Cara Malaysia Bela Palestina, dari Aksi Rakyat hingga Manuver Diplomatik PM Anwar Ibrahim
Kamis, 21 Maret 2024 - 08:13 WIB
KUALA LUMPUR - Malaysia, seperti halnya Indonesia, merupakan negara ASEAN yang gencar mendukung Palestina untuk menjadi negara merdeka. Dukungan ini merata, dari demo rakyat biasa hingga manuver diplomatik Perdana Menteri (PM) Anwar Ibrahim.
Gerakan publik Malaysia membela Palestina telah bermunculan setelah perang Israel-Hamas pecah 7 Oktober 2023. Mereka, seperti penilaian komunitas internasional, memandang invasi brutal Israel di Jalur Gaza sebagai respons atas serangan Hamas pada 7 Oktober sudah di luar batas.
Serangan Hamas ke Israel selatan pada 7 Oktober telah menewaskan lebih dari 1.200 orang—menurut angka resmi rezim Zionis. Selain itu, Hamas juga menculik ratusan orang dan dibawa ke Gaza sebagai tawanan.
Sedangkan respons militer Israel hingga kini sudah menewaskan lebih dari 31.000 warga Palestina di Gaza—sebagian besar warga sipil.
Selain itu, infrastruktur hancur dan bencana kelaparan melanda. Banyak yang menilai respons militer Zionis ini sudah termasuk kategori genosida.
Sepanjang Maret ini, ribuan warga Malaysia turun ke berbagai jalan di Kuala Lumpur untuk mendukung warga Palestina di Jalur Gaza.
Massa menyerukan gencatan senjata di Gaza sembari melambaikan bendera Palestina dan aneka poster dukungan untuk Palestina.
Tak hanya itu, mereka juga meluapkan kemarahan terhadap PM Israel Benjamin Netanyahu dengan poster dirinya digambarkan sebagai pemimpin Nazi lengkap dengan simbol Swastika.
Putri dari PM Malaysia Anwar Ibrahim, Nurul Izzah Anwar, ambil bagian dalam aksi rakyat dan mendesak warga lainnya bergabung.
Gerakan massa Malasysia pro-Palestina turun ke jalan ini sebelumnya juga terjadi pada 22 Oktober 2023 atau hampir dua pekan setelah perang Gaza pecah. Gerakan ini diprakarsai oleh kelompok Viva Palestina Malaysia (VPM) dan MyCare.
Ada juga pertemuan massa di Masjid Nasional pada 13 Oktober dan demonstrasi di depan Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS)—negara yang selama ini terus membela Israel.
Demo pro-Palestina di Lapangan Merdeka, massa ramai-ramai mengibarkan bendera Palestina dengan meneriakkan yel-yel "Bebaskan Palestina" , diiringi tabuhan genderang.
Meski demo ini mengecam rezim Zionis Israel, penyelenggara tetap menentang aksi yang menyinggung dan provokatif, termasuk menghina pribadi PM Israel Benjamin Netanyahu.
Ketua VPM Musa Mohd Nordin bergerak cepat ketika ada poster yang menghina Netanyahu. ”Saya tidak peduli apakah ini kebenaran Anda," katanya kepada seorang demonstran, sebagaimana dilansir The Straits Times.
Yang menyita perhatian dari aksi massa ini adalah pidato putri PM Anwar Ibrahim, Nurul Izzah Anwar. Dia sebelumnya adalah anggota Parlemen Permatang Pauh.
Nurul Izzah mengecam negara-negara Barat, khususnya AS dan Inggris, karena terus-menerus mendukung tindakan militer Zionis Israel bahkan ketika Gaza hancur dan puluhan ribu orang meninggal akibat pengeboman dan serangan darat.
Putri PM Anwar Ibrahim tersebut menegaskan pembelaan terhadap Palestina bukan soal agama. "Ini bukan tentang agama. Warga Muslim dan Kristen Palestina dibantai,” katanya.
“Kita terbebani untuk memperjuangkan kebebasan Palestina dan mengembalikan pedoman moral kepada dunia," katanya lagi.
Para pejabat tinggi Malaysia juga gencar membela Palestina. Menteri Luar Negeri Malaysia Datuk Seri Mohamad Hasan, misalnya, telah melakukan manuver diplomatik dalam upayanya menekan komunitas internasional bertindak menghentikan genosida di Gaza.
