China Diduga Wajibkan Seminaris Tao Menonton Film Propaganda Perang Korea
Rabu, 13 Desember 2023 - 14:19 WIB
BEIJING - "The Battle at Lake Changjin”, yang diproduksi atas nama Departemen Propaganda Pusat untuk memperingati 100 tahun Partai Komunis China pada tahun 2021, adalah sebuah film propaganda tentang Perang Korea yang banyak dikritik di luar negeri namun benar-benar populer di China.
Mengutip dari laman Bitter Winter, Rabu (13/12/2023), "The Battle at Lake Changjin" adalah film termahal dan paling banyak ditonton dalam sejarah China. Bahkan, para kritikus mengakui bahwa meski propagandanya meresahkan, adegan pertempurannya difilmkan dengan baik dan menakjubkan.
Masalahnya adalah "The Battle at Lake Changjin" menghasilkan industri rumahan yang menelurkan produk turunan, semuanya mengulangi propaganda yang sama tetapi tanpa nilai penebusan dari kualitas teknis film tahun 2021.
Salah satunya adalah "Volunteer Army: Heroes Attack”, yang diluncurkan dengan banyak keriuhan di bulan September 2023 tetapi kurang berhasil dibandingkan "The Battle at Lake Changjin".
Tema propagandanya sama. Orang-orang China di dalam film diceritakan bahwa pada tahun 1950, Amerika Serikat (AS) dan sekutunya memulai perang agresi terhadap Korea Utara, yang sebagian besar gagal karena campur tangan sukarelawan China. Para pembangkang di China yang mempertanyakan narasi ini akan dipenjara.
Masih dalam film tersebut, diceritakan bahwa setelah Perang Dunia II, Uni Soviet dan AS membagi Korea menjadi dua di sepanjang garis paralel ke-38, sama seperti yang mereka lakukan dengan Jerman, dengan zona utara pro-Soviet dan zona pro-Amerika di selatan. Korea Utara, yang didukung Joseph Stalin dan Mao Zedong, adalah pihak yang menginvasi Korea Selatan di film itu.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), bukan AS saja, diceritakan membentuk koalisi untuk menghentikan invasi Korea Utara, meski ada dukungan besar-besaran terhadap Korea Utara oleh pasukan China yang menggunakan nama "sukarelawan”.
Setelah tiga tahun perang, perbatasan antara Korea Utara dan Selatan pada dasarnya tetap sama seperti tahun 1950. Tidak ada yang dicapai oleh Mao dan Stalin, kecuali kematian tiga juta personel militer dan warga sipil. Ini adalah pertumpahan darah yang tidak perlu dan tidak meyakinkan, untuk menambah daftar kejahatan Stalin dan Mao.
Propaganda tentang Perang Korea melalui novel, komik, dan film menjadi populer setelah hubungan China dengan AS memburuk, dan terlebih setelah invasi Rusia ke Ukraina. Orang China diberitahu bahwa AS dan NATO adalah agresor di Ukraina, dan Rusia harus membela diri, sama seperti mereka diberitahu bahwa AS menyerang Korea Utara pada tahun 1950, padahal yang terjadi adalah sebaliknya.
"Di China, Anda dapat merekrut orang-orang untuk menonton, bahkan jika filmnya tidak begitu sukses," ucap seorang mahasiswa di lembaga akademi China Taoist College kepada Bitter Winter dalam nada bergurau.
Seperti yang dikatakan salah satu mahasiswa di lembaga akademi Tao utama di China, China Tao College di Beijing, sambil bercanda mengatakan kepada Bitter Winter:“Jika sebuah film tidak begitu sukses, di China Anda selalu dapat merekrut penonton yang tertarik.”
China Tao College adalah institusi Tao pertama yang menjadi sasaran kampanye China bulan lalu, yang memaksa para mahasiswa Tao untuk menonton "Volunteer Army: Heroes Attack".
Siswa diberi ceramah tentang kejahatan "agresi" AS. Mereka diberitahu bahwa apa yang disebut sebagai sukarelawan China dalam Perang Korea merupakan perwujudan "tradisi Tao yang terbaik”.
