3 Alasan Israel Tarik 5 Brigade Tentara dari Gaza, Salah Satunya Ekonomi Babak Belur
Kamis, 04 Januari 2024 - 18:11 WIB
TEL AVIV - Israel telah memutuskan akan menarik lima brigade tentara dari pertempuran Gaza, Palestina. Keputusan ini membuat seorang pejabat Amerika Serikat (AS) mengatakan intensitas konflik telah berkurang.
Namun para pejabat Israel mengeluarkan pesan yang beragam mengenai masalah ini, dan mengatakan bahwa operasi militer telah mengalihkan fokus dan pertempuran akan terus berlanjut selama berbulan-bulan.
Tembakan roket dari Gaza telah menurun tajam dalam beberapa pekan terakhir ketika pertempuran berkecamuk di wilayah kantong padat penduduk yang berpenduduk 2,3 juta orang, menewaskan lebih dari 22.000 warga Palestina. Operasi Israel di Gaza termasuk serangan udara dan tembakan artileri.
Menteri Pertahanan Yoav Gallant bersugesti penurunan kekerasan akan memungkinkan beberapa komunitas pengungsi Israel untuk pulang ke daerahnya yang berada dalam jarak empat hingga tujuh kilometer di utara Jalur Gaza.
Namun Mayor Jenderal Yaron Finkelman, panglima Komando Selatan militer Israel, mengatakan bahwa pertempuran akan terus berlanjut di seluruh Gaza. “Dalam berbagai metode, dalam berbagai intensitas, dan dalam berbagai bentuk," katanya.
“Kami melanjutkan pelatihan para perwira dan komandan. Setelah pengalaman mereka dalam pertempuran, mereka kembali berlatih dan akan bergabung dengan barisan komandan tentara setelah mereka selesai,” kata juru bicara militer Israel Laksamana Daniel Hagari.
Menurut analisa The National, pada Kamis (4/1/2024), ada tiga alasan mengapa Israel akan menarik lima brigade—yang kemungkinan mencapai ribuan tentara—dari perang melawan Hamas di Gaza, Palestina.
Pertama, tentara Israel tidak dapat bertahan dalam pertempuran sengit selama berminggu-minggu dan sering kali dibawa dari garis depan untuk beristirahat dan memulihkan diri.
Kedua, militer Israel ingin agar beberapa brigade tersebut, yang juga digunakan untuk pelatihan militer, meneruskan pengalaman tempur mereka kepada tentara yang menjalani pelatihan di Israel.
Alasan ketiga berkaitan dengan perekonomian Israel yang babak belur akibat perang di Gaza.
Keputusan ini juga bukan hal baru, di mana media Israel melaporkan pada awal Desember 2023 bahwa beberapa pasukan cadangan akan ditarik dan diganti—yang berarti tidak ada pengurangan pasukan secara keseluruhan—setelah pertempuran di Gaza utara bergeser ke selatan.
Laksamana Hagari mengatakan beberapa tentara cadangan akan kembali ke keluarga mereka dan bekerja minggu ini.
Hal ini, kata dia, akan memberikan dorongan bagi perekonomian yang telah menyusut sekitar dua persen karena ratusan ribu tentara cadangan telah ditarik dari tempat kerja dan masuk ke dalam peran militer.
“Ini akan memberikan banyak bantuan bagi perekonomian, dan akan memungkinkan mereka memperoleh kekuatan untuk melakukan operasi tahun depan, dan pertempuran akan terus berlanjut dan kita akan membutuhkannya,” katanya.
Penarikan lima brigade—mungkin hingga 15.000 tentara—akan menandai berkurangnya kehadiran darat Israel secara signifikan.
Namun tentara Israel masih akan memiliki unsur sekitar lima divisi di Gaza dan meskipun kekuatan divisi tersebut sangat bervariasi, mereka masing-masing dapat terdiri dari 10.000 hingga 20.000 tentara.
Misalnya, Brigade Parasut Cadangan 551 yang akan segera ditarik, yang bertempur di sekitar Beit Hanoun, adalah salah satu dari enam brigade di Divisi Infanteri ke-98, yang bermarkas di Gaza.
Sebagai konteksnya, Israel menginvasi Gaza dengan sekitar 20.000 tentara di bagian utara Jalur Gaza saja, setelah membangun kekuatan yang menurut perkiraan berjumlah hingga 300.000 orang setelah mobilisasi darurat di Israel selatan.
Kontingen tempur kemudian bertambah menjadi sekitar 40.000—mungkin lebih—karena doktrin militer mengatakan pasukan penyerang memerlukan setidaknya keunggulan numerik tiga banding satu.
Hamas dan sekutunya memiliki antara 20.000 dan 30.000 pejuang, yang berarti bahwa Israel kemungkinan besar telah mengerahkan lebih dari 40.000 serdadu ke Gaza pada waktu tertentu.
Seorang pejabat AS mengatakan keputusan tersebut tampaknya mengindikasikan dimulainya peralihan ke operasi dengan intensitas lebih rendah di wilayah utara wilayah Palestina.
