Niger Bersiap Usir 1.000 Tentara AS, Pasukan Rusia Masuk
Jum'at, 03 Mei 2024 - 07:17 WIB
NIAMEY - Personel militer Rusia telah memasuki pangkalan udara di Niger yang menampung sekitar 1.000 tentara Amerika Serikat (AS).
Menurut pejabat senior pertahanan Amerika kepada Reuters, itu terjadi setelah junta Niger memutuskan untuk mengusir pasukan AS dari negara tersebut.
Para perwira militer yang berkuasa di negara Afrika Barat itu telah meminta AS untuk menarik sekitar 1.000 tentaranya dari negara tersebut, yang hingga terjadinya kudeta tahun lalu telah menjadi mitra utama bagi perjuangan Washington melawan pemberontak yang telah menewaskan ribuan orang dan membuat jutaan lainnya mengungsi.
Pejabat senior pertahanan AS, yang berbicara tanpa mau disebutkan namanya, mengatakan bahwa pasukan Rusia tidak berbaur dengan pasukan AS tetapi menggunakan hanger terpisah di Pangkalan Udara 101, yang terletak di sebelah Bandara Internasional Diori Hamani di Niamey, Ibu Kota Niger.
Langkah militer Rusia ini menempatkan pasukan Washington dan Moskow dalam jarak yang berdekatan pada saat persaingan militer dan diplomatik kedua negara semakin sengit terkait konflik di Ukraina.
Hal ini juga menimbulkan pertanyaan tentang nasib instalasi AS di negara tersebut setelah penarikan diri tentara Washington.
“(Situasinya) tidak bagus tapi dalam jangka pendek bisa dikendalikan,” kata pejabat tersebut, yang dilansir Reuters, Jumat (3/5/2024).
Kedutaan Besar Niger dan Rusia di Washington tidak segera menanggapi permintaan komentar.
AS dan sekutunya terpaksa memindahkan pasukannya dari sejumlah negara Afrika menyusul kudeta yang menyebabkan kelompok-kelompok berkuasa yang ingin menjauhkan diri dari pemerintah Barat.
Selain penarikan diri yang sedang disiapkan dari Niger, pasukan AS juga telah meninggalkan Chad dalam beberapa hari terakhir, sementara pasukan Prancis telah diusir dari Mali dan Burkina Faso.
Pada saat yang sama, Rusia berupaya memperkuat hubungan dengan negara-negara Afrika, menjadikan Moskow sebagai negara sahabat yang tidak memiliki beban kolonial di benua tersebut.
Mali, misalnya, dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi salah satu sekutu terdekat Rusia di Afrika, dengan pasukan tentara bayaran Wagner Group dikerahkan di sana untuk melawan pemberontak ekstremis.
Rusia menggambarkan hubungan dengan AS berada di bawah nol karena bantuan militer dan keuangan AS untuk Ukraina dalam perang yang kini mendekati akhir tahun kedua.
Pejabat AS tersebut mengatakan pihak berwenang Niger telah memberi tahu pemerintahan Presiden Joe Biden bahwa sekitar 60 personel militer Rusia akan berada di Niger, tetapi pejabat tersebut tidak dapat memverifikasi jumlah tersebut.
Pasca-kudeta, militer AS memindahkan sebagian pasukannya di Niger dari Pangkalan Udara 101 ke Pangkalan Udara 201 di kota Agadez.
Belum jelas peralatan militer AS apa yang tersisa di Pangkalan Udara 101.
Amerika Serikat membangun Pangkalan Udara 201 di Niger tengah dengan biaya lebih dari USD100 juta. Sejak tahun 2018, drone-drone bersenjata AS di pangkalan itu telah digunakan untuk menargetkan ISIS dan afiliasi al-Qaeda.
Washington prihatin dengan militan di wilayah Sahel, yang mungkin bisa berkembang tanpa kehadiran pasukan dan kemampuan intelijen AS.
Langkah Niger yang meminta penarikan pasukan AS terjadi setelah pertemuan di Niamey pada pertengahan Maret, ketika para pejabat senior AS menyampaikan kekhawatiran termasuk perkiraan kedatangan pasukan Rusia dan laporan bahwa Iran sedang mencari bahan mentah, termasuk uranium, di negara tersebut.
Meskipun pesan AS kepada para pejabat Niger bukan sebuah ultimatum, kata pejabat itu, sudah jelas bahwa pasukan AS tidak boleh berada di pangkalan bersama pasukan Rusia.
“Mereka tidak menerima hal itu dengan baik,” kata pejabat itu.
Seorang jenderal bintang dua AS telah dikirim ke Niger untuk mencoba mengatur penarikan tentara Amerika secara profesional dan bertanggung jawab.
