Siapa Riken Yamamoto? Arsitek Jepang yang Menang Pritzker 2024
Rabu, 06 Maret 2024 - 22:22 WIB
TOKYO - Penerimaan Riken Yamamoto atas Penghargaan Arsitektur Pritzker yang bergengsi pada tahun 2024 disambut dengan kejutan yang menyenangkan. Dicirikan oleh komitmen mendalam terhadap keterlibatan masyarakat dan kesadaran yang tinggi terhadap dinamika lokal, arsitek Jepang ke-9 yang menerima penghargaan ini memiliki portofolio arsitektur yang menunjukkan kekuatan transformatif arsitektur dalam masyarakat.
Mulai dari memenuhi kebutuhan anak-anak hingga kebutuhan orang lanjut usia, karya Yamamoto menggarisbawahi dampak besar arsitektur terhadap kehidupan individu di semua kelompok umur.
Pendidikannya dibentuk oleh interaksi antara ranah publik dan privat, saat ia tinggal di sebuah rumah yang dirancang sebagai machiya tradisional Jepang.
Bagian depan rumah didedikasikan untuk apotek ibunya, sedangkan bagian belakang berfungsi sebagai tempat tinggal mereka, sehingga menanamkan dalam dirinya apresiasi awal terhadap integrasi ruang komunal dan pribadi.
Dia terpesona oleh Pagoda Lima Tingkat yang melambangkan lima Unsur Buddhis berupa tanah, air, api, udara dan ruang angkasa. “Saat itu sangat gelap, tetapi saya dapat melihat menara kayu tersebut diterangi oleh cahaya bulan dan apa yang saya temukan saat itu adalah pengalaman pertama saya dengan arsitektur.”
Saat mengunjungi pameran sebagai mahasiswa pascasarjana, ia dikejutkan oleh tidak adanya arsitektur yang patut diperhatikan; Paviliun Amerika—sebuah bangunan lapang tanpa simbolisme, menampilkan sebuah batu yang konon berasal dari bulan. Perjumpaan nyata dengan arsitektur yang hanya sekedar "udara dan batu kecil" meninggalkan kesan pada Yamamoto, membentuk pemahaman awalnya tentang simbolisme dan ekspresi arsitektur.
Mulai dari memenuhi kebutuhan anak-anak hingga kebutuhan orang lanjut usia, karya Yamamoto menggarisbawahi dampak besar arsitektur terhadap kehidupan individu di semua kelompok umur.
Siapa Riken Yamamoto? Arsitek Jepang yang Menang Pritzker 2024
1. Lahir di Beijing
Melansir archdaily, Yamamoto lahir di Beijing pada tahun 1945, Republik Rakyat China, namun akarnya berakar di Yokohama, Jepang, setelah berakhirnya Perang Dunia II.Pendidikannya dibentuk oleh interaksi antara ranah publik dan privat, saat ia tinggal di sebuah rumah yang dirancang sebagai machiya tradisional Jepang.
Bagian depan rumah didedikasikan untuk apotek ibunya, sedangkan bagian belakang berfungsi sebagai tempat tinggal mereka, sehingga menanamkan dalam dirinya apresiasi awal terhadap integrasi ruang komunal dan pribadi.
2. Jadi Arsitek sejak Usia 17 Tahun
Dia mengatakan bahwa pengalaman pertamanya dengan arsitektur terjadi pada usia 17 tahun, ketika dia mengunjungi Kuil Kôfuku-ji, di Nara, Jepang, yang awalnya dibangun pada tahun 730 dan akhirnya dibangun kembali pada tahun 1426.Dia terpesona oleh Pagoda Lima Tingkat yang melambangkan lima Unsur Buddhis berupa tanah, air, api, udara dan ruang angkasa. “Saat itu sangat gelap, tetapi saya dapat melihat menara kayu tersebut diterangi oleh cahaya bulan dan apa yang saya temukan saat itu adalah pengalaman pertama saya dengan arsitektur.”
3. Yakin dengan Simbol dan Ekspresi
Pada usia 25 tahun, di tengah latar Pameran Internasional Osaka tahun 1970, Riken Yamamoto, seorang arsitek pemula, merasakan dampak yang sangat besar.Saat mengunjungi pameran sebagai mahasiswa pascasarjana, ia dikejutkan oleh tidak adanya arsitektur yang patut diperhatikan; Paviliun Amerika—sebuah bangunan lapang tanpa simbolisme, menampilkan sebuah batu yang konon berasal dari bulan. Perjumpaan nyata dengan arsitektur yang hanya sekedar "udara dan batu kecil" meninggalkan kesan pada Yamamoto, membentuk pemahaman awalnya tentang simbolisme dan ekspresi arsitektur.
tulis komentar anda