Washington telah mendesak Israel untuk mengurangi intensitas operasi militernya, di tengah seruan internasional untuk gencatan senjata ketika jumlah korban tewas meningkat.
Namun para pejabat Israel mengeluarkan pesan yang beragam mengenai masalah ini, dan mengatakan bahwa operasi militer telah mengalihkan fokus dan pertempuran akan terus berlanjut selama berbulan-bulan.
Tembakan roket dari Gaza telah menurun tajam dalam beberapa pekan terakhir ketika pertempuran berkecamuk di wilayah kantong padat penduduk yang berpenduduk 2,3 juta orang, menewaskan lebih dari 22.000 warga Palestina. Operasi Israel di Gaza termasuk serangan udara dan tembakan artileri.
Menteri Pertahanan Yoav Gallant bersugesti penurunan kekerasan akan memungkinkan beberapa komunitas pengungsi Israel untuk pulang ke daerahnya yang berada dalam jarak empat hingga tujuh kilometer di utara Jalur Gaza.
Namun Mayor Jenderal Yaron Finkelman, panglima Komando Selatan militer Israel, mengatakan bahwa pertempuran akan terus berlanjut di seluruh Gaza. “Dalam berbagai metode, dalam berbagai intensitas, dan dalam berbagai bentuk," katanya.
“Kami melanjutkan pelatihan para perwira dan komandan. Setelah pengalaman mereka dalam pertempuran, mereka kembali berlatih dan akan bergabung dengan barisan komandan tentara setelah mereka selesai,” kata juru bicara militer Israel Laksamana Daniel Hagari.
Tiga Alasan Israel Tarik 5 Brigade dari Perang Gaza
Menurut analisa The National, pada Kamis (4/1/2024), ada tiga alasan mengapa Israel akan menarik lima brigade—yang kemungkinan mencapai ribuan tentara—dari perang melawan Hamas di Gaza, Palestina.
Pertama, tentara Israel tidak dapat bertahan dalam pertempuran sengit selama berminggu-minggu dan sering kali dibawa dari garis depan untuk beristirahat dan memulihkan diri.
Kedua, militer Israel ingin agar beberapa brigade tersebut, yang juga digunakan untuk pelatihan militer, meneruskan pengalaman tempur mereka kepada tentara yang menjalani pelatihan di Israel.
Alasan ketiga berkaitan dengan perekonomian Israel yang babak belur akibat perang di Gaza.
Keputusan ini juga bukan hal baru, di mana media Israel melaporkan pada awal Desember 2023 bahwa beberapa pasukan cadangan akan ditarik dan diganti—yang berarti tidak ada pengurangan pasukan secara keseluruhan—setelah pertempuran di Gaza utara bergeser ke selatan.
Laksamana Hagari mengatakan beberapa tentara cadangan akan kembali ke keluarga mereka dan bekerja minggu ini.
Hal ini, kata dia, akan memberikan dorongan bagi perekonomian yang telah menyusut sekitar dua persen karena ratusan ribu tentara cadangan telah ditarik dari tempat kerja dan masuk ke dalam peran militer.
“Ini akan memberikan banyak bantuan bagi perekonomian, dan akan memungkinkan mereka memperoleh kekuatan untuk melakukan operasi tahun depan, dan pertempuran akan terus berlanjut dan kita akan membutuhkannya,” katanya.
Berapa Banyak Tentara Israel di Gaza?
Penarikan lima brigade—mungkin hingga 15.000 tentara—akan menandai berkurangnya kehadiran darat Israel secara signifikan.
Namun tentara Israel masih akan memiliki unsur sekitar lima divisi di Gaza dan meskipun kekuatan divisi tersebut sangat bervariasi, mereka masing-masing dapat terdiri dari 10.000 hingga 20.000 tentara.
Misalnya, Brigade Parasut Cadangan 551 yang akan segera ditarik, yang bertempur di sekitar Beit Hanoun, adalah salah satu dari enam brigade di Divisi Infanteri ke-98, yang bermarkas di Gaza.
Sebagai konteksnya, Israel menginvasi Gaza dengan sekitar 20.000 tentara di bagian utara Jalur Gaza saja, setelah membangun kekuatan yang menurut perkiraan berjumlah hingga 300.000 orang setelah mobilisasi darurat di Israel selatan.
Kontingen tempur kemudian bertambah menjadi sekitar 40.000—mungkin lebih—karena doktrin militer mengatakan pasukan penyerang memerlukan setidaknya keunggulan numerik tiga banding satu.
Hamas dan sekutunya memiliki antara 20.000 dan 30.000 pejuang, yang berarti bahwa Israel kemungkinan besar telah mengerahkan lebih dari 40.000 serdadu ke Gaza pada waktu tertentu.
Seorang pejabat AS mengatakan keputusan tersebut tampaknya mengindikasikan dimulainya peralihan ke operasi dengan intensitas lebih rendah di wilayah utara wilayah Palestina.
Washington telah mendesak Israel untuk mengurangi intensitas operasi militernya, di tengah seruan internasional untuk gencatan senjata ketika jumlah korban tewas meningkat.
(mas)
tulis komentar anda