5 Alasan Junta Myanmar Kalah dalam Menghadapi Pemberontakan Etnis
Rabu, 24 April 2024 - 23:23 WIB
“Itu adalah puncak gunung es,” katanya, seraya menambahkan bahwa, seiring berjalannya waktu, “Kita akan melihat lebih banyak masalah yang akan muncul.”
Dan ketika junta terus kehilangan kekuatan, mereka memperingatkan bahwa tindakan mereka bisa menjadi lebih kejam, terutama terhadap warga sipil, seperti yang terjadi di wilayah timur laut sebagai respons terhadap Operasi 1027.
Dari 2,3 juta orang yang mengungsi akibat pertempuran di Myanmar sejak kudeta, menurut PBB, sepertiganya telah meninggalkan rumah mereka dalam tiga bulan terakhir saja.
“Militer mungkin tidak memiliki kemampuan untuk mengalahkan lawan-lawannya, namun mereka memiliki kapasitas yang sangat besar untuk melakukan kekerasan, terutama terhadap sasaran sipil,” kata Horsey.
"Ini bisa menjadi jauh lebih berantakan, dan bisa berlarut-larut dalam waktu yang lama," Mathieson setuju. Di antara sumber-sumbernya di Myanmar dan pasukan pemberontaknya, ia menambahkan, “bahkan mereka yang paling optimis pun tidak berpikir ini akan berakhir dengan mudah.”
5. Junta Hanya Mempertahankan Wilayah Utama
Para analis mengatakan kelompok perlawanan mungkin akan kesulitan menghadapi junta di masa depan karena militer menarik diri dari posisi yang lebih lemah dan berkonsentrasi pada mempertahankan beberapa wilayah utama. Min Zaw Oo mengatakan salah satu penentu masa depan perlawanan adalah apakah kelompok-kelompok di wilayah timur dapat memutuskan jalan raya yang menghubungkan Yangon dan Mandalay, dua kota terbesar di Myanmar, keduanya masih berada dalam genggaman junta.Dan ketika junta terus kehilangan kekuatan, mereka memperingatkan bahwa tindakan mereka bisa menjadi lebih kejam, terutama terhadap warga sipil, seperti yang terjadi di wilayah timur laut sebagai respons terhadap Operasi 1027.
Dari 2,3 juta orang yang mengungsi akibat pertempuran di Myanmar sejak kudeta, menurut PBB, sepertiganya telah meninggalkan rumah mereka dalam tiga bulan terakhir saja.
“Militer mungkin tidak memiliki kemampuan untuk mengalahkan lawan-lawannya, namun mereka memiliki kapasitas yang sangat besar untuk melakukan kekerasan, terutama terhadap sasaran sipil,” kata Horsey.
"Ini bisa menjadi jauh lebih berantakan, dan bisa berlarut-larut dalam waktu yang lama," Mathieson setuju. Di antara sumber-sumbernya di Myanmar dan pasukan pemberontaknya, ia menambahkan, “bahkan mereka yang paling optimis pun tidak berpikir ini akan berakhir dengan mudah.”
(ahm)
tulis komentar anda