5 Alasan Masa Depan Junta Militer Myanmar di Ujung Tanduk

Kamis, 25 Januari 2024 - 12:12 WIB
Junta militer Myanmar terus terpuruk dalam perang melawan pemberontak. Foto/Reuters
YANGON - Junta militer Myanmar kini semakin tak berdaya. Mereka terus dikalahkan pasukan pemberontak. Padahal, China dan Rusia sudah memberikan dukungan penuh kepada junta militer.

Apalagi, Selasa lalu, kerumunan beberapa ratus orang berdiri di alun-alun kecil Pyin Oo Lwin, sebuah kota perbukitan yang populer di Myanmar, untuk mendengar seorang biksu berkacamata memberikan saran yang mengejutkan.

"Min Aung Hlaing, penguasa militer negara itu, harus minggir," seru Pauk Ko Taw, seorang Bhikkhu. Dia menyarankan perlu membiarkan wakilnya Jenderal Soe Win mengambil alih.

Orang yang memimpin kudeta pada tahun 2021 terhadap pemerintahan terpilih Aung San Suu Kyi, yang memicu bencana perang saudara, telah menghadapi banyak kecaman internasional, dan dibenci oleh sebagian besar penduduk Myanmar.

Namun ini adalah kritik dari pihak yang tidak biasa. Bhikkhu tersebut, Pauk Ko Taw, adalah bagian dari kelompok ultra-nasionalis di kalangan pendeta Budha, yang hingga saat ini masih setia mendukung junta militer.



Namun serangkaian kekalahan telak yang diderita tentara di tangan pemberontak etnis dalam beberapa pekan terakhir telah mendorong para pemimpin Min Aung Hlaing untuk mempertimbangkan kembali.

5 Alasan Masa Depan Junta Militer Myanmar di Ujung Tanduk

1. Pemimpin Junta Militer Telah Kehabisan Kawan



Foto/Reuters

“Lihat wajah Soe Win,” kata Pauk Ko Taw kepada orang banyak, dilansir BBC. “Itulah wajah seorang prajurit sejati. Min Aung Hlaing tidak bisa mengatasinya. Dia harus beralih ke peran sipil.”
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More