Mismanajemen Partai Komunis Perburuk Krisis Pasar Properti China
Senin, 12 Februari 2024 - 15:15 WIB
Pengembang, termasuk nama-nama terkemuka seperti Evergrande dan Country Garden, terlibat dalam peminjaman agresif, proyek-proyek meragukan, dan pembelanjaan berlebihan yang didorong oleh persyaratan kredit yang mudah.
Meski kesalahan pengelolaan perusahaan-perusahaan ini terlihat jelas, kegagalan CCP untuk melakukan intervensi dan menyesuaikan kebijakan memainkan peran penting dalam memperburuk krisis properti.
Sekitar tahun 2020, Beijing terlambat mengakui sifat sektor properti yang tidak berkelanjutan. Namun, reaksi CCP relatif keras, yang tidak memberikan cukup waktu bagi pengembang dan pembeli rumah untuk menyesuaikan diri dengan penghapusan level dukungan sebelumnya secara bertahap.
Pergeseran prioritas mendadak ini menyebabkan kegagalan langsung dari pengembang kelas atas, di mana Evergrande berada di level teratas di pertengahan tahun 2021. Perubahan mendadak ini tidak hanya mengganggu pasar properti, tetapi juga memberikan kejutan pada perekonomian China yang lebih luas.
Kegagalan CCP dalam mengantisipasi dampak sistemik dari langkah-langkah ini menunjukkan kurangnya perencanaan strategis, sehingga berkontribusi terhadap krisis yang semakin parah.
Ketika permasalahan dalam sektor properti semakin meluas, CCP melakukan kesalahan kritis ketiga—kegagalan melindungi sistem keuangan dari meningkatnya beban utang yang meragukan akibat kegagalan pengembang.
Tidak hanya pengembang besar seperti Evergrande yang diawasi dengan cermat, namun pembeli rumah yang mengambil hipotek juga menghadapi tantangan karena pengembang gagal menyelesaikan proyek.
Penolakan para pembeli rumah untuk melakukan pembayaran hipotek semakin membebani sistem keuangan, memperlambat aliran kredit dan menghambat aktivitas ekonomi.
Kelambanan dan keengganan Beijing untuk menyuntikkan dana ke pasar keuangan atau memberikan jaminan untuk menyelesaikan apartemen yang dibeli di muka membuat masalah ini semakin meningkat selama berbulan-bulan, sehingga memperdalam dampak ekonomi.
Meski kesalahan pengelolaan perusahaan-perusahaan ini terlihat jelas, kegagalan CCP untuk melakukan intervensi dan menyesuaikan kebijakan memainkan peran penting dalam memperburuk krisis properti.
Kegagalan Pengembang
Sekitar tahun 2020, Beijing terlambat mengakui sifat sektor properti yang tidak berkelanjutan. Namun, reaksi CCP relatif keras, yang tidak memberikan cukup waktu bagi pengembang dan pembeli rumah untuk menyesuaikan diri dengan penghapusan level dukungan sebelumnya secara bertahap.
Pergeseran prioritas mendadak ini menyebabkan kegagalan langsung dari pengembang kelas atas, di mana Evergrande berada di level teratas di pertengahan tahun 2021. Perubahan mendadak ini tidak hanya mengganggu pasar properti, tetapi juga memberikan kejutan pada perekonomian China yang lebih luas.
Kegagalan CCP dalam mengantisipasi dampak sistemik dari langkah-langkah ini menunjukkan kurangnya perencanaan strategis, sehingga berkontribusi terhadap krisis yang semakin parah.
Ketika permasalahan dalam sektor properti semakin meluas, CCP melakukan kesalahan kritis ketiga—kegagalan melindungi sistem keuangan dari meningkatnya beban utang yang meragukan akibat kegagalan pengembang.
Tidak hanya pengembang besar seperti Evergrande yang diawasi dengan cermat, namun pembeli rumah yang mengambil hipotek juga menghadapi tantangan karena pengembang gagal menyelesaikan proyek.
Penolakan para pembeli rumah untuk melakukan pembayaran hipotek semakin membebani sistem keuangan, memperlambat aliran kredit dan menghambat aktivitas ekonomi.
Kelambanan dan keengganan Beijing untuk menyuntikkan dana ke pasar keuangan atau memberikan jaminan untuk menyelesaikan apartemen yang dibeli di muka membuat masalah ini semakin meningkat selama berbulan-bulan, sehingga memperdalam dampak ekonomi.
tulis komentar anda