Tiga Negara Eropa Ini Longgarkan Pembatasan Saat Lockdown
Selasa, 14 April 2020 - 20:01 WIB
BRUSSELS - Pemerintah tiga negara Eropa yaitu Austria, Denmark dan Italia mulai melonggarkan pembatasan lockdown, yang memungkinkan segmen-segmen tertentu sehingga memungkinkan para pekerja kembali bekerja. Ini dilakukan dalam upaya menghidupkan kembali ekonomi negara yanng sedang sakit.
Pada 16 Maret, Kanselir Austria Sebastian Kurz memerintahkan semuanya, kecuali supermarket dan fasilitas medis, ditutup dengan harapan mencegah wabah virus Corona yang telah merusak Italia.
Pembatasan-pembatasan itu akhirnya mulai dicabut pada hari Selasa (14/4/2020) bagi toko-toko yang tidak penting di bawah ukuran 400 meter persegi, seperti toko perangkat keras dan pusat taman. Pembukaan ini akan diikuti oleh pusat perbelanjaan, penata rambut, dan toko-toko besar lainnya pada 1 Mei.
Restoran dan hotel tidak akan dibuka kembali hingga pertengahan Mei, dan acara publik kemungkinan tidak akan berlangsung di Austria hingga akhir Juni. Namun, seiring dengan pembatasan itu, masyarakat masih diharuskan mengenakan masker di sebagian besar toko, supermarket, apotek, dan transportasi umum.
"Ini belum, 'hore, sudah berakhir, dan sekarang kita melanjutkan seolah-olah semuanya selesai'," ujar wakil kepala Pusat Kesehatan Masyarakat di Universitas Kedokteran Wina, Profesor Hans-Peter Hutter, seperti dikutip dari Russia Today.
Sekitar 504.000 orang terdaftar menganggur di Austria pada awal April ini, sehingga pemerintah berharap tindakan awal untuk membendung gelombang infeksi awal dapat dicerminkan oleh pembukaan kembali ekonomi sebelumnya.
Denmark juga berada di antara negara-negara Eropa pertama yang memberlakukan lockdown ketat pada warganya. Itu dilakukan guna menghindari lonjakan yang signifikan dalam kasus virus Corona. Langkah ini berbeda dengan negara tetangganya, Swedia, yang mengandalkan teoris herd immunity.
Awalnya kebijakan ini mendapat dukungan, namun kini muncul reaksi yang berlawanan. Denmark akan membuka kembali pusat penitipan anak dan sekolah pada 15 April, sebelum akhirnya membuka toko kecil dan toko DIY, kemudian taman serta toko yang lebih besar, dan kemudian pembukaan kembali secara bertahap bar, hotel dan restoran untuk membangkitkan ekonomi. Meski begitu, masyarakat akan diminta untuk memakai masker.
Keputusan negara itu untuk mengirimkan kembali anak-anak ke sekolah sebagai langkah awal pelonggaran batasan lockdown memicu protes dari warga Denmark. Mereka pun membentuk grup di Facebook, “Mit barn skal ikke være forsøgskanin for Covid-19” - yang jika diartikan secara bebas adalah anak saya bukan marmut untuk Covid-19. Saat ini, grup tersebut telah memiliki lebih dari 39 ribu anggota.
Denmark akan terus melarang lebih dari 10 orang berkumpul, sementara kafe, restoran, pusat kebugaran, dan penata rambut akan tetap ditutup hingga setidaknya 10 Mei.
Sementara itu Italia, yang mencuri perhatian utama selama berminggu-minggu ketika angka kematian COVId-19 di negara itu melonjak, telah membuka kembali toko-toko buku, toko pakaian anak-anak dan mesin cuci piring, dalam apa yang oleh Perdana Menteri Giuseppe Conte disebut sebagai keputusan sulit tetapi perlu.
