Dianggap Mengancam, Gerakan Keagamaan Falun Dafa Terus Ditekan China
Kamis, 08 Februari 2024 - 10:54 WIB
Pola yang sama juga terlihat pada jumlah kematian yang dilaporkan di tahun 2023. Sebagian besar insiden gangguan dan penangkapan terjadi di Shandong (1.061), Jilin (914), Hebei (673), Sichuan (576) dan Heilongjiang (546).
Sebanyak 1.190 praktisi Falun Dafa dijatuhi vonis penjara dengan hukuman bervariasi antara 3 bulan hingga 12 tahun. Dari kasus-kasus baru yang dilaporkan ini, 755 praktisi dijatuhi hukuman sepanjang 2023 saja.
Tindakan keras terhadap praktisi Falun Dafa dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya di tahun 2023 menimbulkan kecurigaan terhadap motif China.
Banyak analis meyakini bahwa meningkatnya pengaruh Falun Dafa di kalangan politik China dan CCP bisa menjadi alasan di balik tindakan keras ini. Banyak elite dan anggota CCP telah mempraktikkan nilai-nilai Falun secara diam-diam, dan kedudukan mereka dalam koridor politik telah meningkat sedemikian rupa sehingga menimbulkan kekhawatiran bagi CCP.
Meski kurangnya kepercayaan CCP terhadap warga Uighur dan Tibet dapat dipahami dari fakta bahwa kedua kelompok tersebut menginginkan pemerintahan sendiri atau otonomi parsial, namun tindakannya terhadap Falun Dafa sulit dicerna karena tidak ada tuntutan seperti itu.
Beijing khawatir akan pertumbuhan praktisi Falun yang tidak terkendali di internal CCP itu sendiri. Ketika Jiang mencoba melenyapkan praktisi Falun di tahun 1990-an, itu merupakan keputusan sepihak dan sebagian besar anggota Politbiro CCP menentangnya, karena istri dan petinggi partai juga mempraktikkan keyakinan Falun Dafa. Kondisi ini masih berlangsung hingga sekarang.
Melalui tindakan keras terhadap Falun Dafa, Presiden China Xi Jinping dinilai berusaha memperingatkan kader-kader senior agar tidak menentang pemerintah. Sikap ini telah menuai kritik, baik dari internal CCP atau militer China.
Banyak kubu-kubu telah terbentuk dan bekerja menentang Xi Jinping. Ada laporan bahwa Xi Jinping ditegur para pemimpin partai yang lebih tua, dan itulah sebabnya dia dilarang menghadiri pertemuan G20 di New Delhi.
Sebanyak 1.190 praktisi Falun Dafa dijatuhi vonis penjara dengan hukuman bervariasi antara 3 bulan hingga 12 tahun. Dari kasus-kasus baru yang dilaporkan ini, 755 praktisi dijatuhi hukuman sepanjang 2023 saja.
Falun Dafa di Internal CCP
Tindakan keras terhadap praktisi Falun Dafa dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya di tahun 2023 menimbulkan kecurigaan terhadap motif China.
Banyak analis meyakini bahwa meningkatnya pengaruh Falun Dafa di kalangan politik China dan CCP bisa menjadi alasan di balik tindakan keras ini. Banyak elite dan anggota CCP telah mempraktikkan nilai-nilai Falun secara diam-diam, dan kedudukan mereka dalam koridor politik telah meningkat sedemikian rupa sehingga menimbulkan kekhawatiran bagi CCP.
Meski kurangnya kepercayaan CCP terhadap warga Uighur dan Tibet dapat dipahami dari fakta bahwa kedua kelompok tersebut menginginkan pemerintahan sendiri atau otonomi parsial, namun tindakannya terhadap Falun Dafa sulit dicerna karena tidak ada tuntutan seperti itu.
Beijing khawatir akan pertumbuhan praktisi Falun yang tidak terkendali di internal CCP itu sendiri. Ketika Jiang mencoba melenyapkan praktisi Falun di tahun 1990-an, itu merupakan keputusan sepihak dan sebagian besar anggota Politbiro CCP menentangnya, karena istri dan petinggi partai juga mempraktikkan keyakinan Falun Dafa. Kondisi ini masih berlangsung hingga sekarang.
Melalui tindakan keras terhadap Falun Dafa, Presiden China Xi Jinping dinilai berusaha memperingatkan kader-kader senior agar tidak menentang pemerintah. Sikap ini telah menuai kritik, baik dari internal CCP atau militer China.
Banyak kubu-kubu telah terbentuk dan bekerja menentang Xi Jinping. Ada laporan bahwa Xi Jinping ditegur para pemimpin partai yang lebih tua, dan itulah sebabnya dia dilarang menghadiri pertemuan G20 di New Delhi.
Lihat Juga :
tulis komentar anda