Diplomat Malaysia itu mendesak gencatan senjata karena krisis di Gaza sudah di luar batas.
"Pertama, melembagakan gencatan senjata segera dan permanen. Kedua, membangun akses aman dan tanpa hambatan untuk penyaluran bantuan. Ketiga, memastikan akuntabilitas atas pelanggaran hukum internasional," katanya di “Forum Terbuka Mengenai Isu Palestina: Kampanye Hak Asasi Manusia dan Hukum Internasional—Apa Peran Malaysia?” di Universiti Malaya, Selasa (19/3/2024).
Menurut Menlu Mohamad, Malaysia harus mengerahkan kekuatan untuk mendukung perjuangan rakyat Palestina.
Upaya membebaskan Palestina, kata dia, bukan hal mudah. Namun Malaysia tidak akan menyerah.
Menurutnya, upaya diplomatik Malaysia dalam membela Palestina akan dipandu tiga pilar besar—mengatasi akar masalah, menegakkan hukum internasional, dan mengakhiri impunitas Israel.
Manuver pembelaan Palestina juga dilakukan PM Anwar Ibrahim ketika berkunjung ke Jerman—negara Barat yang selama ini juga membela Israel.
Anwar mengkritik negara-negara Barat karena kurang bertindak terhadap kekejaman Israel terhadap warga Palestina di Gaza. Dia menilai negara-negara Barat munafik.
"Ke mana kita telah membuang kemanusiaan kita, kenapa ada kemunafikan seperti ini?" tanya Anwar dalam jumpa pers bersama Kanselir Jerman Olaf Scholz usai pertemuan mereka di Berlin.
Anwar ditanya wartawan apakah dia mengecam serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023, dan apakah dia mendukung upaya membebaskan ratusan sandera asal Israel.
"Yang saya tolak keras adalah narasi ini, obsesi ini, seolah-olah seluruh masalah dimulai dan diakhiri pada tanggal 7 Oktober. Ini tidak dimulai pada tanggal 7 Oktober, dan tidak berakhir pada tanggal 7 Oktober. Ini dimulai empat dekade sebelumnya, dan itu berlanjut setiap hari," jawab Anwar.
Menurut Anwar, kebijakan Israel selama puluhan tahun terhadap warga Palestina adalah akar penyebab konflik yang tak kunjung berakhir.
Dia mencoba bersikap adil ketika membandingkan konflik Israel-Palestina dan Rusia-Ukraina.
"Kami menentang kolonialisme, atau apartheid, atau pembersihan etnis, atau perampasan negara mana pun, baik di Ukraina, atau di Gaza,” katanya.
“Kami tidak dapat menghapus kekejaman dan perampasan yang telah berlangsung selama 40 tahun, yang telah menimbulkan reaksi dan kemarahan dari masyarakat," lanjut dia.
Anwar tidak sependapat dengan narasi Barat yang menyalahkan Hamas secara mutlak. Dia mengatakan Malaysia sudah lama menjalin hubungan dengan Hamas karena faksi itu bagian dari Palestina.
"Saya katakan bahwa kami, secara kebijakan, memiliki hubungan dengan Hamas dari sebelumnya, dan ini akan terus berlanjut," katanya.
"Oleh karena itu, kami tidak setuju dengan sikap mereka yang menekan ketika Hamas menang di Gaza melalui pemilu dan warga Gaza memilih mereka untuk memimpin," paparnya.
Sementara itu, Menteri Komunikasi dan Digital Malaysia Fahmi Fadzil mengatakan dirinya sedang meminta saran dari Kementerian Luar Negeri Malaysia atas tuduhan bahwa media sosial TikTok telah menghapus beberapa konten, termasuk yang melibatkan kata "Hamas”.
Dia mengungkapkan bahwa keluhan telah diajukan, dan konten salah satu pengguna dihapus satu menit setelah diunggah di TikTok. Menurut pengguna, lanjut Fahmi, konten tersebut dihapus karena melanggar pedoman komunitas.
