Mampukah PM Muda Prancis yang Gay dan Anti-Islam Menghidupkan Kembali Pemerintahan Macron?
Sabtu, 13 Januari 2024 - 19:19 WIB
Namun meski keputusan Macron yang tiba-tiba memilih perdana menteri yang populer dan berjiwa muda mungkin telah mengalihkan perhatian masyarakat dari perjuangan pemerintahannya yang lebih luas, periode bulan madu mungkin tidak akan bertahan lama.
"Ini bisa jadi sebuah kisah cinta yang singkat. Mungkin bisa membantu [Presiden Macron] untuk memulai kembali mandat masa jabatannya yang kedua. Tapi kita akan lihat apa yang terjadi setelah pemilu Eropa… ketika Macron masih belum memiliki mayoritas di Majelis Nasional. Selebihnya masa jabatannya sebagai presiden masih akan rumit baginya," kata Bristielle. Masa jabatan kedua Macron sebagai presiden akan berakhir pada tahun 2027.
"Sekarang dia adalah perdana menteri, orang-orang akan tidak menyukai apa yang dia lakukan. Pada akhirnya, dia seperti Emmanuel Macron, jadi sejujurnya, saya rasa kita tidak takut padanya," kata Melina Bravo, 24, yang bekerja di bagian komunikasi RN.
"Ini bisa jadi sebuah kisah cinta yang singkat. Mungkin bisa membantu [Presiden Macron] untuk memulai kembali mandat masa jabatannya yang kedua. Tapi kita akan lihat apa yang terjadi setelah pemilu Eropa… ketika Macron masih belum memiliki mayoritas di Majelis Nasional. Selebihnya masa jabatannya sebagai presiden masih akan rumit baginya," kata Bristielle. Masa jabatan kedua Macron sebagai presiden akan berakhir pada tahun 2027.
5. Disambut Pesimisme dari Kubu Oposisi
Sementara itu, oposisi sayap kanan National Rally (RN) dengan gencar mempromosikan “anak jagoan” mereka sendiri – presiden partai tersebut, Jordan Bardella. Dia baru berusia 28 tahun dan disebut-sebut sebagai calon perdana menteri jika Marine Le Pen dari RN memenangkan kursi kepresidenan pada tahun 2027. Jauh sebelum itu, para pejabat RN bersikeras, kegembiraan tentang perdana menteri Prancis yang muda dan gay, akan sudah ada sejak lama."Sekarang dia adalah perdana menteri, orang-orang akan tidak menyukai apa yang dia lakukan. Pada akhirnya, dia seperti Emmanuel Macron, jadi sejujurnya, saya rasa kita tidak takut padanya," kata Melina Bravo, 24, yang bekerja di bagian komunikasi RN.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(ahm)
tulis komentar anda