Bagaimana Risiko Perang Nuklir Rusia Melawan NATO?
Sabtu, 02 Maret 2024 - 20:20 WIB
“Sekarang Putin-lah yang dengan jelas menarik garis merah mengenai penggunaan nuklir,” kata Kushch, seraya menambahkan bahwa Macron telah menyelidiki reaksi Putin mengenai kapan Moskow akan siap meluncurkan nuklir.
Foto/Reuters
Namun bagi Boris Bondarev, seorang diplomat senior Rusia yang berhenti dari pekerjaannya untuk memprotes invasi besar-besaran Moskow ke Ukraina, “bukanlah sesuatu yang baru” dalam kecaman Putin yang mengancam tersebut.
Ancaman-ancaman tersebut adalah “ketakutan Putin yang biasa dan proyeksi keinginannya yang belum terealisasi ke Barat,” kata Bondarev, yang bertugas di kantor PBB di Jenewa hingga tahun 2022, kepada Al Jazeera.
Ini bukan pertama kalinya Moskow menunjukkan gigi mereka dalam konfrontasi dengan Amerika Serikat dan Eropa.
Juru mudi Soviet, Nikita Khrushchev, menggebrak sepatunya di podium markas besar PBB di New York pada tahun 1960 sambil mengomel tentang “imperialisme Amerika yang kejam” dan menjanjikan “intervensi lebih lanjut”.
Dua tahun kemudian, Khrushchev memprovokasi Krisis Rudal Karibia yang hampir memicu kiamat nuklir.
Para pemimpin Soviet pada akhir tahun 1970-an dan awal tahun 1980-an secara rutin mengisyaratkan kemungkinan terjadinya perang nuklir sampai Mikhail Gorbachev memulai reformasi perestroika yang memicu tanda-tanda bantuan di Barat, namun mengubur Uni Soviet.
Selama perang di Ukraina, Kremlin menarik diri dari perjanjian pengendalian senjata nuklir dengan Washington dalam sebuah tindakan yang diperkirakan banyak orang akan memicu perlombaan senjata baru.
Bagaimana Risiko Perang Nuklir Rusia Melawan NATO?
1. Ancaman Putin Bukan Hal Baru
Foto/Reuters
Namun bagi Boris Bondarev, seorang diplomat senior Rusia yang berhenti dari pekerjaannya untuk memprotes invasi besar-besaran Moskow ke Ukraina, “bukanlah sesuatu yang baru” dalam kecaman Putin yang mengancam tersebut.
Ancaman-ancaman tersebut adalah “ketakutan Putin yang biasa dan proyeksi keinginannya yang belum terealisasi ke Barat,” kata Bondarev, yang bertugas di kantor PBB di Jenewa hingga tahun 2022, kepada Al Jazeera.
Ini bukan pertama kalinya Moskow menunjukkan gigi mereka dalam konfrontasi dengan Amerika Serikat dan Eropa.
Juru mudi Soviet, Nikita Khrushchev, menggebrak sepatunya di podium markas besar PBB di New York pada tahun 1960 sambil mengomel tentang “imperialisme Amerika yang kejam” dan menjanjikan “intervensi lebih lanjut”.
Dua tahun kemudian, Khrushchev memprovokasi Krisis Rudal Karibia yang hampir memicu kiamat nuklir.
Para pemimpin Soviet pada akhir tahun 1970-an dan awal tahun 1980-an secara rutin mengisyaratkan kemungkinan terjadinya perang nuklir sampai Mikhail Gorbachev memulai reformasi perestroika yang memicu tanda-tanda bantuan di Barat, namun mengubur Uni Soviet.
Selama perang di Ukraina, Kremlin menarik diri dari perjanjian pengendalian senjata nuklir dengan Washington dalam sebuah tindakan yang diperkirakan banyak orang akan memicu perlombaan senjata baru.
tulis komentar anda