Senjata Kapal Perang Denmark Ngadat saat Tempur Melawan Houthi di Laut Merah
Jum'at, 05 April 2024 - 06:55 WIB
KOPENHAGEN - Sebuah kapal perang Denmark yang dikerahkan ke Laut Merah sebagai bagian dari operasi koalisi pimpinan Amerika Serikat mengalami kerusakan sistem persenjataannya ketika diserang oleh drone-drone kelompok Houthi.
Insiden tersebut terjadi bulan lalu, namun baru diungkap kapten kapalnya pada Kamis ketika kapal tersebut tiba di Denmark.
Kegagalan sistem persenjataan tersebut, yang hingga hari Kamis hanya diberitakan oleh media pertahanan lokal Olfi dengan mengutip laporan rahasia kapten kapal, mendorong pemerintah memecat pejabat tinggi militernya, Flemming Lentfer, pada hari Rabu.
Menteri Pertahanan Troels Lund Poulsen mengatakan pemecatan itu adalah akibat dari pelanggaran kepercayaan, setelah Lentfer gagal memberi tahu kementerian secara rinci tentang insiden pada 9 Maret ketika kapal fregat Iver Huitfeldt diserang oleh kelompok Houthi Yaman.
Meskipun mengalami kerusakan, fregat tersebut menembak jatuh empat drone, kata kapten kapal kapal, Sune Lund, kepada Reuters, yang dilansir Jumat (5/4/2024).
“Kami mengalami beberapa kegagalan sistem, atau degradasi sistem, yang sedikit menantang keterlibatan kami,” kata Lund tanpa menjelaskan lebih lanjut.
“Tetapi selama pertempuran kami tidak pernah dibiarkan tanpa pertahanan. Kami memiliki banyak personel di kapal, sehingga kami dapat terus berjuang dan menetralisir ancaman.”
Angkatan Bersenjata Denmark telah mem-posting video dramatis di media sosial yang menunjukkan jatuhnya drone, yang merupakan pertama kalinya kapal perang Denmark terlibat pertempuran langsung sejak tahun 1943.
Fregat tersebut, yang kembali ke pangkalan Angkatan Laut Korsor pada hari Kamis, telah dikerahkan sebagai bagian dari Operasi Penjaga Kemakmuran yang dipimpin AS untuk membantu menjaga lalu lintas laut komersial di Laut Merah.
Menteri Pertahanan Troels Lund Poulsen dan kepala Komando Angkatan Laut Denmark Henrik Ryberg pada saat keberangkatan meyakinkan bahwa kapal tersebut siap dan mampu menjalankan misi tersebut.
“Meninggalkan pangkalan angkatan laut, semuanya baik-baik saja,” kata Lund, seraya menambahkan bahwa alasan kegagalan tersebut masih diselidiki.
“Saya merasa yakin bahwa semua langkah telah diambil untuk memitigasi tantangan yang kami hadapi pada malam hari,” katanya.
Secara terpisah, peluncur rudal yang diaktifkan namun rusak pada kapal Angkatan Laut Denmark lainnya yang berlabuh di sebelah Iver Huitfeldt pada hari Kamis memicu penutupan wilayah udara dan lalu lintas pelayaran di selat Great Belt, salah satu jalur laut tersibuk di dunia dan akses maritim utama ke Laut Baltik.
Sebagai anggota pendiri Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), Denmark mengurangi kemampuan militernya setelah berakhirnya Perang Dingin pada awal tahun 1990-an.
Negara Nordik ini telah mengumumkan peningkatan besar dalam belanja militer untuk mencapai target NATO sebesar 2% dari produk domestik bruto, dari 1,4% tahun lalu.
Insiden tersebut terjadi bulan lalu, namun baru diungkap kapten kapalnya pada Kamis ketika kapal tersebut tiba di Denmark.
Kegagalan sistem persenjataan tersebut, yang hingga hari Kamis hanya diberitakan oleh media pertahanan lokal Olfi dengan mengutip laporan rahasia kapten kapal, mendorong pemerintah memecat pejabat tinggi militernya, Flemming Lentfer, pada hari Rabu.
Menteri Pertahanan Troels Lund Poulsen mengatakan pemecatan itu adalah akibat dari pelanggaran kepercayaan, setelah Lentfer gagal memberi tahu kementerian secara rinci tentang insiden pada 9 Maret ketika kapal fregat Iver Huitfeldt diserang oleh kelompok Houthi Yaman.
Baca Juga
Meskipun mengalami kerusakan, fregat tersebut menembak jatuh empat drone, kata kapten kapal kapal, Sune Lund, kepada Reuters, yang dilansir Jumat (5/4/2024).
“Kami mengalami beberapa kegagalan sistem, atau degradasi sistem, yang sedikit menantang keterlibatan kami,” kata Lund tanpa menjelaskan lebih lanjut.
“Tetapi selama pertempuran kami tidak pernah dibiarkan tanpa pertahanan. Kami memiliki banyak personel di kapal, sehingga kami dapat terus berjuang dan menetralisir ancaman.”
Angkatan Bersenjata Denmark telah mem-posting video dramatis di media sosial yang menunjukkan jatuhnya drone, yang merupakan pertama kalinya kapal perang Denmark terlibat pertempuran langsung sejak tahun 1943.
Fregat tersebut, yang kembali ke pangkalan Angkatan Laut Korsor pada hari Kamis, telah dikerahkan sebagai bagian dari Operasi Penjaga Kemakmuran yang dipimpin AS untuk membantu menjaga lalu lintas laut komersial di Laut Merah.
Menteri Pertahanan Troels Lund Poulsen dan kepala Komando Angkatan Laut Denmark Henrik Ryberg pada saat keberangkatan meyakinkan bahwa kapal tersebut siap dan mampu menjalankan misi tersebut.
“Meninggalkan pangkalan angkatan laut, semuanya baik-baik saja,” kata Lund, seraya menambahkan bahwa alasan kegagalan tersebut masih diselidiki.
“Saya merasa yakin bahwa semua langkah telah diambil untuk memitigasi tantangan yang kami hadapi pada malam hari,” katanya.
Secara terpisah, peluncur rudal yang diaktifkan namun rusak pada kapal Angkatan Laut Denmark lainnya yang berlabuh di sebelah Iver Huitfeldt pada hari Kamis memicu penutupan wilayah udara dan lalu lintas pelayaran di selat Great Belt, salah satu jalur laut tersibuk di dunia dan akses maritim utama ke Laut Baltik.
Sebagai anggota pendiri Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), Denmark mengurangi kemampuan militernya setelah berakhirnya Perang Dingin pada awal tahun 1990-an.
Negara Nordik ini telah mengumumkan peningkatan besar dalam belanja militer untuk mencapai target NATO sebesar 2% dari produk domestik bruto, dari 1,4% tahun lalu.
(mas)
tulis komentar anda