"Saya telah menghubungi TikTok untuk meminta penjelasan, tapi saya tidak senang dengan apa yang mereka katakan," katanya. "Saya akan meminta arahan dari Wisma Putra [Kementerian Luar Negeri] mengenai masalah ini.”
Gerakan publik Malaysia membela Palestina telah bermunculan setelah perang Israel-Hamas pecah 7 Oktober 2023. Mereka, seperti penilaian komunitas internasional, memandang invasi brutal Israel di Jalur Gaza sebagai respons atas serangan Hamas pada 7 Oktober sudah di luar batas.
Serangan Hamas ke Israel selatan pada 7 Oktober telah menewaskan lebih dari 1.200 orang—menurut angka resmi rezim Zionis. Selain itu, Hamas juga menculik ratusan orang dan dibawa ke Gaza sebagai tawanan.
Sedangkan respons militer Israel hingga kini sudah menewaskan lebih dari 31.000 warga Palestina di Gaza—sebagian besar warga sipil.
Selain itu, infrastruktur hancur dan bencana kelaparan melanda. Banyak yang menilai respons militer Zionis ini sudah termasuk kategori genosida.
Aksi Rakyat Malaysia Bela Palestina
Sepanjang Maret ini, ribuan warga Malaysia turun ke berbagai jalan di Kuala Lumpur untuk mendukung warga Palestina di Jalur Gaza.
Massa menyerukan gencatan senjata di Gaza sembari melambaikan bendera Palestina dan aneka poster dukungan untuk Palestina.
Tak hanya itu, mereka juga meluapkan kemarahan terhadap PM Israel Benjamin Netanyahu dengan poster dirinya digambarkan sebagai pemimpin Nazi lengkap dengan simbol Swastika.
Putri dari PM Malaysia Anwar Ibrahim, Nurul Izzah Anwar, ambil bagian dalam aksi rakyat dan mendesak warga lainnya bergabung.
Gerakan massa Malasysia pro-Palestina turun ke jalan ini sebelumnya juga terjadi pada 22 Oktober 2023 atau hampir dua pekan setelah perang Gaza pecah. Gerakan ini diprakarsai oleh kelompok Viva Palestina Malaysia (VPM) dan MyCare.
Ada juga pertemuan massa di Masjid Nasional pada 13 Oktober dan demonstrasi di depan Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS)—negara yang selama ini terus membela Israel.
Demo pro-Palestina di Lapangan Merdeka, massa ramai-ramai mengibarkan bendera Palestina dengan meneriakkan yel-yel "Bebaskan Palestina" , diiringi tabuhan genderang.
Meski demo ini mengecam rezim Zionis Israel, penyelenggara tetap menentang aksi yang menyinggung dan provokatif, termasuk menghina pribadi PM Israel Benjamin Netanyahu.
Ketua VPM Musa Mohd Nordin bergerak cepat ketika ada poster yang menghina Netanyahu. ”Saya tidak peduli apakah ini kebenaran Anda," katanya kepada seorang demonstran, sebagaimana dilansir The Straits Times.
Yang menyita perhatian dari aksi massa ini adalah pidato putri PM Anwar Ibrahim, Nurul Izzah Anwar. Dia sebelumnya adalah anggota Parlemen Permatang Pauh.
Nurul Izzah mengecam negara-negara Barat, khususnya AS dan Inggris, karena terus-menerus mendukung tindakan militer Zionis Israel bahkan ketika Gaza hancur dan puluhan ribu orang meninggal akibat pengeboman dan serangan darat.
Putri PM Anwar Ibrahim tersebut menegaskan pembelaan terhadap Palestina bukan soal agama. "Ini bukan tentang agama. Warga Muslim dan Kristen Palestina dibantai,” katanya.
“Kita terbebani untuk memperjuangkan kebebasan Palestina dan mengembalikan pedoman moral kepada dunia," katanya lagi.
Manuver Diplomatik Bela Palestina
Para pejabat tinggi Malaysia juga gencar membela Palestina. Menteri Luar Negeri Malaysia Datuk Seri Mohamad Hasan, misalnya, telah melakukan manuver diplomatik dalam upayanya menekan komunitas internasional bertindak menghentikan genosida di Gaza.
Diplomat Malaysia itu mendesak gencatan senjata karena krisis di Gaza sudah di luar batas.