Sementara itu, Spanyol mencabut beberapa pembatasan kuncian pada hari Senin, yang memungkinkan staf dalam distribusi makanan, komunikasi, sanitasi, dan berbagai sektor non-esensial lainnya untuk kembali bekerja, meskipun negara tersebut memegang gelar wabah virus corona terburuk kedua.
Pada 16 Maret, Kanselir Austria Sebastian Kurz memerintahkan semuanya, kecuali supermarket dan fasilitas medis, ditutup dengan harapan mencegah wabah virus Corona yang telah merusak Italia.
Pembatasan-pembatasan itu akhirnya mulai dicabut pada hari Selasa (14/4/2020) bagi toko-toko yang tidak penting di bawah ukuran 400 meter persegi, seperti toko perangkat keras dan pusat taman. Pembukaan ini akan diikuti oleh pusat perbelanjaan, penata rambut, dan toko-toko besar lainnya pada 1 Mei.
Restoran dan hotel tidak akan dibuka kembali hingga pertengahan Mei, dan acara publik kemungkinan tidak akan berlangsung di Austria hingga akhir Juni. Namun, seiring dengan pembatasan itu, masyarakat masih diharuskan mengenakan masker di sebagian besar toko, supermarket, apotek, dan transportasi umum.
"Ini belum, 'hore, sudah berakhir, dan sekarang kita melanjutkan seolah-olah semuanya selesai'," ujar wakil kepala Pusat Kesehatan Masyarakat di Universitas Kedokteran Wina, Profesor Hans-Peter Hutter, seperti dikutip dari Russia Today.
Sekitar 504.000 orang terdaftar menganggur di Austria pada awal April ini, sehingga pemerintah berharap tindakan awal untuk membendung gelombang infeksi awal dapat dicerminkan oleh pembukaan kembali ekonomi sebelumnya.
Denmark juga berada di antara negara-negara Eropa pertama yang memberlakukan lockdown ketat pada warganya. Itu dilakukan guna menghindari lonjakan yang signifikan dalam kasus virus Corona. Langkah ini berbeda dengan negara tetangganya, Swedia, yang mengandalkan teoris herd immunity.
Awalnya kebijakan ini mendapat dukungan, namun kini muncul reaksi yang berlawanan. Denmark akan membuka kembali pusat penitipan anak dan sekolah pada 15 April, sebelum akhirnya membuka toko kecil dan toko DIY, kemudian taman serta toko yang lebih besar, dan kemudian pembukaan kembali secara bertahap bar, hotel dan restoran untuk membangkitkan ekonomi. Meski begitu, masyarakat akan diminta untuk memakai masker.
Keputusan negara itu untuk mengirimkan kembali anak-anak ke sekolah sebagai langkah awal pelonggaran batasan lockdown memicu protes dari warga Denmark. Mereka pun membentuk grup di Facebook, “Mit barn skal ikke være forsøgskanin for Covid-19” - yang jika diartikan secara bebas adalah anak saya bukan marmut untuk Covid-19. Saat ini, grup tersebut telah memiliki lebih dari 39 ribu anggota.
Denmark akan terus melarang lebih dari 10 orang berkumpul, sementara kafe, restoran, pusat kebugaran, dan penata rambut akan tetap ditutup hingga setidaknya 10 Mei.
Sementara itu Italia, yang mencuri perhatian utama selama berminggu-minggu ketika angka kematian COVId-19 di negara itu melonjak, telah membuka kembali toko-toko buku, toko pakaian anak-anak dan mesin cuci piring, dalam apa yang oleh Perdana Menteri Giuseppe Conte disebut sebagai keputusan sulit tetapi perlu.
Sementara itu, Spanyol mencabut beberapa pembatasan kuncian pada hari Senin, yang memungkinkan staf dalam distribusi makanan, komunikasi, sanitasi, dan berbagai sektor non-esensial lainnya untuk kembali bekerja, meskipun negara tersebut memegang gelar wabah virus corona terburuk kedua.
(ber)
tulis komentar anda