8 Alasan 2023 Jadi Tahun yang Sulit bagi Barat

Sabtu, 30 Desember 2023 - 22:22 WIB
Hal ini telah mengalihkan perhatian global dari sekutu NATO, Ukraina, karena negara tersebut berjuang untuk menahan kemajuan Rusia pada musim dingin ini. Hal ini telah mengalihkan amunisi AS dari Kyiv demi kepentingan Israel.

Namun yang paling penting, di mata banyak umat Islam dan orang lain di seluruh dunia, hal ini telah membuat AS dan Inggris tampak terlibat dalam penghancuran Gaza dengan melindungi Israel di PBB. Rusia, yang angkatan udaranya mengebom kota Aleppo di Suriah, mengalami peningkatan stok di Timur Tengah sejak 7 Oktober.

Perang telah menyebar ke Laut Merah bagian selatan, di mana kelompok Houthi yang didukung Iran meluncurkan drone dan rudal yang dapat meledak ke kapal-kapal, sehingga menaikkan harga komoditas ketika perusahaan pelayaran besar dunia terpaksa mengalihkan rute mereka ke ujung selatan Afrika.

4. Iran

Melansir BBC, Iran dicurigai secara diam-diam mengembangkan senjata nuklir, namun hal itu dibantahnya. Namun terlepas dari upaya Barat, negara ini masih jauh dari terisolasi, karena mereka telah memperluas jangkauan militernya ke seluruh Irak, Suriah, Lebanon, Yaman, dan Gaza melalui milisi proksi yang didanai, dilatih, dan dipersenjatai.

Tahun ini, mereka menjalin aliansi yang semakin erat dengan Moskow, yang menyediakan pasokan drone Shahed yang tampaknya tidak akan pernah habis untuk diluncurkan di kota-kota besar dan kecil di Ukraina.

Dianggap sebagai ancaman yang bermusuhan oleh beberapa negara Barat, Iran mendapat keuntungan dari perang Gaza dengan memposisikan dirinya di Timur Tengah sebagai pejuang perjuangan Palestina.

5. Sahel di Afrika



Foto/Reuters

Satu demi satu, negara-negara di wilayah Sahel di Afrika Barat telah menyerah pada kudeta militer yang mengakibatkan pengusiran pasukan Eropa yang membantu memerangi pemberontakan jihadis di wilayah tersebut.

Bekas jajahan Perancis di Mali, Burkina Faso dan Republik Afrika Tengah telah berbalik melawan Eropa ketika pada bulan Juli, terjadi kudeta lain yang mengakibatkan tergulingnya presiden pro-Barat di Niger. Pasukan Prancis terakhir kini telah meninggalkan negara itu, meskipun 600 tentara AS masih berada di sana di dua pangkalan.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More