Meskipun belum ada keputusan yang diambil mengenai masa depan pasukan AS di Niger, pejabat tersebut mengatakan bahwa rencananya adalah mereka akan kembali ke pangkalan Komando Afrika-AS yang berlokasi di Jerman.
Menurut pejabat senior pertahanan Amerika kepada Reuters, itu terjadi setelah junta Niger memutuskan untuk mengusir pasukan AS dari negara tersebut.
Para perwira militer yang berkuasa di negara Afrika Barat itu telah meminta AS untuk menarik sekitar 1.000 tentaranya dari negara tersebut, yang hingga terjadinya kudeta tahun lalu telah menjadi mitra utama bagi perjuangan Washington melawan pemberontak yang telah menewaskan ribuan orang dan membuat jutaan lainnya mengungsi.
Pejabat senior pertahanan AS, yang berbicara tanpa mau disebutkan namanya, mengatakan bahwa pasukan Rusia tidak berbaur dengan pasukan AS tetapi menggunakan hanger terpisah di Pangkalan Udara 101, yang terletak di sebelah Bandara Internasional Diori Hamani di Niamey, Ibu Kota Niger.
Langkah militer Rusia ini menempatkan pasukan Washington dan Moskow dalam jarak yang berdekatan pada saat persaingan militer dan diplomatik kedua negara semakin sengit terkait konflik di Ukraina.
Hal ini juga menimbulkan pertanyaan tentang nasib instalasi AS di negara tersebut setelah penarikan diri tentara Washington.
“(Situasinya) tidak bagus tapi dalam jangka pendek bisa dikendalikan,” kata pejabat tersebut, yang dilansir Reuters, Jumat (3/5/2024).
Kedutaan Besar Niger dan Rusia di Washington tidak segera menanggapi permintaan komentar.
AS dan sekutunya terpaksa memindahkan pasukannya dari sejumlah negara Afrika menyusul kudeta yang menyebabkan kelompok-kelompok berkuasa yang ingin menjauhkan diri dari pemerintah Barat.
Selain penarikan diri yang sedang disiapkan dari Niger, pasukan AS juga telah meninggalkan Chad dalam beberapa hari terakhir, sementara pasukan Prancis telah diusir dari Mali dan Burkina Faso.
Pada saat yang sama, Rusia berupaya memperkuat hubungan dengan negara-negara Afrika, menjadikan Moskow sebagai negara sahabat yang tidak memiliki beban kolonial di benua tersebut.
Mali, misalnya, dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi salah satu sekutu terdekat Rusia di Afrika, dengan pasukan tentara bayaran Wagner Group dikerahkan di sana untuk melawan pemberontak ekstremis.
Rusia menggambarkan hubungan dengan AS berada di bawah nol karena bantuan militer dan keuangan AS untuk Ukraina dalam perang yang kini mendekati akhir tahun kedua.
Pejabat AS tersebut mengatakan pihak berwenang Niger telah memberi tahu pemerintahan Presiden Joe Biden bahwa sekitar 60 personel militer Rusia akan berada di Niger, tetapi pejabat tersebut tidak dapat memverifikasi jumlah tersebut.
Pasca-kudeta, militer AS memindahkan sebagian pasukannya di Niger dari Pangkalan Udara 101 ke Pangkalan Udara 201 di kota Agadez.
Belum jelas peralatan militer AS apa yang tersisa di Pangkalan Udara 101.
Amerika Serikat membangun Pangkalan Udara 201 di Niger tengah dengan biaya lebih dari USD100 juta. Sejak tahun 2018, drone-drone bersenjata AS di pangkalan itu telah digunakan untuk menargetkan ISIS dan afiliasi al-Qaeda.
Washington prihatin dengan militan di wilayah Sahel, yang mungkin bisa berkembang tanpa kehadiran pasukan dan kemampuan intelijen AS.
Langkah Niger yang meminta penarikan pasukan AS terjadi setelah pertemuan di Niamey pada pertengahan Maret, ketika para pejabat senior AS menyampaikan kekhawatiran termasuk perkiraan kedatangan pasukan Rusia dan laporan bahwa Iran sedang mencari bahan mentah, termasuk uranium, di negara tersebut.
Meskipun pesan AS kepada para pejabat Niger bukan sebuah ultimatum, kata pejabat itu, sudah jelas bahwa pasukan AS tidak boleh berada di pangkalan bersama pasukan Rusia.
“Mereka tidak menerima hal itu dengan baik,” kata pejabat itu.
Seorang jenderal bintang dua AS telah dikirim ke Niger untuk mencoba mengatur penarikan tentara Amerika secara profesional dan bertanggung jawab.
Meskipun belum ada keputusan yang diambil mengenai masa depan pasukan AS di Niger, pejabat tersebut mengatakan bahwa rencananya adalah mereka akan kembali ke pangkalan Komando Afrika-AS yang berlokasi di Jerman.
(mas)
tulis komentar anda