Netanyahu Sibuk Cari Negara yang Mau Tampung Warga Palestina dari Gaza
Rabu, 27 Desember 2023 - 12:34 WIB

Bocah Palestina berada di kamp pengungsi di Khan Younis, 26 Desember 2023. Foto/AP
TEL AVIV - Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengatakan kepada para pendukungnya bahwa dia berupaya menemukan negara-negara yang siap "menyerap" warga Palestina dari Gaza.
Surat kabar Israel Israel Hayom mengatakan Netanyahu melontarkan komentar tersebut pada pertemuan Partai Likud pada Senin (25/12/2023).
Saat itu, dia berusaha mengklarifikasi rencana Israel setelah perang berakhir di Jalur Gaza.
“Masalah kami adalah negara-negara yang siap menyerapnya dan kami sedang berupaya mengatasinya,” ujar Netanyahu.
“Dunia sudah mendiskusikan kemungkinan imigrasi sukarela,” papar dia.
Dia menambahkan, “Satu tim harus dibentuk untuk memastikan bahwa mereka yang ingin meninggalkan Gaza ke negara ketiga dapat melakukannya. Hal ini perlu diselesaikan. Hal ini memiliki dampak strategis penting untuk hari setelah perang."
Ucapannya selaras dengan pernyataan tokoh senior Partai Likud lainnya. Mantan Menteri Partai Likud Danny Danon, misalnya, secara terbuka menyerukan negara-negara Barat untuk menerima pengungsi dari Gaza.
Warga Palestina telah lama mengatakan kampanye Israel saat ini di Gaza bertujuan memastikan pengusiran permanen mereka dari wilayah tersebut.
Strategi militer Israel tampaknya bertujuan membuat Gaza tidak dapat dihuni dengan menghancurkan apa pun yang menopang kehidupan, dengan harapan warga Palestina akan “secara sukarela” meninggalkan wilayah tersebut.
Amerika Serikat, Uni Eropa, dan negara-negara Timur Tengah pada khususnya telah menolak pembersihan etnis secara paksa di Gaza.
Namun Israel telah berulang kali melanggar garis merah yang ditetapkan oleh negara-negara tersebut sebelumnya dengan tanpa hukuman dan sanksi sama sekali.
Kemungkinan tujuan eksodus tersebut mencakup Mesir, Yordania, dan negara-negara Barat.
Mesir dan Yordania dengan tegas menolak menerima warga Palestina di perbatasan mereka.
Kemungkinan itu mengingatkan kita pada Nakba tahun 1948, ketika milisi Zionis secara etnis membersihkan lebih dari 700.000 warga Palestina dari tanah air bersejarah mereka untuk memberi jalan bagi kemerdekaan negara Israel.
Berita tentang komentar Netanyahu muncul ketika tentara mengatakan mereka menyerang lebih dari 100 sasaran dalam 24 jam, termasuk situs militer dan terowongan di Jabalia tengah dan Khan Younis di selatan. Pertempuran darat yang sengit terus berlanjut di Jalur Gaza.
Seorang saksi dari Khan Younis mengatakan kepada Middle East Eye bahwa Israel mengintensifkan pemboman terhadap kota tersebut dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya pada Senin malam.
Militer Israel menargetkan rumah-rumah warga sipil dan infrastruktur perumahan, termasuk di sekitar Rumah Sakit Nasser di Khan Younis.
"Pemboman tidak berhenti di malam hari. Peluru-peluru menghantam dekat kami. Saya melompat karena intensitasnya," ungkap Younis al-Hallaq.
Lebih dari 20.915 warga Palestina telah tewas dalam kampanye pemboman brutal Israel dan 54.918 orang terluka sejak 7 Oktober, menurut Kementerian Kesehatan Palestina pada Selasa.
Sementara itu, tentara Israel terus menderita banyak korban dalam upaya mereka menguasai Gaza.
Menurut tentara Israel, 491 tentara telah terbunuh sejak 7 Oktober, dengan sebagian besar terbunuh pada hari itu juga dan 156 tentara terbunuh sejak invasi darat dimulai.
Hamas mengklaim jumlah korban tewas sebenarnya di kalangan warga Israel jauh lebih tinggi.
Tujuan utama dari kampanye Israel yang sedang berlangsung adalah membunuh pemimpin Hamas Yahya Sinwar, yang diyakini bersembunyi di sistem terowongan di bawah wilayah tersebut.
Salah satu pemimpin militer utama Hamas mengklaim diperlukan waktu hingga 10 tahun untuk menemukannya.
Kepala Staf Israel Herzi Halevi menyampaikan komentar tersebut dalam percakapan dengan seorang anggota kabinet, menurut harian Israel Yedioth Ahronot.
