Israel Akui Gaza Salah Satu Medan Perang Tersulit di Dunia

Kamis, 09 Mei 2024 - 22:01 WIB
Juru bicara panglima militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari. Foto/idf
GAZA - Juru bicara panglima militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari menggambarkan Gaza sebagai “salah satu medan perang tersulit di dunia”.

Dia menekankan, “Operasi militer di Rafah tidak menjamin penghentian serangan Palestina.”

Berbicara pada konferensi Tel Aviv yang diselenggarakan surat kabar Yedioth Ahronoth, Hagari menjelaskan, “Tantangan paling penting yang dihadapi tentara adalah kepercayaan masyarakat Israel.”



Dia menambahkan, “Apa yang terjadi pada tanggal 7 Oktober memaksa kami untuk lebih berada pada posisi dan tahu bagaimana menerima kritik, dan setelah kegagalan kami mengambil tanggung jawab.”

“Yang memimpin perang adalah Kepala Staf yang bertanggung jawab, dan kami juga memahami implikasi dari tanggung jawab tersebut,” ujar dia.

“Kami merencanakan perang yang akan berlangsung sekitar satu tahun. Gaza mungkin adalah salah satu arena tersulit di dunia dalam hal pertempuran, intensitas, dan terowongan yang digali Hamas di bawah tanah,” papar dia.

Menurut data tentara Israel, 614 perwira dan tentara Israel tewas, dan lebih dari 3.362 orang terluka, sejak 7 Oktober 2023.

Mengenai penundaan operasi Rafah, Hagari mengatakan operasi tersebut belum dimulai beberapa bulan yang lalu karena “kondisi operasional” tidak sesuai karena banyaknya warga Gaza yang mencari perlindungan di kota itu dan sekitarnya.

“Rafah, tidak sepenting Khan Yunis dan Gaza utara,” papar dia, mengacu pada wilayah lain di Jalur Gaza yang telah diratakan dengan tanah oleh tentara kolonial Israel.

“Kami akan menangani Rafah dengan cara yang tepat bagi kami,” ungkap Hagari.



Dia memperingatkan, “Bahkan setelah kami menangani Rafah ….. Hamas akan bergerak ke utara dan mencoba berkumpul kembali, bahkan dalam beberapa hari mendatang. Di mana pun Hamas kembali, baik di utara maupun di tengah Jalur Gaza, kami akan kembali beraksi.”

Pada Selasa, tentara penjajahan Israel menduduki kembali perlintasan darat Rafah dan sekali lagi secara paksa mengusir warga Palestina di lingkungan timur kota Rafah menjelang invasi darat.

Ketika ditanya tentang penundaan kiriman senjata yang belum pernah terjadi sebelumnya oleh pemerintah Amerika Serikat (AS) sehubungan dengan potensi operasi besar Israel di Rafah, Hagari mengatakan sekutu-sekutunya menyelesaikan perselisihan apa pun “secara tertutup” dan menggambarkan koordinasi antara Israel dan Amerika Serikat telah mencapai “ruang lingkup yang belum pernah ada sebelumnya. Saya pikir, dalam sejarah Israel.”

Pada Selasa, pemerintahan Biden mengkonfirmasi laporan bahwa mereka baru-baru ini menghentikan pengiriman besar bom seberat 2.000 dan 500 pon yang dikhawatirkan akan digunakan Israel dalam operasi darat besar-besaran di kota Rafah di Gaza selatan yang padat penduduknya.

Dengan dukungan Amerika, Israel terus melancarkan perang genosida di Gaza yang telah menewaskan dan melukai lebih dari 113.000 warga Palestina, sebagian besar dari mereka adalah anak-anak dan perempuan.

Sekitar 10.000 orang juga hilang di tengah kehancuran besar dan kelaparan.

Genosida yang dilakukan Israel tak mendapat sanksi internasional karena rezim Zionis itu selalu dilindungi Amerika Serikat di Dewan Keamanan PBB.
(sya)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More