Pengamanan Gedung Putih Dipertanyakan
Rabu, 12 Agustus 2020 - 10:09 WIB
JAKARTA - Insiden penembakan terhadap penyusup di Gedung Putih oleh badan pengamanan Presiden Amerika Serikat (AS) Secret Service memicu perhatian mengenai pola keamanan di tempat yang seharusnya paling aman di AS.
Pengamanan terhadap Presiden AS memang menjadi prioritas utama karena sejarah mencatat bahwa terdapat sejumlah serangan dan upaya pembunuhan terhadap pemimpin tertinggi tersebut. Lebih dari 30 orang berusaha melancarkan upaya penyerangan dan pembunuhan terhadap presiden, mantan presiden atau pun presiden terpilih sejak awal abad 19 lalu.
Bahkan empat presiden AS tewas dibunuh seperti Abraham Lincoln (1865), James A. Garfield (1881), William McKinley (1901), dan John F. Kennedy (1963). Setidaknya dua presiden AS pernah mengalami luka setelah berhasil dalam upaya percobaan pembunuhan seperti Theodore Roosevelt (1912) dan Ronald Reagan (1981). Semua serangan terhadap presiden dan Gedung Putih umumnya menggunakan senjata api. (Baca: Militer AS Cari Cara Kalahkan China di Indo-Pasifik)
Sebagian besar pelaku penyerangan terhadap Presiden AS memiliki motif politik, dan kerap dilakukan oleh orang yang memiliki rasional. “Namun, tak semua serangan itu juga memiliki motif politik. Banyak penyerang yang memiliki ketidakstabilan mental, bahwa sebagian dinilai gila,” kata James W Clarke, sejarawan AS.
Menurut Donald J Mihalek dan Richard M Frankel, pakar keamanan AS , pengamanan terhadap presiden AS memperhatikan posisi, ancaman dan resiko. "Presiden AS merupakan tipe pemimpin yang memiliki banyak ancaman dan resiko yang bisa terjadi dengan beragam konsekuensi," kata mereka dilansir ABC News. Di AS, perlindungan pemimpin eksekutif itu dilakukan untuk menjamin agar mereka aman dari serangan.
Pusat pengamanan presiden AS terletak di Gedung Putih. Kantor dan kediaman presiden AS itu memang terlalu terbuka. Tak mengherankan banyak orang yang ingin melancarkan serangan kepada presiden saat berada di Gedung Putih. (Baca juga: Jadi Lumbung Cukai, Kemenperin: Industri Rokok Harus Diselamatkan)
Gedung Putih memiliki pengamanan yang berlapis dan fasilitas paling aman di AS . Semua kaca di Gedung Putih tahan terhadap tembakan peluru. Namun, kaca jendela itu tampak seperti kaca pada umumnya. Seperti serangan terhadap Gedung Putih pada November 2011, tidak ada satu pun peluru yang mampu menembus jendela.
Gedung Putih memiliki sensor inframerah yang mampu mendeteksi setiap ancaman, bukan hanya di darat, tetapi juga di bagian atas Gedung Putih. Selain itu, Washington merupakan zona larangan terbang. Pesawat yang terbang tanpa memberikan laporan akan langsung mendapatkan peringatan. Jika pesawat yang berani terbang tanpa ada pemberitahuan, maka misil siap ditembakkan. Sejak Januari 2015, Gedung Putih juga dilengkapi pesawat nirawak yang mendeteksi ancaman.
Pengamanan terhadap Presiden AS memang menjadi prioritas utama karena sejarah mencatat bahwa terdapat sejumlah serangan dan upaya pembunuhan terhadap pemimpin tertinggi tersebut. Lebih dari 30 orang berusaha melancarkan upaya penyerangan dan pembunuhan terhadap presiden, mantan presiden atau pun presiden terpilih sejak awal abad 19 lalu.
Bahkan empat presiden AS tewas dibunuh seperti Abraham Lincoln (1865), James A. Garfield (1881), William McKinley (1901), dan John F. Kennedy (1963). Setidaknya dua presiden AS pernah mengalami luka setelah berhasil dalam upaya percobaan pembunuhan seperti Theodore Roosevelt (1912) dan Ronald Reagan (1981). Semua serangan terhadap presiden dan Gedung Putih umumnya menggunakan senjata api. (Baca: Militer AS Cari Cara Kalahkan China di Indo-Pasifik)
Sebagian besar pelaku penyerangan terhadap Presiden AS memiliki motif politik, dan kerap dilakukan oleh orang yang memiliki rasional. “Namun, tak semua serangan itu juga memiliki motif politik. Banyak penyerang yang memiliki ketidakstabilan mental, bahwa sebagian dinilai gila,” kata James W Clarke, sejarawan AS.
Menurut Donald J Mihalek dan Richard M Frankel, pakar keamanan AS , pengamanan terhadap presiden AS memperhatikan posisi, ancaman dan resiko. "Presiden AS merupakan tipe pemimpin yang memiliki banyak ancaman dan resiko yang bisa terjadi dengan beragam konsekuensi," kata mereka dilansir ABC News. Di AS, perlindungan pemimpin eksekutif itu dilakukan untuk menjamin agar mereka aman dari serangan.
Pusat pengamanan presiden AS terletak di Gedung Putih. Kantor dan kediaman presiden AS itu memang terlalu terbuka. Tak mengherankan banyak orang yang ingin melancarkan serangan kepada presiden saat berada di Gedung Putih. (Baca juga: Jadi Lumbung Cukai, Kemenperin: Industri Rokok Harus Diselamatkan)
Gedung Putih memiliki pengamanan yang berlapis dan fasilitas paling aman di AS . Semua kaca di Gedung Putih tahan terhadap tembakan peluru. Namun, kaca jendela itu tampak seperti kaca pada umumnya. Seperti serangan terhadap Gedung Putih pada November 2011, tidak ada satu pun peluru yang mampu menembus jendela.
Gedung Putih memiliki sensor inframerah yang mampu mendeteksi setiap ancaman, bukan hanya di darat, tetapi juga di bagian atas Gedung Putih. Selain itu, Washington merupakan zona larangan terbang. Pesawat yang terbang tanpa memberikan laporan akan langsung mendapatkan peringatan. Jika pesawat yang berani terbang tanpa ada pemberitahuan, maka misil siap ditembakkan. Sejak Januari 2015, Gedung Putih juga dilengkapi pesawat nirawak yang mendeteksi ancaman.
Lihat Juga :
tulis komentar anda