China Pamer Rudal Hibrida, Sekali Tembak Bisa Habisi Seluruh Lapangan Udara
Rabu, 19 Agustus 2020 - 00:06 WIB
Global Times, media yang juga dikelola pemerintah China mengutip analis militer setempat mengatakan bahwa jika perang dengan Taiwan pecah, PLA akan menghancurkan lapangan udara pulau itu.
Senjata seperti yang dipamerkan tersebut, kata analis militer, dapat melumpuhkan lapangan terbang untuk waktu yang lama hanya dengan satu tembakan, karena banyaknya peledak berarti seluruh landasan pacu akan dihancurkan. Ada kemungkinan bahwa beberapa submunisi adalah ranjau, yang akan membuat upaya untuk memperbaiki landasan pacu sangat berisiko.
China menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya dan telah lama mengancam akan menggunakan kekerasan untuk mengendalikannya.
Taiwan sendiri telah meningkatkan senjatanya dan baru-baru ini memasang rudal anti-kapal baru ke pesawat tempur F-16 karena PLA dilaporkan telah mensimulasikan invasi ke pulau-pulau yang dikendalikan Taiwan.
Rudal hibria baru ini dibuat oleh China Ordnance Industries Group Corporation Limited, yang secara resmi disingkat sebagai Norinco. Itu adalah perusahaan pertahanan milik negara yang memproduksi beragam produk sipil dan militer.
Rudal ini juga bisa digunakan pada kendaraan, dengan kemampuan menembus tank lapis baja. (Baca juga: Media Pemerintah China Marah pada Israel: Negara Tak Tahu Terima Kasih )
Namun beberapa laporan media mengklaim bahwa "bom dispenser" adalah kata lain untuk bom cluster, yang dilarang di bawah perjanjian internasional tentang Konvensi Munisi Tandan.
Munisi tandan dilarang karena melepaskan banyak bom kecil di wilayah yang luas, yang menimbulkan risiko bagi warga sipil baik selama serangan maupun setelahnya.
Dampak serangan senjata seperti itu akan meninggalkan sejumlah besar persenjataan berbahaya yang belum meledak.
Seorang pengguna internet China , seperti dikutip The Sun, Selasa (18/8/2020), berkomentar; "Ini dilarang karena melepaskan banyak bom kecil di area yang luas, menimbulkan risiko bagi warga sipil baik selama serangan maupun setelahnya. Munisi Tandan dilarang bagi negara-negara yang meratifikasi Konvensi Munisi Tandan, yang diadopsi di Dublin, Irlandia pada Mei 2008."
Senjata seperti yang dipamerkan tersebut, kata analis militer, dapat melumpuhkan lapangan terbang untuk waktu yang lama hanya dengan satu tembakan, karena banyaknya peledak berarti seluruh landasan pacu akan dihancurkan. Ada kemungkinan bahwa beberapa submunisi adalah ranjau, yang akan membuat upaya untuk memperbaiki landasan pacu sangat berisiko.
China menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya dan telah lama mengancam akan menggunakan kekerasan untuk mengendalikannya.
Taiwan sendiri telah meningkatkan senjatanya dan baru-baru ini memasang rudal anti-kapal baru ke pesawat tempur F-16 karena PLA dilaporkan telah mensimulasikan invasi ke pulau-pulau yang dikendalikan Taiwan.
Rudal hibria baru ini dibuat oleh China Ordnance Industries Group Corporation Limited, yang secara resmi disingkat sebagai Norinco. Itu adalah perusahaan pertahanan milik negara yang memproduksi beragam produk sipil dan militer.
Rudal ini juga bisa digunakan pada kendaraan, dengan kemampuan menembus tank lapis baja. (Baca juga: Media Pemerintah China Marah pada Israel: Negara Tak Tahu Terima Kasih )
Namun beberapa laporan media mengklaim bahwa "bom dispenser" adalah kata lain untuk bom cluster, yang dilarang di bawah perjanjian internasional tentang Konvensi Munisi Tandan.
Munisi tandan dilarang karena melepaskan banyak bom kecil di wilayah yang luas, yang menimbulkan risiko bagi warga sipil baik selama serangan maupun setelahnya.
Dampak serangan senjata seperti itu akan meninggalkan sejumlah besar persenjataan berbahaya yang belum meledak.
Seorang pengguna internet China , seperti dikutip The Sun, Selasa (18/8/2020), berkomentar; "Ini dilarang karena melepaskan banyak bom kecil di area yang luas, menimbulkan risiko bagi warga sipil baik selama serangan maupun setelahnya. Munisi Tandan dilarang bagi negara-negara yang meratifikasi Konvensi Munisi Tandan, yang diadopsi di Dublin, Irlandia pada Mei 2008."
tulis komentar anda