Kebijakan Kontroversial Xi Jinping dan Runtuhnya Perekonomian China

Sabtu, 02 Maret 2024 - 09:44 WIB
Kebijakan kontroversial Presiden Xi Jinping mulai meruntuhkan perekonomian China. Foto/REUTERS
BEIJING - Sejak dimulainya masa jabatan kedua Presiden Xi Jinping, banyak gejolak terjadi di China. Mulai dari bidang politik hingga militer, Xi berusaha memperkuat cengkeramannya pada setiap aspek kehidupan di China.

Mengutip dari Directus.gr pada Sabtu (2/3/2024), kegigihan Xi untuk mengendalikan segalanya telah menimbulkan krisis, dan hal ini terlihat jelas dalam keruntuhan ekonomi China yang terus berlanjut.

Sejak beberapa tahun terakhir, perekonomian China berada dalam krisis parah. Berdasarkan laporan Dana Moneter Internasional (IMF) baru-baru ini, penurunan perekonomian China diperkirakan akan terus berlanjut hingga empat tahun ke depan.



Dalam laporannya, yang diterbitkan pada 2 Februari 2024, IMF memperkirakan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) China akan mencapai 4,6 persen di tahun keuangan 2024, turun dari 5,4 persen yang tercatat pada 2023.

Laporan tersebut memproyeksikan penurunan PDB lebih lanjut dari 4,0 persen menjadi 3,8 persen, 3,6 persen, dan 3,4 persen untuk tahun buku 2025, 2026, 2027 dan 2028.



Laporan itu menyoroti berbagai masalah seperti meningkatnya pengangguran, tekanan baru di sektor properti, meningkatnya utang, melambatnya investasi dalam negeri, dan cepatnya penuaan populasi yang menjadi penyebab jatuhnya perekonomian China secara terus-menerus.

Tingkat pengangguran kaum muda perkotaan di China telah mencapai titik tertinggi, yaitu 21,3 persen di bulan Juni 2023, atau 10 persen tertinggi dibandingkan tahun 2018.

Pekan lalu, perusahaan MSCI mengeluarkan puluhan perusahaan China dari berbagai indeks yang akan berdampak besar dan panjang terhadap investasi dari Barat.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More