Kekuatan Militer Haiti, Negara yang Tak Berdaya Hadapi Gangster
Senin, 18 Maret 2024 - 13:28 WIB
PORT AU PRINCE - Haiti, negara di Karibia, dilanda kekacauan setelah kelompok-kelompok gangster bersenjata turun ke jalan di ibu kota. Mereka berupaya menggulingkan Perdana Menteri Ariel Henry.
Polisi dan militer setempat tampak tak berdaya menghadapi kemarahan para gangster. Kondisi tersebut telah memaksa para diplomat Barat ramai-ramai hengkang dari ibu kota setempat, Port-Au-Prince.
“Militer Amerika Serikat telah melakukan operasi untuk meningkatkan keamanan Kedutaan Besar AS di Port-au-Prince, memungkinkan operasi misi kedutaan kami berlanjut, dan memungkinkan personel yang tidak penting untuk hengkang,” bunyi pengumuman Komando Selatan Militer AS pekan lalu.
“Pengangkutan personel masuk dan keluar dari kedutaan juga dilakukan, konsisten dengan praktik standar kami untuk meningkatkan keamanan Kedutaan Besar,” lanjut pengumuman tersebut.
CARICOM, sebuah aliansi negara-negara Karibia, telah memanggil utusan dari Amerika Serikat, Prancis, Kanada dan PBB untuk menghadiri pertemuan hari Senin pekan lalu di Jamaika untuk membahas kekerasan dan cara memberikan bantuan ke Haiti.
Wakil Presiden Guyana Bharrat Jagdeo mengatakan bahwa negara-negara tersebut akan berusaha untuk menertibkan dan memulihkan kepercayaan pada masyarakat Haiti.
“Penjahat kini telah [mengambil] alih negara. Tidak ada pemerintahan, ini menjadi masyarakat yang gagal,” katanya saat menggambarkan kondisi Haiti.
Menurut laporan AFP, dengan meningkatnya disfungsi, banyak mayat terlihat tergeletak di jalan-jalan Port-au-Prince. Kerusuhan tersebut telah menyebabkan 362.000 warga Haiti mengungsi, kata Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM).
Polisi dan militer setempat tampak tak berdaya menghadapi kemarahan para gangster. Kondisi tersebut telah memaksa para diplomat Barat ramai-ramai hengkang dari ibu kota setempat, Port-Au-Prince.
“Militer Amerika Serikat telah melakukan operasi untuk meningkatkan keamanan Kedutaan Besar AS di Port-au-Prince, memungkinkan operasi misi kedutaan kami berlanjut, dan memungkinkan personel yang tidak penting untuk hengkang,” bunyi pengumuman Komando Selatan Militer AS pekan lalu.
“Pengangkutan personel masuk dan keluar dari kedutaan juga dilakukan, konsisten dengan praktik standar kami untuk meningkatkan keamanan Kedutaan Besar,” lanjut pengumuman tersebut.
Baca Juga
CARICOM, sebuah aliansi negara-negara Karibia, telah memanggil utusan dari Amerika Serikat, Prancis, Kanada dan PBB untuk menghadiri pertemuan hari Senin pekan lalu di Jamaika untuk membahas kekerasan dan cara memberikan bantuan ke Haiti.
Wakil Presiden Guyana Bharrat Jagdeo mengatakan bahwa negara-negara tersebut akan berusaha untuk menertibkan dan memulihkan kepercayaan pada masyarakat Haiti.
“Penjahat kini telah [mengambil] alih negara. Tidak ada pemerintahan, ini menjadi masyarakat yang gagal,” katanya saat menggambarkan kondisi Haiti.
Menurut laporan AFP, dengan meningkatnya disfungsi, banyak mayat terlihat tergeletak di jalan-jalan Port-au-Prince. Kerusuhan tersebut telah menyebabkan 362.000 warga Haiti mengungsi, kata Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM).
Lihat Juga :
tulis komentar anda