Arab Saudi Masih Tertarik Normalisasi dengan Israel setelah Perang Gaza Berakhir
Kamis, 11 Januari 2024 - 09:00 WIB
Ketika ditanya apakah Arab Saudi melihat Hamas berperan dalam masa depan negara Palestina, Pangeran Khalid mengatakan bahwa hal itu memerlukan banyak pemikiran.
“Selalu ada ruang untuk perubahan jika Anda memiliki optimisme dan harapan. Namun ketika terjadi konflik, hal pertama yang harus Anda sadari adalah kedua belah pihak sama-sama kalah,” ujarnya.
“Masalah yang kita hadapi saat ini dengan pemerintahan Israel saat ini adalah adanya perspektif ekstrem dan absolutis yang tidak berhasil mencapai kompromi dan oleh karena itu konflik tidak akan pernah berakhir,” imbuh dia.
Pada Senin lalu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken bertemu Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman di Riyadh dengan agenda normalisasi.
“Ada minat yang jelas di sini untuk mewujudkan hal itu,” kata Blinken.
“Tetapi hal ini memerlukan penghentian konflik di Gaza, dan juga jelas memerlukan adanya jalan praktis menuju negara Palestina,” katanya kepada wartawan.
Arab Saudi belum secara resmi mengakui Israel sejak didirikan pada tahun 1948.
Diskusi mengenai normalisasi tiba-tiba terhenti setelah serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober, yang menewaskan 1.140 orang.
Sejak itu, Israel telah membunuh sedikitnya 23.200 warga Palestina di Gaza, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
Dalam beberapa tahun terakhir, Israel telah menormalisasi hubungan dengan sejumlah negara Timur Tengah, termasuk Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Maroko.
“Selalu ada ruang untuk perubahan jika Anda memiliki optimisme dan harapan. Namun ketika terjadi konflik, hal pertama yang harus Anda sadari adalah kedua belah pihak sama-sama kalah,” ujarnya.
“Masalah yang kita hadapi saat ini dengan pemerintahan Israel saat ini adalah adanya perspektif ekstrem dan absolutis yang tidak berhasil mencapai kompromi dan oleh karena itu konflik tidak akan pernah berakhir,” imbuh dia.
Pada Senin lalu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken bertemu Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman di Riyadh dengan agenda normalisasi.
“Ada minat yang jelas di sini untuk mewujudkan hal itu,” kata Blinken.
“Tetapi hal ini memerlukan penghentian konflik di Gaza, dan juga jelas memerlukan adanya jalan praktis menuju negara Palestina,” katanya kepada wartawan.
Arab Saudi belum secara resmi mengakui Israel sejak didirikan pada tahun 1948.
Diskusi mengenai normalisasi tiba-tiba terhenti setelah serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober, yang menewaskan 1.140 orang.
Sejak itu, Israel telah membunuh sedikitnya 23.200 warga Palestina di Gaza, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
Dalam beberapa tahun terakhir, Israel telah menormalisasi hubungan dengan sejumlah negara Timur Tengah, termasuk Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Maroko.
tulis komentar anda