South China Morning Post Sebut Pemilu 2024 Diwarnai Nepotisme
Senin, 19 Februari 2024 - 16:12 WIB
HONG KONG - Media paling terkenal dan ternama di Hong Kong, South China Morning Post (SCMP) melaporkan bahwa menyebut bahwa pemilu 2024 diwarnai dengan unsur nepotisme dan menghasilkan pemerintahan dinasti politik.
Dalam video berdurasi 7 menit 51 detik tersebut, SCMP melaporkan bahwa pada 2020, putra tertua Jokowi, Gibran RakabumingRaka, terpilih sebagai wali kota Solo dan menantunya, Muhammad Bobby Afif Nasution terpilih sebagai wali kota Medan. Anak bungsunya, Kaesang Pangarep bergabung sebagai ketua Partai Solidaritas Indonesia.
Menurut Anand Mathai, editor SCMP, mengungkapkan banyak kritik yang menuding Joko Widodo memasukkan anak-anaknya ke dunia politik di negara itu.
"Awalnya, Jokowi disandingkan seperti Obama yang bisa membawa harapan bagi politik Indonesia. Itulah kenapa kritik itu menunjukkan pandangan buruk tentangnya saat ini mengarah upayanya memulai dinasti politik," kata Mathai.
Diungkapkan oleh Dedi Dinarto, analis politik Indonesia, membangunan dinasti poliik merupakan langkah strategi bagi keberlangsung politik Jokowi pasca tidak lagi menjabat. "Tidak seperti banyak politikus mapan di Indonesia, Jokowi kurang memiliki pengaruh politik yang signifikan atau afilisiasi, karena dia tidak memiliki partai politik seperti Prabowo atau Megawati, yang memiliki partai politik dengan pengikuti yang loyal," tuturnya.
Kontroversi bertambah ketika Gibran menjadi calon wakil presiden 2024. SCMP melaporkan bahwa politikus berusia 36 tahun tersebut tidak memenuhi syarat usia 40 tahun untuk menjadi calon wakil presiden. Tapi, pamannya Ketua Mahkamah Konstitusi Anwar Usman, mengubah aturan tersebut.
"Widodo (Jokowi) adalah tokoh yang populer sebagai presiden. Popularitasnya tinggi hingga 80% dan itu menjadi hal yang sangat menakjubkan bagi pemimpin nasional. Sehingga, orang menyukainya dan itu ingin ditransfer kepada anaknya," ungkap Mathai.
Selanjutnya, Dedi Dinarto dari Global Counsel yang berkantor di Singapura, mengungkapkan Jokowi menganggap Prabowo Subianto dan Gibran merupakan kandidat yang melanjutkan agendanya.
"Tapi masalahnya ketika proposal itu ditolak Megawati sebagai pemimpin PDI-P, yang mendukung Ganjar sebagai calon presiden, dibandingkan dibandingkan sebagai calon wakil presidennya Prabowo," ungkapnya.
Dalam video berdurasi 7 menit 51 detik tersebut, SCMP melaporkan bahwa pada 2020, putra tertua Jokowi, Gibran RakabumingRaka, terpilih sebagai wali kota Solo dan menantunya, Muhammad Bobby Afif Nasution terpilih sebagai wali kota Medan. Anak bungsunya, Kaesang Pangarep bergabung sebagai ketua Partai Solidaritas Indonesia.
Menurut Anand Mathai, editor SCMP, mengungkapkan banyak kritik yang menuding Joko Widodo memasukkan anak-anaknya ke dunia politik di negara itu.
"Awalnya, Jokowi disandingkan seperti Obama yang bisa membawa harapan bagi politik Indonesia. Itulah kenapa kritik itu menunjukkan pandangan buruk tentangnya saat ini mengarah upayanya memulai dinasti politik," kata Mathai.
Baca Juga
Diungkapkan oleh Dedi Dinarto, analis politik Indonesia, membangunan dinasti poliik merupakan langkah strategi bagi keberlangsung politik Jokowi pasca tidak lagi menjabat. "Tidak seperti banyak politikus mapan di Indonesia, Jokowi kurang memiliki pengaruh politik yang signifikan atau afilisiasi, karena dia tidak memiliki partai politik seperti Prabowo atau Megawati, yang memiliki partai politik dengan pengikuti yang loyal," tuturnya.
Kontroversi bertambah ketika Gibran menjadi calon wakil presiden 2024. SCMP melaporkan bahwa politikus berusia 36 tahun tersebut tidak memenuhi syarat usia 40 tahun untuk menjadi calon wakil presiden. Tapi, pamannya Ketua Mahkamah Konstitusi Anwar Usman, mengubah aturan tersebut.
"Widodo (Jokowi) adalah tokoh yang populer sebagai presiden. Popularitasnya tinggi hingga 80% dan itu menjadi hal yang sangat menakjubkan bagi pemimpin nasional. Sehingga, orang menyukainya dan itu ingin ditransfer kepada anaknya," ungkap Mathai.
Selanjutnya, Dedi Dinarto dari Global Counsel yang berkantor di Singapura, mengungkapkan Jokowi menganggap Prabowo Subianto dan Gibran merupakan kandidat yang melanjutkan agendanya.
"Tapi masalahnya ketika proposal itu ditolak Megawati sebagai pemimpin PDI-P, yang mendukung Ganjar sebagai calon presiden, dibandingkan dibandingkan sebagai calon wakil presidennya Prabowo," ungkapnya.
(ahm)
Lihat Juga :
tulis komentar anda