Turki Murka Prancis Jual 50 Kendaraan Lapis Baja ke Armenia
Sabtu, 09 Desember 2023 - 23:01 WIB
ANKARA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyebut keputusan pemerintah Prancis memasok 50 kendaraan lapis baja Bastion ke Armenia sebagai “provokasi”.
Erdogan menyarankan agar Armenia fokus pada perdamaian, daripada terjebak dalam perangkap yang dibuat negara lain.
“Apa yang dilakukan Prancis hanyalah provokasi. Prancis harus tahu bahwa mereka tidak membawa kebaikan bagi Armenia, sebaliknya justru merugikan,” tegas Erdogan kepada sekelompok jurnalis pada Jumat (8/12/2023) yang menemaninya dalam kunjungan kenegaraan ke Yunani.
“Prancis sebelumnya mendukung Armenia. Hasil apa yang mereka dapatkan? Tidak ada," papar dia.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Prancis Catherine Colonna mengatakan selama kunjungan ke Armenia pada Oktober bahwa Paris telah setuju mengirimkan peralatan militer kepada pasukan Armenia setelah Nagorno-Karabakh dikuasai Azerbaijan, meskipun ada pasukan penjaga perdamaian Rusia di daerah tersebut.
Lebih dari 100.000 etnis Armenia meninggalkan Nagorno-Karabakh setelah Azerbaijan menyerang daerah tersebut dalam operasi “kontra-teror” pada September.
Serangan Azerbaijan memaksa separatis Armenia menandatangani perjanjian perlucutan senjata kurang dari 24 jam setelah serangan tersebut.
Nagorno-Karabakh adalah wilayah Azerbaijan berdasarkan hukum internasional, dengan mayoritas penduduk etnis Armenia. Sebelumnya, tempat ini dijalankan otoritas Armenia yang memisahkan diri.
Armenia tidak melawan serangan Azerbaijan tiga bulan lalu dan menyalahkan pasukan Rusia atas kegagalan tersebut.
Armenia membenarkan bahwa mereka mengakui kesatuan wilayah Azerbaijan, tetapi menyebut eksodus etnis Armenia dari Nagorno-Karabakh sebagai "pengungsi paksa".
Situs berita Armenia, Armenpress, melaporkan awal pekan ini bahwa Prancis telah mengirimkan 24 kendaraan lapis baja Bastion, mengutip dokumen internal dari Senat Prancis.
Sebanyak 26 kendaraan sisanya sedang dalam tahap produksi dan akan tiba di kemudian hari, menurut laporan itu.
Dokumen internal tersebut, seperti dikutip Armenpress, menyatakan Armenia baru-baru ini menandatangani pesanan pembelian tiga radar GM200 dari perusahaan Prancis, Thales, dan sedang dalam pembicaraan mengenai pengiriman rudal permukaan-ke-udara Mistral 3 buatan Prancis.
Ia menambahkan rekomendasi bahwa pengiriman sistem artileri howitzer self-propelled Caesar Perancis juga harus dipelajari.
Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan dan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev dalam pernyataan bersama pada Kamis mengumumkan mereka telah mengambil sejumlah langkah membangun kepercayaan, termasuk membebaskan beberapa tawanan perang dari masing-masing pihak dan saling mendukung di forum internasional seperti ktt iklim Cop28.
Kementerian Luar Negeri Turki dalam pernyataan resminya pada Jumat mendukung langkah tersebut dan mengatakan pihaknya berharap kedua negara akan segera menandatangani perjanjian perdamaian.
Turki mendukung Azerbaijan dalam serangan sebelumnya terhadap separatis Armenia di Nagorno-Karabakh pada tahun 2020, dengan drone bersenjata dan senjata canggih lainnya, serta dengan pengerahan pejuang Suriah.
Erdogan menyarankan agar Armenia fokus pada perdamaian, daripada terjebak dalam perangkap yang dibuat negara lain.
“Apa yang dilakukan Prancis hanyalah provokasi. Prancis harus tahu bahwa mereka tidak membawa kebaikan bagi Armenia, sebaliknya justru merugikan,” tegas Erdogan kepada sekelompok jurnalis pada Jumat (8/12/2023) yang menemaninya dalam kunjungan kenegaraan ke Yunani.
“Prancis sebelumnya mendukung Armenia. Hasil apa yang mereka dapatkan? Tidak ada," papar dia.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Prancis Catherine Colonna mengatakan selama kunjungan ke Armenia pada Oktober bahwa Paris telah setuju mengirimkan peralatan militer kepada pasukan Armenia setelah Nagorno-Karabakh dikuasai Azerbaijan, meskipun ada pasukan penjaga perdamaian Rusia di daerah tersebut.
Lebih dari 100.000 etnis Armenia meninggalkan Nagorno-Karabakh setelah Azerbaijan menyerang daerah tersebut dalam operasi “kontra-teror” pada September.
Serangan Azerbaijan memaksa separatis Armenia menandatangani perjanjian perlucutan senjata kurang dari 24 jam setelah serangan tersebut.
Nagorno-Karabakh adalah wilayah Azerbaijan berdasarkan hukum internasional, dengan mayoritas penduduk etnis Armenia. Sebelumnya, tempat ini dijalankan otoritas Armenia yang memisahkan diri.
Armenia tidak melawan serangan Azerbaijan tiga bulan lalu dan menyalahkan pasukan Rusia atas kegagalan tersebut.
Armenia membenarkan bahwa mereka mengakui kesatuan wilayah Azerbaijan, tetapi menyebut eksodus etnis Armenia dari Nagorno-Karabakh sebagai "pengungsi paksa".
Banyak Pesanan
Situs berita Armenia, Armenpress, melaporkan awal pekan ini bahwa Prancis telah mengirimkan 24 kendaraan lapis baja Bastion, mengutip dokumen internal dari Senat Prancis.
Sebanyak 26 kendaraan sisanya sedang dalam tahap produksi dan akan tiba di kemudian hari, menurut laporan itu.
Dokumen internal tersebut, seperti dikutip Armenpress, menyatakan Armenia baru-baru ini menandatangani pesanan pembelian tiga radar GM200 dari perusahaan Prancis, Thales, dan sedang dalam pembicaraan mengenai pengiriman rudal permukaan-ke-udara Mistral 3 buatan Prancis.
Ia menambahkan rekomendasi bahwa pengiriman sistem artileri howitzer self-propelled Caesar Perancis juga harus dipelajari.
Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan dan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev dalam pernyataan bersama pada Kamis mengumumkan mereka telah mengambil sejumlah langkah membangun kepercayaan, termasuk membebaskan beberapa tawanan perang dari masing-masing pihak dan saling mendukung di forum internasional seperti ktt iklim Cop28.
Kementerian Luar Negeri Turki dalam pernyataan resminya pada Jumat mendukung langkah tersebut dan mengatakan pihaknya berharap kedua negara akan segera menandatangani perjanjian perdamaian.
Turki mendukung Azerbaijan dalam serangan sebelumnya terhadap separatis Armenia di Nagorno-Karabakh pada tahun 2020, dengan drone bersenjata dan senjata canggih lainnya, serta dengan pengerahan pejuang Suriah.
(sya)
tulis komentar anda