Israel mengatakan sekitar 874 tentara terluka di Gaza tetapi media Israel menyebutkan jumlahnya mencapai 5.000 orang. Organisasi berita di Israel tunduk pada sensor militer rezim kolonial Zionis.
Surat kabar Israel Israel Hayom mengatakan Netanyahu melontarkan komentar tersebut pada pertemuan Partai Likud pada Senin (25/12/2023).
Saat itu, dia berusaha mengklarifikasi rencana Israel setelah perang berakhir di Jalur Gaza.
“Masalah kami adalah negara-negara yang siap menyerapnya dan kami sedang berupaya mengatasinya,” ujar Netanyahu.
“Dunia sudah mendiskusikan kemungkinan imigrasi sukarela,” papar dia.
Dia menambahkan, “Satu tim harus dibentuk untuk memastikan bahwa mereka yang ingin meninggalkan Gaza ke negara ketiga dapat melakukannya. Hal ini perlu diselesaikan. Hal ini memiliki dampak strategis penting untuk hari setelah perang."
Ucapannya selaras dengan pernyataan tokoh senior Partai Likud lainnya. Mantan Menteri Partai Likud Danny Danon, misalnya, secara terbuka menyerukan negara-negara Barat untuk menerima pengungsi dari Gaza.
Warga Palestina telah lama mengatakan kampanye Israel saat ini di Gaza bertujuan memastikan pengusiran permanen mereka dari wilayah tersebut.
Strategi militer Israel tampaknya bertujuan membuat Gaza tidak dapat dihuni dengan menghancurkan apa pun yang menopang kehidupan, dengan harapan warga Palestina akan “secara sukarela” meninggalkan wilayah tersebut.
Amerika Serikat, Uni Eropa, dan negara-negara Timur Tengah pada khususnya telah menolak pembersihan etnis secara paksa di Gaza.
Namun Israel telah berulang kali melanggar garis merah yang ditetapkan oleh negara-negara tersebut sebelumnya dengan tanpa hukuman dan sanksi sama sekali.
Kemungkinan tujuan eksodus tersebut mencakup Mesir, Yordania, dan negara-negara Barat.
Mesir dan Yordania dengan tegas menolak menerima warga Palestina di perbatasan mereka.
Kemungkinan itu mengingatkan kita pada Nakba tahun 1948, ketika milisi Zionis secara etnis membersihkan lebih dari 700.000 warga Palestina dari tanah air bersejarah mereka untuk memberi jalan bagi kemerdekaan negara Israel.
Berita tentang komentar Netanyahu muncul ketika tentara mengatakan mereka menyerang lebih dari 100 sasaran dalam 24 jam, termasuk situs militer dan terowongan di Jabalia tengah dan Khan Younis di selatan. Pertempuran darat yang sengit terus berlanjut di Jalur Gaza.
Seorang saksi dari Khan Younis mengatakan kepada Middle East Eye bahwa Israel mengintensifkan pemboman terhadap kota tersebut dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya pada Senin malam.
Militer Israel menargetkan rumah-rumah warga sipil dan infrastruktur perumahan, termasuk di sekitar Rumah Sakit Nasser di Khan Younis.
"Pemboman tidak berhenti di malam hari. Peluru-peluru menghantam dekat kami. Saya melompat karena intensitasnya," ungkap Younis al-Hallaq.
Lebih dari 20.915 warga Palestina telah tewas dalam kampanye pemboman brutal Israel dan 54.918 orang terluka sejak 7 Oktober, menurut Kementerian Kesehatan Palestina pada Selasa.
Sementara itu, tentara Israel terus menderita banyak korban dalam upaya mereka menguasai Gaza.
Menurut tentara Israel, 491 tentara telah terbunuh sejak 7 Oktober, dengan sebagian besar terbunuh pada hari itu juga dan 156 tentara terbunuh sejak invasi darat dimulai.
Hamas mengklaim jumlah korban tewas sebenarnya di kalangan warga Israel jauh lebih tinggi.
Tujuan utama dari kampanye Israel yang sedang berlangsung adalah membunuh pemimpin Hamas Yahya Sinwar, yang diyakini bersembunyi di sistem terowongan di bawah wilayah tersebut.
Salah satu pemimpin militer utama Hamas mengklaim diperlukan waktu hingga 10 tahun untuk menemukannya.
Kepala Staf Israel Herzi Halevi menyampaikan komentar tersebut dalam percakapan dengan seorang anggota kabinet, menurut harian Israel Yedioth Ahronot.
Israel mengatakan sekitar 874 tentara terluka di Gaza tetapi media Israel menyebutkan jumlahnya mencapai 5.000 orang. Organisasi berita di Israel tunduk pada sensor militer rezim kolonial Zionis.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda