Maladewa Berisiko Jatuh ke Jebakan Utang Jika Sepakati FTA China
Selasa, 20 Februari 2024 - 09:08 WIB
Laporan terbaru menunjukkan bahwa Maladewa berencana membeli drone militer dari Turki, dengan alasan pemantauan garis pantai. China juga menawarkan untuk memasok senjata ke Maladewa.
Sungguh ironis bahwa India, yang telah memberikan keamanan ke Maladewa selama beberapa dekade, kini dijauhi. Para personel militer India, yang terlibat dalam pelatihan dan membantu Angkatan Pertahanan Maladewa, juga diminta untuk pergi.
Impor senjata oleh Maladewa dari negara-negara ketiga juga akan berdampak pada perekonomian yang sudah terguncang karena tingginya utang serta keterbatasan anggaran.
Dalam beberapa hari ke depan, pemerintahan Muizzu akan mengambil langkah-langkah untuk menandatangani FTA China-Maladewa secara resmi. Hal ini mungkin terjadi, meski Partai Progresif Maladewa tidak menikmati mayoritas di Majelis.
Jika hal ini terwujud, seperti yang terjadi pada 2017, Maladewa akan kembali berada di bawah payung China, sehingga menimbulkan bahaya nyata bagi kawasan Samudra Hindia dan jalur laut di sekitar Maladewa.
Realisasi akan dampak negatif jangka panjang FTA baru akan terasa ketika China mengambil alih Maladewa, seperti yang terjadi di Sri Lanka. Saat itu terjadi, semuanya sudah terlambat.
Sungguh ironis bahwa India, yang telah memberikan keamanan ke Maladewa selama beberapa dekade, kini dijauhi. Para personel militer India, yang terlibat dalam pelatihan dan membantu Angkatan Pertahanan Maladewa, juga diminta untuk pergi.
Impor senjata oleh Maladewa dari negara-negara ketiga juga akan berdampak pada perekonomian yang sudah terguncang karena tingginya utang serta keterbatasan anggaran.
Dalam beberapa hari ke depan, pemerintahan Muizzu akan mengambil langkah-langkah untuk menandatangani FTA China-Maladewa secara resmi. Hal ini mungkin terjadi, meski Partai Progresif Maladewa tidak menikmati mayoritas di Majelis.
Jika hal ini terwujud, seperti yang terjadi pada 2017, Maladewa akan kembali berada di bawah payung China, sehingga menimbulkan bahaya nyata bagi kawasan Samudra Hindia dan jalur laut di sekitar Maladewa.
Realisasi akan dampak negatif jangka panjang FTA baru akan terasa ketika China mengambil alih Maladewa, seperti yang terjadi di Sri Lanka. Saat itu terjadi, semuanya sudah terlambat.
(mas)
tulis komentar anda