AS: Rusia Gunakan Rudal Balistik Korea Utara untuk Gempur Ukraina
Sabtu, 06 Januari 2024 - 08:32 WIB
Beberapa negara Barat telah menyampaikan kekhawatirannya atas potensi transfer senjata atau teknologi militer Moskow ke Pyongyang.
Pada 2017, sebuah laporan dari lembaga think tank International Institute for Strategic Studies menyatakan bahwa Korea Utara dapat dengan cepat mengembangkan rudal baru dengan memperoleh mesin roket RD-250 Soviet dari saluran gelap yang beroperasi di Rusia atau Ukraina.
Ukraina membantah tuduhan tersebut dan mengatakan Rusia-lah yang patut disalahkan.
Namun pada tahun itu, Korea Utara mampu dengan cepat memperluas persenjataan rudalnya, dengan memperkenalkan dua sistem baru: Hwasong-12 jarak menengah dan Hwasong-14 antarbenua.
Berbicara dalam konferensi pers di Gedung Putih pada hari Kamis, Kirby mengatakan pengadaan rudal balistik Rusia dari Korea Utara merupakan pelanggaran langsung terhadap sejumlah resolusi Dewan Keamanan PBB.
“Kami akan menuntut Rusia bertanggung jawab karena sekali lagi melanggar kewajiban internasionalnya,” katanya.
Dia juga mengatakan AS yakin Rusia berencana membeli rudal jarak dekat dari Iran, namun hingga saat ini mereka belum melakukannya.
Sementara itu, Inggris mengatakan pihaknya mengutuk keras penggunaan rudal balistik yang bersumber dari Korea Utara di Ukraina oleh Rusia.
“Korea Utara tunduk pada rezim sanksi yang kuat, dan kami akan terus bekerja sama dengan mitra kami untuk memastikan bahwa Korea Utara membayar harga yang mahal karena mendukung perang ilegal Rusia di Ukraina,” kata juru bicara Kantor Luar Negeri, Persemakmuran, dan Pembangunan Inggris, seperti dikutip BBC, Sabtu (6/1/2024).
Dalam pengarahannya, Kirby juga mendesak Kongres AS untuk menyetujui pendanaan tambahan AS untuk Ukraina tanpa penundaan.
Pada 2017, sebuah laporan dari lembaga think tank International Institute for Strategic Studies menyatakan bahwa Korea Utara dapat dengan cepat mengembangkan rudal baru dengan memperoleh mesin roket RD-250 Soviet dari saluran gelap yang beroperasi di Rusia atau Ukraina.
Ukraina membantah tuduhan tersebut dan mengatakan Rusia-lah yang patut disalahkan.
Namun pada tahun itu, Korea Utara mampu dengan cepat memperluas persenjataan rudalnya, dengan memperkenalkan dua sistem baru: Hwasong-12 jarak menengah dan Hwasong-14 antarbenua.
Berbicara dalam konferensi pers di Gedung Putih pada hari Kamis, Kirby mengatakan pengadaan rudal balistik Rusia dari Korea Utara merupakan pelanggaran langsung terhadap sejumlah resolusi Dewan Keamanan PBB.
“Kami akan menuntut Rusia bertanggung jawab karena sekali lagi melanggar kewajiban internasionalnya,” katanya.
Dia juga mengatakan AS yakin Rusia berencana membeli rudal jarak dekat dari Iran, namun hingga saat ini mereka belum melakukannya.
Sementara itu, Inggris mengatakan pihaknya mengutuk keras penggunaan rudal balistik yang bersumber dari Korea Utara di Ukraina oleh Rusia.
“Korea Utara tunduk pada rezim sanksi yang kuat, dan kami akan terus bekerja sama dengan mitra kami untuk memastikan bahwa Korea Utara membayar harga yang mahal karena mendukung perang ilegal Rusia di Ukraina,” kata juru bicara Kantor Luar Negeri, Persemakmuran, dan Pembangunan Inggris, seperti dikutip BBC, Sabtu (6/1/2024).
Dalam pengarahannya, Kirby juga mendesak Kongres AS untuk menyetujui pendanaan tambahan AS untuk Ukraina tanpa penundaan.
tulis komentar anda