"Pertama, melembagakan gencatan senjata segera dan permanen. Kedua, membangun akses aman dan tanpa hambatan untuk penyaluran bantuan. Ketiga, memastikan akuntabilitas atas pelanggaran hukum internasional," katanya di “Forum Terbuka Mengenai Isu Palestina: Kampanye Hak Asasi Manusia dan Hukum Internasional—Apa Peran Malaysia?” di Universiti Malaya, Selasa (19/3/2024).
Menurut Menlu Mohamad, Malaysia harus mengerahkan kekuatan untuk mendukung perjuangan rakyat Palestina.
Upaya membebaskan Palestina, kata dia, bukan hal mudah. Namun Malaysia tidak akan menyerah.
Menurutnya, upaya diplomatik Malaysia dalam membela Palestina akan dipandu tiga pilar besar—mengatasi akar masalah, menegakkan hukum internasional, dan mengakhiri impunitas Israel.
Manuver pembelaan Palestina juga dilakukan PM Anwar Ibrahim ketika berkunjung ke Jerman—negara Barat yang selama ini juga membela Israel.
Anwar mengkritik negara-negara Barat karena kurang bertindak terhadap kekejaman Israel terhadap warga Palestina di Gaza. Dia menilai negara-negara Barat munafik.
"Ke mana kita telah membuang kemanusiaan kita, kenapa ada kemunafikan seperti ini?" tanya Anwar dalam jumpa pers bersama Kanselir Jerman Olaf Scholz usai pertemuan mereka di Berlin.
Akar Masalah Israel-Palestina
Anwar ditanya wartawan apakah dia mengecam serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023, dan apakah dia mendukung upaya membebaskan ratusan sandera asal Israel.
"Yang saya tolak keras adalah narasi ini, obsesi ini, seolah-olah seluruh masalah dimulai dan diakhiri pada tanggal 7 Oktober. Ini tidak dimulai pada tanggal 7 Oktober, dan tidak berakhir pada tanggal 7 Oktober. Ini dimulai empat dekade sebelumnya, dan itu berlanjut setiap hari," jawab Anwar.
Menurut Anwar, kebijakan Israel selama puluhan tahun terhadap warga Palestina adalah akar penyebab konflik yang tak kunjung berakhir.
Dia mencoba bersikap adil ketika membandingkan konflik Israel-Palestina dan Rusia-Ukraina.
"Kami menentang kolonialisme, atau apartheid, atau pembersihan etnis, atau perampasan negara mana pun, baik di Ukraina, atau di Gaza,” katanya.
“Kami tidak dapat menghapus kekejaman dan perampasan yang telah berlangsung selama 40 tahun, yang telah menimbulkan reaksi dan kemarahan dari masyarakat," lanjut dia.
Sikap Malaysia soal Hamas
Anwar tidak sependapat dengan narasi Barat yang menyalahkan Hamas secara mutlak. Dia mengatakan Malaysia sudah lama menjalin hubungan dengan Hamas karena faksi itu bagian dari Palestina.
"Saya katakan bahwa kami, secara kebijakan, memiliki hubungan dengan Hamas dari sebelumnya, dan ini akan terus berlanjut," katanya.
"Oleh karena itu, kami tidak setuju dengan sikap mereka yang menekan ketika Hamas menang di Gaza melalui pemilu dan warga Gaza memilih mereka untuk memimpin," paparnya.
Sementara itu, Menteri Komunikasi dan Digital Malaysia Fahmi Fadzil mengatakan dirinya sedang meminta saran dari Kementerian Luar Negeri Malaysia atas tuduhan bahwa media sosial TikTok telah menghapus beberapa konten, termasuk yang melibatkan kata "Hamas”.
Dia mengungkapkan bahwa keluhan telah diajukan, dan konten salah satu pengguna dihapus satu menit setelah diunggah di TikTok. Menurut pengguna, lanjut Fahmi, konten tersebut dihapus karena melanggar pedoman komunitas.
"Saya telah menghubungi TikTok untuk meminta penjelasan, tapi saya tidak senang dengan apa yang mereka katakan," katanya. "Saya akan meminta arahan dari Wisma Putra [Kementerian Luar Negeri] mengenai masalah ini.”
(mas)
tulis komentar anda