Bela Gaza, Mahasiswa Bangun Tenda di Kampus University College London
Sabtu, 04 Mei 2024 - 12:05 WIB
LONDON - Bergabung dengan beberapa kampus universitas lain di dunia Barat, mahasiswa University College London (UCL) juga mendirikan perkemahan sebagai bentuk solidaritas terhadap warga Palestina di Gaza.
Sekitar selusin tenda telah didirikan di luar gedung utama di Bloomsbury, di mana pintu masuk dibatasi karena hanya mahasiswa yang diperbolehkan memasuki kampus.
Tindakan yang dilakukan para mahasiswa di UCL dimaksudkan untuk menyerukan kepada administrasi kampus mereka untuk melakukan divestasi dari “kejahatan perang” Israel di Gaza dengan janji membangun kembali universitas-universitas di Gaza.
Sementara itu, para mahasiswa diberitahu pada Jumat (3/5/2024) bahwa pemeriksaan identitas akan dilakukan di gerbang kampus.
Email tersebut, yang dilihat Anadolu, mengatakan, “Meskipun universitas harus menjadi tempat yang dapat mengakomodasi protes yang sah dari staf dan mahasiswa dan tetap terbuka untuk komunitas, kami menyadari ada individu dan organisasi eksternal yang berusaha mengeksploitasi kewajiban universitas untuk memberikan kebebasan berekspresi."
“Kami tidak bisa membiarkan sesuatu yang menyebabkan gangguan signifikan terhadap jalannya universitas dan mengganggu tujuan utama kami sebagai tempat pembelajaran dan penelitian,” tulis email tersebut.
Waddah Alshammari, warga negara Arab Saudi yang datang ke London dari Liverpool untuk mendukung protes tersebut, adalah salah satu dari mereka yang tidak diizinkan bergabung dalam perkemahan tersebut.
Berbicara kepada Anadolu di luar kampus, dia menyatakan solidaritasnya kepada rakyat Palestina dan para pendukungnya.
“Meskipun universitas menutup pintunya, mereka tidak mengizinkan siapa pun untuk hadir dan oleh karena itu, kami di sini menunggu dan menunjukkan dukungan,” ujar dia.
“Kami menuntut kekuasaan dari rakyat. Jadi, ini bukan demokrasi,” ungkap Alshammari, seraya menambahkan, “Mereka (warga Gaza) sekarat setiap hari, mereka kelaparan dan kita perlu melakukan sesuatu untuk mengatasinya.”
Berbicara kepada Anadolu, Anwar, juru bicara UCL Stand for Justice, mengatakan mereka telah meminta universitas memenuhi tiga tuntutan utama.
“Divestasi dari perusahaan mana pun yang terlibat dalam genosida yang sedang berlangsung di Gaza, untuk mengutuk kejahatan perang tersebut, dan agar mereka berjanji membangun kembali universitas-universitas di Gaza, yang semuanya telah hancur,” papar juru bicara kelompok tersebut yang mengorganisir protes.
“Kami bermaksud tetap berada di sini hingga universitas mengakui tuntutan kami,” ungkap Anwar, seraya mengisyaratkan bahwa dunia usaha dan perusahaan yang memiliki hubungan dengan Israel “terlibat dalam genosida.”
Menyinggung peningkatan langkah-langkah keamanan sejak perkemahan dimulai, dia menggarisbawahi hal itu tidak menghentikan pertumbuhan jumlah demonstran.
Dia mengatakan, “Semakin banyak orang datang dan mendukung kami untuk menuntut divestasi universitas kami dari perusahaan-perusahaan ini, yang menghancurkan penduduk sipil di Gaza
Gelombang demonstrasi mahasiswa pro-Palestina secara global dimulai pada 17 April di Universitas Columbia untuk memprotes serangan Israel di Gaza, dan menyebar ke negara-negara Barat lainnya, termasuk Inggris.
Sekitar selusin tenda telah didirikan di luar gedung utama di Bloomsbury, di mana pintu masuk dibatasi karena hanya mahasiswa yang diperbolehkan memasuki kampus.
Tindakan yang dilakukan para mahasiswa di UCL dimaksudkan untuk menyerukan kepada administrasi kampus mereka untuk melakukan divestasi dari “kejahatan perang” Israel di Gaza dengan janji membangun kembali universitas-universitas di Gaza.
Sementara itu, para mahasiswa diberitahu pada Jumat (3/5/2024) bahwa pemeriksaan identitas akan dilakukan di gerbang kampus.
Email tersebut, yang dilihat Anadolu, mengatakan, “Meskipun universitas harus menjadi tempat yang dapat mengakomodasi protes yang sah dari staf dan mahasiswa dan tetap terbuka untuk komunitas, kami menyadari ada individu dan organisasi eksternal yang berusaha mengeksploitasi kewajiban universitas untuk memberikan kebebasan berekspresi."
“Kami tidak bisa membiarkan sesuatu yang menyebabkan gangguan signifikan terhadap jalannya universitas dan mengganggu tujuan utama kami sebagai tempat pembelajaran dan penelitian,” tulis email tersebut.
Protes Meluas
Waddah Alshammari, warga negara Arab Saudi yang datang ke London dari Liverpool untuk mendukung protes tersebut, adalah salah satu dari mereka yang tidak diizinkan bergabung dalam perkemahan tersebut.
Berbicara kepada Anadolu di luar kampus, dia menyatakan solidaritasnya kepada rakyat Palestina dan para pendukungnya.
“Meskipun universitas menutup pintunya, mereka tidak mengizinkan siapa pun untuk hadir dan oleh karena itu, kami di sini menunggu dan menunjukkan dukungan,” ujar dia.
“Kami menuntut kekuasaan dari rakyat. Jadi, ini bukan demokrasi,” ungkap Alshammari, seraya menambahkan, “Mereka (warga Gaza) sekarat setiap hari, mereka kelaparan dan kita perlu melakukan sesuatu untuk mengatasinya.”
Berbicara kepada Anadolu, Anwar, juru bicara UCL Stand for Justice, mengatakan mereka telah meminta universitas memenuhi tiga tuntutan utama.
“Divestasi dari perusahaan mana pun yang terlibat dalam genosida yang sedang berlangsung di Gaza, untuk mengutuk kejahatan perang tersebut, dan agar mereka berjanji membangun kembali universitas-universitas di Gaza, yang semuanya telah hancur,” papar juru bicara kelompok tersebut yang mengorganisir protes.
“Kami bermaksud tetap berada di sini hingga universitas mengakui tuntutan kami,” ungkap Anwar, seraya mengisyaratkan bahwa dunia usaha dan perusahaan yang memiliki hubungan dengan Israel “terlibat dalam genosida.”
Menyinggung peningkatan langkah-langkah keamanan sejak perkemahan dimulai, dia menggarisbawahi hal itu tidak menghentikan pertumbuhan jumlah demonstran.
Dia mengatakan, “Semakin banyak orang datang dan mendukung kami untuk menuntut divestasi universitas kami dari perusahaan-perusahaan ini, yang menghancurkan penduduk sipil di Gaza
Gelombang demonstrasi mahasiswa pro-Palestina secara global dimulai pada 17 April di Universitas Columbia untuk memprotes serangan Israel di Gaza, dan menyebar ke negara-negara Barat lainnya, termasuk Inggris.
(sya)
tulis komentar anda