Algojo Arab Saudi Ungkap Cara Penggal Terpidana: Gunakan Pedang Khusus, Tanpa Belas Kasihan
Minggu, 03 Maret 2024 - 09:06 WIB
Algojo negara Arab Saudi, Muhammad Saad al-Beshi, telah merinci dengan tepat bagaimana eksekusi dijalankan. Sebagian besar dilakukan dengan salah satu pedangnya, terkadang dengan pistol.
Mereka yang akan dipenggal tidak dibius sama sekali, namun al-Beshi mengeklaim bahwa dia melakukan pekerjaannya dengan benar, di mana orang-orang dieksekusi tidak akan menderita lama.
"Jika saya membiarkan diri saya merasakan belas kasihan atau kasih sayang terhadap orang yang saya eksekusi, dia tidak akan mati pada pukulan pertama," katanya dalam wawancara dengan stasiun televisi Lebanon.
"Dia akan menderita. Jika hati berbelas kasih, tangan gagal. Ini bisa memakan waktu dua, tiga, empat, atau lima pukulan. Entah berapa banyak. Dia bahkan mungkin tidak mati,” lanjut dia, yang dilansir Mail Online, Minggu (3/3/2024).
Pria berusia 62 tahun itu mengatakan bahwa dia bahkan pernah memenggal beberapa temannya, namun menyatakan bahwa mereka sendiri yang menyebabkan diri mereka seperti itu.
Dia mengatakan ketika para tahanan tiba di lapangan eksekusi—yang terletak di pusat ibu kota; Riyadh, yang secara lokal dikenal sebagai "Chop Chop Square" sebelum dia memenggal kepala mereka.
Al-Beshi mengatakan dia juga akan melakukan amputasi anggota tubuh, sebuah hukuman yang menurutnya diuraikan dalam Al-Qur'an untuk pencuri.
Dia akan memotong tangan atau tangan dan kaki, dan terpidana hanya menerima anestesi lokal."Saya menggunakan pisau tajam khusus, bukan pedang. Ketika saya memotong tangan, saya memotongnya dari persendiannya. Kalau kaki-kakinya pihak berwenang tentukan mau lepas di mana, makanya saya ikuti saja,” jelasnya.
Ayah tujuh anak ini secara mengejutkan mengungkap bahwa keluarganya dilibatkan dalam pekerjaan tersebut, di mana anak-anaknya membersihkan pedangnya yang berlumuran darah setelah pemenggalan.
Dia mengaku bangga putranya mengikuti jejaknya setelah menjalani pelatihan menjadi algojo.
Mereka yang akan dipenggal tidak dibius sama sekali, namun al-Beshi mengeklaim bahwa dia melakukan pekerjaannya dengan benar, di mana orang-orang dieksekusi tidak akan menderita lama.
"Jika saya membiarkan diri saya merasakan belas kasihan atau kasih sayang terhadap orang yang saya eksekusi, dia tidak akan mati pada pukulan pertama," katanya dalam wawancara dengan stasiun televisi Lebanon.
"Dia akan menderita. Jika hati berbelas kasih, tangan gagal. Ini bisa memakan waktu dua, tiga, empat, atau lima pukulan. Entah berapa banyak. Dia bahkan mungkin tidak mati,” lanjut dia, yang dilansir Mail Online, Minggu (3/3/2024).
Pria berusia 62 tahun itu mengatakan bahwa dia bahkan pernah memenggal beberapa temannya, namun menyatakan bahwa mereka sendiri yang menyebabkan diri mereka seperti itu.
Dia mengatakan ketika para tahanan tiba di lapangan eksekusi—yang terletak di pusat ibu kota; Riyadh, yang secara lokal dikenal sebagai "Chop Chop Square" sebelum dia memenggal kepala mereka.
Al-Beshi mengatakan dia juga akan melakukan amputasi anggota tubuh, sebuah hukuman yang menurutnya diuraikan dalam Al-Qur'an untuk pencuri.
Dia akan memotong tangan atau tangan dan kaki, dan terpidana hanya menerima anestesi lokal."Saya menggunakan pisau tajam khusus, bukan pedang. Ketika saya memotong tangan, saya memotongnya dari persendiannya. Kalau kaki-kakinya pihak berwenang tentukan mau lepas di mana, makanya saya ikuti saja,” jelasnya.
Ayah tujuh anak ini secara mengejutkan mengungkap bahwa keluarganya dilibatkan dalam pekerjaan tersebut, di mana anak-anaknya membersihkan pedangnya yang berlumuran darah setelah pemenggalan.
Dia mengaku bangga putranya mengikuti jejaknya setelah menjalani pelatihan menjadi algojo.
Lihat Juga :
tulis komentar anda