraina dan sekutu Barat-nya berjanji akan mengalahkan Rusia, yang saat ini menguasai sekitar 18 persen wilayah Ukraina, termasuk Crimea, dan sebagian dari empat wilayah di Ukraina timur.
Beberapa pemimpin negara hadir dalam parade militer Hari Kemenangan, di antaranya pemimpin Belarusia, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, Turkmenistan, Uzbekistan, Kuba, Laos, dan Guinea-Bissau.
Para pejabat Rusia mengatakan perang Ukraina memasuki fase paling berbahaya hingga saat ini. Putin telah berulang kali memperingatkan risiko perang yang lebih luas yang melibatkan negara-negara kekuatan nuklir terbesar di dunia.
(mas)
tulis komentar anda