Namun kampanye China ini perlu dipertanyakan, karena sulit melihat adanya hubungan antara mendukung perang Korea Utara di tahun 1950 dengan nilai-nilai Taoisme.
Mengutip dari laman Bitter Winter, Rabu (13/12/2023), "The Battle at Lake Changjin" adalah film termahal dan paling banyak ditonton dalam sejarah China. Bahkan, para kritikus mengakui bahwa meski propagandanya meresahkan, adegan pertempurannya difilmkan dengan baik dan menakjubkan.
Masalahnya adalah "The Battle at Lake Changjin" menghasilkan industri rumahan yang menelurkan produk turunan, semuanya mengulangi propaganda yang sama tetapi tanpa nilai penebusan dari kualitas teknis film tahun 2021.
Salah satunya adalah "Volunteer Army: Heroes Attack”, yang diluncurkan dengan banyak keriuhan di bulan September 2023 tetapi kurang berhasil dibandingkan "The Battle at Lake Changjin".
Tema propagandanya sama. Orang-orang China di dalam film diceritakan bahwa pada tahun 1950, Amerika Serikat (AS) dan sekutunya memulai perang agresi terhadap Korea Utara, yang sebagian besar gagal karena campur tangan sukarelawan China. Para pembangkang di China yang mempertanyakan narasi ini akan dipenjara.
Masih dalam film tersebut, diceritakan bahwa setelah Perang Dunia II, Uni Soviet dan AS membagi Korea menjadi dua di sepanjang garis paralel ke-38, sama seperti yang mereka lakukan dengan Jerman, dengan zona utara pro-Soviet dan zona pro-Amerika di selatan. Korea Utara, yang didukung Joseph Stalin dan Mao Zedong, adalah pihak yang menginvasi Korea Selatan di film itu.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), bukan AS saja, diceritakan membentuk koalisi untuk menghentikan invasi Korea Utara, meski ada dukungan besar-besaran terhadap Korea Utara oleh pasukan China yang menggunakan nama "sukarelawan”.
Setelah tiga tahun perang, perbatasan antara Korea Utara dan Selatan pada dasarnya tetap sama seperti tahun 1950. Tidak ada yang dicapai oleh Mao dan Stalin, kecuali kematian tiga juta personel militer dan warga sipil. Ini adalah pertumpahan darah yang tidak perlu dan tidak meyakinkan, untuk menambah daftar kejahatan Stalin dan Mao.
Propaganda tentang Perang Korea melalui novel, komik, dan film menjadi populer setelah hubungan China dengan AS memburuk, dan terlebih setelah invasi Rusia ke Ukraina. Orang China diberitahu bahwa AS dan NATO adalah agresor di Ukraina, dan Rusia harus membela diri, sama seperti mereka diberitahu bahwa AS menyerang Korea Utara pada tahun 1950, padahal yang terjadi adalah sebaliknya.
"Di China, Anda dapat merekrut orang-orang untuk menonton, bahkan jika filmnya tidak begitu sukses," ucap seorang mahasiswa di lembaga akademi China Taoist College kepada Bitter Winter dalam nada bergurau.
Seperti yang dikatakan salah satu mahasiswa di lembaga akademi Tao utama di China, China Tao College di Beijing, sambil bercanda mengatakan kepada Bitter Winter:“Jika sebuah film tidak begitu sukses, di China Anda selalu dapat merekrut penonton yang tertarik.”
China Tao College adalah institusi Tao pertama yang menjadi sasaran kampanye China bulan lalu, yang memaksa para mahasiswa Tao untuk menonton "Volunteer Army: Heroes Attack".
Siswa diberi ceramah tentang kejahatan "agresi" AS. Mereka diberitahu bahwa apa yang disebut sebagai sukarelawan China dalam Perang Korea merupakan perwujudan "tradisi Tao yang terbaik”.
Namun kampanye China ini perlu dipertanyakan, karena sulit melihat adanya hubungan antara mendukung perang Korea Utara di tahun 1950 dengan nilai-nilai Taoisme.
(mas)
tulis komentar anda